Inspiratif! Emak-emak Ini Sulap Rempah-rempah Jadi Produk Herbal
Yenti Gusnita (39) berhasil menciptakan produk herbal dari rempah-rempah tanpa bahan pengawet
IDXChannel - Yenti Gusnita (39) berhasil menciptakan produk herbal dari rempah-rempah tanpa bahan pengawet yang diracik dari tangan para emak-emak.
Yenti menyadari akan potensi sektor pertanian yang dimiliki desanya di Nagari Padang Limau Sundai Kecamatan Sangir Jujuan kabupaten Solok Selatan (Solsel).
Lebih lanjut dikatakannya, bahwa ide produknya bermula pada 30 Agustus 2017, ketika ia merasa prihatin melihat kehidupan masyarakat disekitar desanya. Sedangkan lahan cukup luas dan subur namun belum mampu memberikan kontribusi peningkatan ekonomi warga.
"Itulah awalnya, lalu kami mencoba memberikan edukasi masyarakat untuk bisa memanfaatkan lahan dengan baik," sebutnya pada MNC Portal, Rabu (10/11/2021).
Sehingga muncul ide untuk membuat produk herbal dengan bahan rempah-rempah yang mudah ditanam dilahan pekarangan rumah maupun ditanam dengan skala luas dilahan perkebunan.
Sekarang ia telah memproduksi produk herbal olahan rempah-rempah dengan brand 'Nagi Sipadeh' dan sudah bersertifikat halal.
Sipadeh dalam bahasa Minangkabau berarti Jahe. Memang bahan dasar produk herbal Nagi Sipadeh berasal dari rempah-rempah seperti: jahe, kunyit, beras kencur, temulawak dan jenis rempah-rempah lainnya.
"Berkat semangat dan keyakinan, sampai saat ini produk kami masih berproduksi dan sudah memiliki pangsa pasar secara online maupun offline," katanya.
Yenti mengakui, sejak saat itu sampai sekarang untuk kebutuhan bahan baku, ia peroleh dari petani disekitar Solsel dan luar kabupaten. Dalam proses produksi produk, ia memberdayakan 5 orang emak-emak yang umumnya adalah ibu rumah tangga.
Keunggulannya, produk herbal Nagi Sipadeh tanpa bahan pengawet dan pemanis buatan. "Prosesnya mulai dari pembersihan jahe dari residu tanah hingga bersih. Lalu digiling dan dikristalisasi. Ada beberapa proses yang sudah dengan mesin dan ada beberapa yang masih konvensional," ujarnya.
Varian produk dijual seharga mulai Rp40 ribu dengan kemasan isi 250 gram. Adapun jenis varian yang dihasilkan, yaitu: untuk varian jahe: rasa lemon, pinang, instan, kopi, jahe merah original, cookies jahe.
Untuk varian kunyit: kunyit asam, original, kunyit putih bubuk, kunyit bubuk original. Dan terakhir varian beras kencur, temulawak bubuk original, femine rempah perawan dan cookies ketan hitam.
"Pemasaran online dan offline, untuk online bisa seluruh Indonesia dan offline masih di Sumbar," lanjutnya.
Nagi Sipadeh mampu bertahan ditengah pandemi, kata Yenti karena tetap semangat, optimis dan optimalkan pemasaran dengan media sosial (medsos) sebagai alat promosi.
Pemasaran online melalui media sosial, marketplace dengan akun FB: Yenti Gusnita dan Instagram: @nagi_sipadeh serta akun Shoppe: Nagi sipadeh. Atau nomor WhatsApp: 082383444714
"Kendala sejauh ini, masih ada beberapa bagian pekerjaan yang masih manual dan itu membuat proses produksi sedikit lambat. Lalu terkait modal dan pemasaran juga masih belum maksimal," terangnya.
Yenti berharap, kedepan Nagi Sipadeh menjadi perusahaan pengolahan herbal yang menghasilkan produk-produk berkualitas.
"Menciptakan lapangan pekerjaan lebih luas dan meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," tutupnya.
(SANDY)