Dulu Bangkrut hingga Jadi Gelandangan, Kini Pria Ini Punya Pabrik Skincare
Hendra mengaku, dulunya dia pernah bangkrut dan memiliki utang mencapai Rp2,2 miliar, lalu menjadi gelandangan dengan tinggal di teras masjid
IDXChannel - M Taufik Hendradinata, Owner Salina Herbal kini mencapai kesuksesannya setelah melalui jalan panjang penuh perjuangan.
Hendra mengaku, dulunya dia pernah bangkrut dan memiliki utang mencapai Rp2,2 miliar, lalu menjadi gelandangan dengan tinggal di teras masjid hingga akhirnya bangkit dan memiliki pabrik skincare.
Kisah pria dengan panggilan Hendra ini dimulai pada 2007 lalu. Kala itu, dia mengawali usaha dengan membuka bisnis laundry dari 1 menjadi 3 cabang dan 15 agen
Saat bisnis laundry-nya berjalan, datang investor yang mengajaknya membuka waralaba di bidang pendidikan pada 2010. Dia tertarik dan menginvestasi uang sebesar Rp800 juta. Namun ternyata kerja sama itu tidak kunjung direalisasikan. Hendra ditipu, bisnis tersebut macet dan usaha laundry miliknya terdampak.
"Dari 2010 sampai sekarang enggak dibuka outletnya. Orangnya menghilang, laundry macet, gali lobang tutup lobang," kata dia, dikutip dari YouTube PecahTelur, Minggu (23/10/2021).
Untuk melunasi utang-utangnya, dia menjual aset yang dimiliki, seperti mobil, rumah, hingga perabotan. Bahkan, dia sampai menjual peralatan makan. Hendra pun dikejar-kejar debt collector karena utangnya masih banyak dan kesulitan melunasinya.
"Debt collector pernah datang ngamuk, maki-maki. Saya enggak bisa jelasin, saya cuma punya diri ini. Kira-kira apa yang bisa buat utang bisa lunas? Kalau dengan penjarakan bisa lunas, silakan (penjarakan). Yang ada sisa tubuh ini doang, bahkan sendok-sendok sudah dijual," tuturnya.
Di tengah kesulitan itu, sang mertua berusaha membantu dengan menjual 75 persen rumah. Namun hasil dari penjualan rumah masih belum bisa menutup utangnya. Dan karena dia tak lagi memiliki tempat tinggal, dengan uang Rp700.000 di kantong, Hendra menyewa kos putri untuk istri dan ketiga anaknya. Sementara dia hidup menggelandang.
"Saya punya uang Rp700.000. Kos keluarga dengan harga segitu kondisinya memperihatinkan, akhirnya saya bilang ke istri untuk menyewa kosan putri dan saya gelandang, tinggal di teras masjid. Mau beli makan pun enggak ada (uang), sedangkan yang nelpon nagih utang masih ada," ujarnya.
Akhirnya untuk mengurangi utang dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dia menjual bisnis laundry, cabang dan peralatan, yang menjadi satu-satunya sumber pemasukan. Saat itu, Hendra hanya berpikir harus menjalani bisnis lagi, bukan bekerja di perusahaan karena gaji sebagai karyawan akan sulit untuk melunasi utang-utangnya yang besar.
Kesempatan pun mulai terbuka setelah dia salat asar. Ada brosur soal pelatihan pembuatan sabun herbal untuk jamaah masjid tanpa dipungut biaya alias gratis.
Setelah mengikuti pelatihan sekitar seminggu, dia menggunakan sabun yang dibuatnya, lalu menjualnya. Awalnya, dia menjual dalam bentuk batangan, namun akhirnya mencoba untuk membuat dalam bentuk cair. Dia melakukan uji coba selama 11 bulan dan hasilnya sabun bentuk gel dalam botol.
Sabun buatannya merupakan penemuan pertama, sehingga dia memegang hak paten sabun natural berbentuk gel atau pasta. Sabun itu awalnya tidak ada yang membeli, namun 1 bulan kemudian berhasil terjual 50 botol.
Dalam 3-4 tahun perjalanan bisnis sabun herbalnya, kondisi Hendra dan keluarga masih pas-pasan. Bahkan, dia sangat irit dalam mengeluarkan uang untuk makan. Dia hanya membeli nasi 'kucing' Rp6.000 setiap hari untuk sarapan sekaligus makan siang.
Seiring waktu, kesempatan lebih baik mulai terbuka kembali. Dia mendapat informasi tentang lomba produk inovasi. Dia mengikuti lomba yang digelar di tingkat regional dan keluar sebagai pemenang pertama. Kemudian dia diutus mewakili Provinsi Jawa Tengah dalam lomba serupa dan kembali menjadi juara I.
Dari uang sebesar Rp50 juta yang didapat sebagai pemenang dan pinjaman tempat produksi standar BPOM di Technocamp, dia menggunakannya untuk mengurus izin produk dan renovasi tempat. Namun karena uangnya habis, dia banting setir, yang awalnya niat membuat merek sendiri jadi membuat perusahaan manufaktur dengan menjual jasa tempat memproduksi skincare.
Dari usaha ini dia mendapat order puluhan ribu botol. Jerih payahnya mulai menunjukkan hasil, di mana dia berhasil melunasi utang-utangnya. Namun tak lama Covid-19 melanda Indonesia. Usahanya sempat berhenti dan terpaksa merumahkan karyawan.
Namun September 2020, pesanan kembali datang. Handra kembali mempekerjakan karyawannya sekaligus membayar gaji mereka yang tertunda selama beberapa bulan. Sekarang bisnisny kembali lancar. Produk facial wash herbalnya di bawah payung Salina Herbal pun sudah dikenal.
"Alhamdulilah dari gelandangan yang enggak bisa beli makan, kemudian bisa bayar utang Rp2,2 miliar. Enggak kebayang tapi dengan terus menjalani proses sampai ke titik ini sekarang punya pabrik skincare. Dari bawa baju 1 tas, sampai punya mesin, peralatan ratusan juta, aset ratusan juta. Ini di luar dugaan," tutur Hendra.
(SANDY)