MARKET NEWS

10 Daftar Saham Second Liner yang Bisa Diketahui

Mohammad Yan Yusuf 20/09/2023 12:41 WIB

Daftar saham second liner bisa menjadi informasi yang menarik dan menjadi pilihan untuk investasi. 

10 Daftar Saham Second Liner yang Bisa Diketahui. (FOTO : MNC MEDIA)

IDXChannel - Daftar saham second liner bisa menjadi informasi yang menarik dan menjadi pilihan untuk investasi. 

Saham second liner adalah saham perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai kapitalisasi pasar lebih rendah dibandingkan dengan kapitalisasi pasar perusahaan blue chip. Namun demikian, hal ini bukan berarti saham second liner kalah bagus dengan saham blue chip.

Lantas apa saja daftar saham second liner? Simak penjelasan yang dihimpun IDX Channel dari berbagai sumber tepercaya. 

Ciri Saham Second Liner

Saham second liner memiliki nilai kapitalisasi pasar sendiri ditentukan dengan mengalikan harga dengan jumlah saham yang beredar. 

Artinya, saham sebuah perusahaan bisa dikatakan second liner apabila perusahaan tersebut hanya menjual saham dalam jumlah sedikit. 

Lebih dari itu, saham second liner bisa masuk jajaran blue chip apabila harganya naik dan mengalahkan harga saham blue chip sebelumnya. 

Daftar Saham Second Liner di tahun 2023

Kami merangkum sedikitnya ada 10 daftar saham second liner di tahun 2023 yang bisa menjadi pilihan investasi. Apa saja itu? Simak rinciannya.

1. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)

Semen Indonesia (Persero) Tbk atau yang lebih dikenal sebagai Semen Gresik adalah produsen semen terbesar di Indonesia. Perusahaan BUMN ini didirikan pada tahun 1957 oleh Bung Karno dan mulai listing di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (BEI sebelum digabung) pada tahun 1991. 

Kini SMGR juga mengembangkan berbagai produk yang bisa digunakan dalam pembangunan rumah, perkantoran, hingga infrastruktur jalan dan bandara. 

Selain itu, perusahaan ini juga memiliki fasilitas layanan konsultasi pembangunan terintegrasi. SMGR termasuk dalam saham indeks LQ45.

2. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP)

Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) adalah anggota Sinarmas Group yang bergerak di bidang pengolahan bubur kayu. Saat ini INKP memiliki 3 pabrik yang tersebar di Perawang, Riau, Serang dan Tangerang, Banten. 

Pada tahun 2019, perusahaan ini berhasil menghasilkan 2019 was 3 juta ton bubur kayu (pulp), 1,7 juta ton kertas, 108.000 ton tisu and 2,1 ton kardus packaging. 

Sekitar 52% dari hasil tersebut diekspor ke berbagai negara di Asia, sementara 42% sisanya untuk konsumsi dalam negeri. 

10 Daftar Saham Second Liner yang Bisa Diketahui. (FOTO : MNC MEDIA)

3. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah produsen semen terbesar kedua di Indonesia. Sempat dimiliki oleh Salim Group, perusahaan ini didirikan pada tahun 1975 dengan nama PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE). 

Sempat berubah nama beberapa kali, akhirnya DICE beserta perusahaan semen dalam lingkup Salim Group lainnya bergabung menjadi PT Indocement Tunggal Prakarsa pada tahun 1985. 

Hingga tahun 2022, perusahaan ini mengelola 13 pabrik dengan kapasitas produksi 25,5 juta ton yang terletak di Citeureup (Bogor), Cirebon dan Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Selain semen, INTP juga memproduksi beton siap pakai dan berbagai bahan tambang. Namun, hingga kini semen memang sumber utama penjualan perusahaan ini. 

4. Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)

Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) adalah perusahaan yang bergerak di bidang retail di Indonesia. Tidak seperti Alfamart yang memiliki toko dan produk sendiri, perusahaan ini cenderung bekerja dengan menjadi distributor dan pengelola bisnis brand-brand dari luar negeri, seperti Starbuck, Domino Pizza, Adidas, Puma dan masih banyak lainnya.

Didirikan pada tahun 1995, perusahaan ini kini memegang lisensi dari 150 merek dunia dan memiliki 3.200 gerai yang tersebar di 80 kota di seluruh Indonesia. 

Selain itu, bisnis perusahaan ini juga berkembang hingga ke negara-negara Asia Tenggara lainnya, baik itu di Singapura dan Malaysia, hingga ke Vietnam.

5. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)

Perusahaan BUMN lain yang bisa dikategorikan ke dalam saham second liner adalah Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). PGN adalah anak usaha PT. Pertamina yang bergerak di bidang transmisi dan distribusi gas bumi. 

Perusahaan ini sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial Hindia Belanda pada 1859. Perusahaan ini lantas diakuisisi oleh pemerintah Indonesia pasca kemerdekaan. 

