Kisah Perajin Sepatu Kulit Asal Depok, Tetap Bertahan meski Digempur Sepatu Murah dari China
Meski sepi peminat, namun mereka masih bisa bertahan.
IDXChannel - Gempuran sepatu impor murah dari China turut dirasakan perajin dan penjual sepatu kulit asal Depok, Jawa Barat. Meski sepi peminat, namun mereka masih bisa bertahan.
Salah satu perajin sepatu kulit bernama Muhammad Adha mengatakan, sepatu kulit buatannya kini sepi peminat karena banyaknya sepatu murah impor.
"Omzetnya turun drastis, semenjak Corona (Covid-19) kemarin lah. Sebelum Corona masih lumayan," kata Adha saat ditemui langsung di toko kecil sederhana 'New Hunterian', Jalan Sersan Aning, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Selasa (16/7/2024).
Usaha sepatu kulit rumahan milik Adha berdiri sejak 1987 ini bersyukur karena usahanya masih bisa berdiri dan bersaing dengan produk lain. Salah satu caranya dengan membuka toko di e-commerce dan berjualan secara online.
Adha menyebut, sepatu impor dari China memang menjadi pilihan masyarakat Depok. Padahal, kualitasnya berbanding terbalik dengan produknya.
Tak hanya itu, situasi ekonomi masyarakat yang semakin lemah berpengaruh terhadap daya beli.
"Orang kita kan yang tidak punya duit, mending beli itu. Malah ada konsumen yang menanyakan, yang harganya Rp100 ribuan," kata Adha.
Adha menambahkan, sepatu yang dibuatnya itu dibanderol seharga Rp400 ribu.
"Sepatu saya sekarang Rp 400 ribuan. Ekonomi masyarakatnya yang enggak kuat, ya gimana daya beli masyarakat jadi kurang," kata dia.
Dia bercerita, sempat mempunyai 10 karyawan. Dalam sebulan dia bisa memproduksi 500 hingga 600 pasang sepatu.
"Dulu sampai sempat 10 karyawan. Pesanan banyak buat toko juga. Harga dari saya berapa terserah dia jual berapa yang penting cash. Produksi dulu per bulan bisa sampai 500 sampai 600 pasang per bulan," kata dia.
"Dulu penjualannya cepat, sekarang mah teler," keluh Adha.
Lebih lanjut, Adha membeberkan kunci sukses bertahan meski gempuran produk sepatu China yang lebih murah terus menghantam usahanya.
Selama 37 tahun sebagai pengrajin dan penjual sepatu kulit lokal dan melewati badai krisis moneter 1998 silam, Ia tak pernah meminjam modal ke bank.
"Kuncinya tidak ngutang di bank saja. Soalnya kalau ngutang di bank kita ngejar-ngejar pembayarannya. Sudah itu tidak ngontrak. Jalanin saja putar-putar, mending ngutang di toko bahan," katanya.
(NIY)