Kisah Inspiratif Lulusan Terbaik UGM 2007, Berhasil Dirikan Sekolah Kepribadian
Kisah inspiratif seorang mahasiswa lulusan terbaik UGM yang berhasil menyelesaikan pendidikan berkat kerja keras kedua orang tua.
IDXChannel—Belakangan ini tengah populer kisah Analisa Widyaningrum yang tersebar di platform media sosial, perempuan yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 31 Januari 1989. Ia adalah seorang pendiri sekolah kepribadian.
Ana, begitu ia sering disapa, dikenal sebagai sosok yang luar biasa dan inspiratif tidak hanya bagi teman-temannya tetapi juga bagi seluruh anak muda di Indonesia karena lulusan Universitas Gadjah Mada ini sangat sukses di bidangnya.
Bagaimana tidak, psikolog cantik yang bertugas di Jogja International Hospital ini juga mengajar di beberapa Universitas Swasta di Jogja, sekolah penerbangan pramugari, trainer di beberapa instansi perusahaan serta mendirikan sekolah kepribadian yang diberi nama Analisa Personality Development Center.
Ana, begitu ia biasa disapa, mengakui bahwa sekolah kepribadian yang ia dirikan beberapa tahun lalu tumbuh dari keinginannya untuk tidak membatasi psikologi hanya pada orang-orang dengan gangguan jiwa. Ia menginginkan psikologi mampu membangun kepribadian dan karakter seseorang serta meningkatkan kecerdasan emosionalnya.
Semasa kuliah, Ana merupakan mahasiswi berprestasi yang menerima beasiswa Djarum Plus pada 2009. Ia juga merupakan duta bahasa dan pada 2010 menjadi perwakilan Indonesia untuk ASEAN Youth Friendship Network. Ia bahkan menjadi lulusan terbaik UGM 2007 dengan predikat cumlaude dan IPK 3,8.
Peran Orang Tua yang Banting Tulang
Namun, Ana menceritakan bahwa di balik kesuksesannya itu terdapat peran kedua orang tuanya yang sangat besar untuk menyukseskan Ana agar menjadi anak yang membanggakan dengan prestasinya. Analisa menceritakan bahwa orang tuanya adalah sosok yang sederhana.
Ibunya hanya lulusan SMA dan berjualan nasi, sedangkan ayahnya adalah seorang pensiunan bankir.
Dia juga berbagi cerita bagian terburuk dari keluarganya ketika ibunya, yang berjuang untuk memulai bisnis real estat dengan pinjaman bank, dikhianati oleh mitra bisnisnya sendiri.
Saat itu utang ibunya menumpuk dan ayahnya terpaksa pensiun dini untuk menutupi biaya pelatihan analisisnya di UGM. Harta miliknya, seperti rumah dan mobil, rela dijual ayahnya untuk melunasi utang istrinya dan membayar sekolah anak-anaknya.
Analisa hampir menyerah dan ingin membantu orang tuanya saja saat itu namun hal tersebut dilarang oleh ayahnya.
“Ini papa lakuin karena kamu satu-satunya yang masuk UGM. Papa ingin melihat kamu di Graha Sabha, jadi kamu enggak boleh nyerah, ya,” kata Analisa mengenang perkataan sang ayah.
Sejak saat itu, Analisa bertekad untuk membuat orang tuanya bangga karena berjuang keras untuknya. Akhirnya, kata-kata ayahnya membimbing studinya dan dia lulus sebagai lulusan terbaik UGM, mewakili 1.800 siswa lainnya.
Kini, Analisa telah menikah dengan seorang pria dan dikaruniai dua orang anak. (NKK)
Penulis: Rita Hanifah