INSPIRATOR

Kisah Inspiratif Ki Hajar Dewantara: Tak Kapok Lawan Belanda, Dirikan Taman Siswa Setelah Pengasinga

Kurnia Nadya 20/02/2023 16:34 WIB

Ki Hajar Dewantara adalah pendiri Taman Siswa, ia juga yang memperjuangkan hak pendidikan untuk pribumi pada masa penjajahan.

Kisah Inspiratif Ki Hajar Dewantara: Tak Kapok Lawan Belanda, Dirikan Taman Siswa Setelah Pengasingan. (Foto: MNC Media)

IDXChannelKisah inspiratif dari perjuangan para pahlawan nasional seperti Ki Hajar Dewantara bakal dikenang sepanjang masa, diceritakan dari generasi ke generasi dengan harapan dapat memotivasi kaum muda. 

Upaya dan usaha Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan akses pendidikan yang inklusif untuk pribumi pada masanya adalah gerakan yang mengawali pembukaan sektor pendidikan di Indonesia. 

Pada masa penjajahan Belanda, pendidikan hanya tersedia untuk Belanda dan segelintir kalangan ningrat. Taman Siswa adalah sekolah pertama yang dibuka untuk pribumi, dan didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. 

Ia adalah seorang keturunan ningrat yang di sepanjang hidupnya mengabdikan diri untuk kepentingan orang banyak. Tidak gentar melawan tekanan Belanda yang saat itu berupaya menghentikan gerakannya. 

Seperti apa kisah inspiratif Ki Hajar Dewantara? Dilansir dari gramedia.com (20/2), simak ulasannya berikut ini. 

Kisah Inspiratif Ki Hajar Dewantara: Tidak Lulus STOVIA Karena Sakit 

Ki Hajar Dewantara terlahir pada 2 Mei 1889 dengan nama RM Soewardi Soerjaningrat. Ia adalah putra dari GPH Soerjaningrat, yang artinya ia adalah cucu dari Sri Paku Alam III. Garis keturunannya ini memungkinkan Soewardi untuk mendapatkan pendidikan. 

Ia mengeyam pendidikan di Europeesche Lagere School (Sekolah Belanda III), Kweek School (sekolah guru), dan di School Tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA). STOVIA adalah sekolah kedokteran, namun karena kondisi kesehatan, ia tak menyelesaikan sekolahnya. 

Selain itu, Soewardi juga mendapatkan pendidikan formal di lingkup keraton. Sebagai seorang keturunan keluarga bangsawan, ia dididik dengan nilai-nilai kehidupan Jawa yang membuatnya lekat dan dekat dengan rakyat. 

Sehingga meskipun Soewardi tergolong orang berpendidikan dan berwawasan luas pada masanya, ia tak pernah melupakan nasib bangsanya sendiri. Hal inilah yang kelak memotori perjuangan-perjuangannya melawan kolonialisme.

Kisah Inspiratif Ki Hajar Dewantara: Jadi Wartawan, Berorganisasi, dan Diasingkan ke Bangka 

Setelah lulus bersekolah, Soewardi tidak langsung menjadi guru. Ia terlebih dulu menggeluti dunia jurnalistik. Tulisannya telah dimuat di banyak surat kabar, di antaranya adalah Sediotomo, Oetoesan Hindia, Midden Java, Tjahaja Timoer, Kaoem Moeda, dan lain-lain. 

Dalam tulisannya, Soewardi kerap menyampaikan kritik terhadap Belanda. Tulisannya pun terkenal tajam, sehingga mampu membangun semangat anti kolonial di kalangan pembacanya. 

Dengan profesi dan tekad yang ia emban, maka tak mengherankan jika Soewardi tercatat aktif di beragam organisasi. Ia pernah menjadi seksi propaganda Boedi Oetomo. Ia mendirikan Indische Partih bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo pada 1912. 

Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia yang beraliran nasionalisme. Tujuan pendirian partai ini adalah kemerdekaan Indonesia, namun pendaftaran badan hukum partai ini ditolak oleh Belanda.

Namun Soewardi tak menyerah. Ia kembali mendirikan organisasi lain. Ia terlibat dalam pendirian Komite Boemipoetra yang berdiri pada 1913. Komite ini mengkritik pemerintah kolonial Belanda yang berencana menggelar pesta perayaan yang biayanya diambil dengan memungut uang dari rakyat.

Lagi-lagi, Soewardi melancarkan kritiknya lewat tulisan berjudul Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (satu untuk semua, tetapi semua untuk satu juga) dan Als Ik Eens Nederlander Was (seandainya aku seorang Belanda). 

Gara-gara tulisan ini, Soewardi dibuang atau diasingkan ke Pulau Bangka selama beberapa tahun. Namun, upaya Belanda untuk mematikan daya juangnya ini pun tak berhasil. 

Kisah Inspiratif Ki Hajar Dewantara: Mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa 

Sepulangnya dari pengasingan, Soewardi bukannya gentar pada Belanda, ia malah melanjutkan perjuangannya. Ia dan kawan-kawannya mendirikan Taman Siswa pada Juli 1922. Sekolah ini ditujukan bagi pribumi kelas bawah. 

Pendirian perguruan ini pun sempat dicekal oleh Belanda. Saat itu, pemerintah kolonial mengeluarkan ordonansi sekolah liar pada Oktober 1932 untuk membatasi gerak Taman Siswa. 

Hampir semua surat kabar pribumi saat itu menentang pemberlakuan ordonansi tersebut. Organisasi politik pun turut memberikan dukungannya. Muhammadiyah, PSII, PBI, dan Perserikatan Ulama adalah beberapa organisasi yang mendukung pendirian Taman Siswa. 

Oleh sebab aksi yang dilancarkan surat kabar dan organisasi politik itu, pemerintah kolonial akhirnya mengeluarkan ordonansi baru yang membatalkan ordonansi sebelumnya. 

Atas perjuangannya ini, pemerintah Indonesia memberikan gelar pahlawan nasional pada 1959. Sebelumnya, pada 1950, Soewardi yang saat itu sudah mulai dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. 

Adalah Ki Hajar Dewantara juga yang mengenalkan trilogi semboyan pendidikan di Indonesia yang hingga saat ini masih dikenal, yakni; ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. 

Demikianlah kisah inspiratif Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan nasional yang tak lelah melawan Belanda untuk memajukan pendidikan bagi bangsa Indonesia. (NKK)

SHARE