Inilah Profil Edhi Sunarso, Pemahat Patung Andalan Bung Karno
Profil Edhi Sunarso menarik untuk dibahas lantaran dirinya dikenal sebagai pemahat patung andalah Presiden RI pertama, Soekarno.
IDXChannel - Profil Edhi Sunarso menarik untuk dibahas lantaran dirinya dikenal sebagai pemahat patung andalah Presiden RI pertama, Soekarno.
Edhi dikenal oleh Bung Karno saat dirinya 21 tahun. Sejak itulah ia kerap menjadi andalan dan diminta membuat patung, salah satu yang terkenal adalah membuat patung Dirgantara di Pancoran.
Lantas bagaimana profil Edhi Sunarso? Simak penjelasan yang dihimpun IDX Channel dari berbagai sumber tepercaya.
Profil Edhi Sunarso
Seniman patung ini lahir di Salatiga 2 Juli 1932, ia memiliki perjalanan hidup yang tidak mudah. Sejak di sekolah dasar, Edhi terpisah dari kedua orang tuanya dan merantau ke Jakarta. Di ibukota, cinta Edhi terhadap seni semakin berkembang.
Dalam sebuah cerita di salah media nasional, Satya Sunarso, anak ketiga Edhi menuturkan bila ayahnya sempat tinggal bersama seorang pelukis ketika di Jakarta. Di sinilah cintanya terhadap seni terus tumbuh.
Meski demikian, rasa nasionalis tumbuh ketika dirinya mengabdi kepada negara saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda, bahkan pernah dipenjara oleh Belanda di Sukamiskin, Bandung.
Setelah dibebaskan, Edhi kembali ke Salatiga dan bertemu kembali dengan orang tuanya. Namun, semangatnya untuk mengejar karier seni tidak pernah padam. Setelah kembali ke Yogyakarta, Edhi mendaftar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) dan akhirnya mendapatkan beasiswa untuk belajar mematung di India.
Inilah Profil Edhi Sunarso, Pemahat Patung Andalan Bung Karno. (FOTO : MNC MEDIA)
Ikut Kompetisi Internasional
Pada tahun 1953, Edhi bersama dua mahasiswa ASRI lainnya berpartisipasi dalam kompetisi patung internasional di London. Karyanya yang berjudul "The Unknown Political Prisoners" meraih posisi kedua dari 117 negara peserta.
Edhi terus berkarya bersama seniman setempat hingga akhirnya ia bertemu dengan Presiden Soekarno saat pembangunan Tugu Muda. Ternyata, Bung Karno sudah lama tertarik dengan hasil patung Edhi.
Beberapa tahun kemudian, Presiden Soekarno datang ke Yogyakarta untuk meminta Edhi membuat patung perunggu sebagai penyambutan tamu internasional menjelang Asian Games ke-4. Ini merupakan pertemuan bersejarah antara Bung Karno dan Edhi.
Edhi, yang pada saat itu masih sebatas pematung dari batu dan tanah liat, ragu-ragu menjawab perintah Bung Karno. Namun, Bung Karno meyakinkannya dengan kata-kata.
"Ed, masa kamu bunuh Belanda saja berani, bikin patung masa tidak berani?" tanya Soekarno kala itu.
Bekerja sama dengan Gardono yang berasal dari Yogyakarta, Edhi membuat pesanan patung perunggu lain dari Bung Karno. Bahkan, ia belajar tentang pengecoran bahan perunggu di PT KAI.
Keberhasilan pembangunan Monumen Selamat Datang membuat Bung Karno kembali mempercayakan Edhi untuk membuat patung Monumen Pembebasan Irian Barat.
Tidak Sombong
Sekalipun menjadi anak kesayangan Bung Karno. Namun Edhi tidak merasa besar kepala dengan kepercayaan tersebut. Ia melibatkan beberapa kawan seniman dan mahasiswa di Yogya dalam proyek ini.
Edhi bahkan mengajak siswa-siswanya untuk tinggal di rumahnya di Jalan Kaliurang agar mereka dapat fokus pada kuliah dan pekerjaan tanpa harus membayar uang sewa.
Ketekunan Edhi dan timnya berlanjut saat ia dipercaya oleh Bung Karno untuk membuat Patung Dirgantara. Ia sudah sangat familier dengan proses pembuatan patung perunggu dan menciptakan cetakan Monumen Dirgantara di bengkel miliknya di Yogyakarta.
Ketika seluruh bagian tubuh Patung Dirgantara sampai di Jakarta, Edhi bahkan ikut membantu dalam proses perakitan patung tersebut. Ia sampai harus memanjat patung Pancoran untuk membantu perakitan.
Detail dan Nilai Sejarah
Edhi Sunarso adalah seorang pematung yang sangat pemerhati terhadap detail dan nilai sejarah dalam karyanya. Saat menciptakan patung-patungnya, ia selalu memperhatikan tempat di mana patung akan dipasang, tinggi patung tersebut, dan bahkan usia tokoh yang akan diabadikan dalam patung.
Semangat Edhi dalam seni patung juga tercermin dalam sikapnya terhadap kolektor seni. Ia hanya menyediakan maksimal tiga duplikat benda seni buatannya, dan setiap duplikat dilengkapi dengan sertifikat dan barcode untuk memastikan keaslian karya tersebut.
Edhi Sunarso memang telah tiada, namun karyanya sebagai pematung telah mengukir sejarah seni Indonesia. Ia adalah contoh nyata seorang seniman yang mengabdikan diri untuk Indonesia dan seni. Karyanya tetap menjadi milik rakyat, dihargai, dan dipajang sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia yang tak ternilai.
Itulah penjelasan profil Edhi Sunarso. Pemahat patung legendaris yang menjadi anak emas Presiden Soekarno. (MYY)