150 tahun lebih setelah pendiriannya, PGN lantas mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya pada tahun 2003. 

Sebagai saham sektor energi, PGAS memiliki kegiatan usaha yang terintegrasi dari hulu ke hilir mulai dari proses transmisi hingga distribusi dan perdagangan. 

Sejauh ini, mayoritas line up bisnis PGN terpusat di Jawa dan Sumatera, serta Tarakan dan Sorong. 

6. Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA)

Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) adalah salah satu saham kesehatan di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan ini menaungi grup rumah sakit Mitra Keluarga dan grup rumah sakit  Rumah Kasih Indonesia. 

Didirikan pada 1989 di Jakarta, MIKA kini mengelola 26 rumah sakit, yang terdiri dari 17 rumah sakit di bawah Mitra Keluarga dan 9 rumah sakit di bawah Kasih Group. 

Diperkirakan 17 rumah sakit ini dapat menampung lebih dari 202 ribu pasien rawat inap 2,3 juta pasien rawat jalan dengan mempekerjakan 1.782 dokter, lebih dari 7.600 karyawan medis dan non medis. 

7. Bank Jago Tbk (ARTO)

Nama Bank Jago sudah pasti tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Pasalnya ketika pertama kali dibuka pada tahun 2021, bank ini melakukan praktik pemasaran yang cukup masif. Namun pada dasarnya, bank yang satu ini memiliki sejarah yang lebih panjang.

Berdiri pada tahun 1992 dengan nama PT Bank Artos Indonesia, perusahaan ini kemudian melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2016. 

Pada 2021, dengan langkah berani perusahaan ini meluncurkan aplikasi perbankan digital dengan nama Bank Jago. Sebagai bank digital, perusahaan ini memberikan layanan simpanan, pinjaman dan bahkan pembukaan rekening hanya menggunakan satu aplikasi saja tanpa perlu datang ke kantor cabang. 

Perusahaan juga menawarkan gratis biaya transfer antar bank dengan jumlah terbatas kepada nasabahnya. Tidak hanya itu, inovasi lain yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah menyediakan layanan perbankan digital syariah dan bekerjasama dengan aplikasi investasi Bibit untuk mendorong investasi dari perusahaan tersebut.

8. Indosat Tbk (ISAT)

Tentu Anda sudah tidak asing dengan nama perusahaan yang satu ini, bukan? Yup! Indosat merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa internet terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 1967 dari kerjasama Pemerintah Indonesia dan sebuah perusahaan teknologi informasi asal Amerika Serikat yang bernama International Telephone & Telegraph (ITT) sebagai bentuk Penanaman Modal Asing (PMA). 

Pemerintah Indonesia baru melepaskan saham perusahaan ini pada 2002. Pada 2008, perusahaan telekomunikasi internasional asal Qatar bernama Ooredoo Asia, Pte. Ltd membeli sebagian besar saham perusahaan ini dan menjadi major shareholde ISAT hingga kini.

9. Bukalapak.com Tbk (BUKA)

Bukalapak tentu juga bukan nama asing di telinga masyarakat Indonesia. Perusahaan e-commerce yang satu ini didirikan pada tahun 2010 oleh 3 orang mahasiswa ITB yang bernama Achmad Zaky, Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono. 

Pada 6 Agustus 2021, perusahaan ini secara resmi menjual sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi perusahaan startup pertama yang melakukan IPO.

Menurut laporan tahunan perusahaan ini, hingga tahun 2022 Bukalapak telah memiliki 130 juta orang pengguna dan 20 juta orang mitra. 

Aplikasi e-commerce Bukalapak sendiri sudah diunduh oleh lebih dari 50 juta orang pengguna. Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir ini, fokus Bukalapak tidak hanya pada aplikasi e-commerce mereka.

10. AKR Corporindo Tbk (AKRA)

PT AKR Corporindo Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan distribusi (rantai pasok) berbagai komoditas, khususnya komoditas kimia, seperti BBM dan kimia dasar. 

Dirintis sejak 1960-an, perusahaan ini resmi didirikan oleh Soegiarto Adikoesoemo pada 28 November 1977 di Surabaya sebagai perusahaan perdagangan bahan kimia dasar. 14 tahun kemudian, atau 1994, perusahaan ini secara resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (dulu Bursa Efek Jakarta).

Namun seiring dengan perkembangan perusahaan, bisnis perusahaan ini kini tidak hanya perdagangan dan distribusi kimia dasar saja, tetapi juga distribusi BBM dan pengelolaan terintegrasi sebuah pelabuhan di Gresik, Jawa Timur. Bahkan, pada tahun 2005 perusahaan ini menjadi perusahaan pertama yang mendistribusikan BBM non-subsidi. 

Kini, AKR tercatat memiliki 130 SPBU di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi yang menjual BBM non-subsidi dan diesel yang dibutuhkan oleh nelayan dan petani.

Itulah penjelasan daftar saham second liner. Semoga informasi ini berguna bagi Anda. (MYY)

SHARE