MARKET NEWS

2025 Jadi Fase Penyesuaian, Investor Diminta Aktif Sikapi Dinamika Pasar Global

Taufan Sukma Abdi Putra 08/10/2025 20:05 WIB

adanya risiko stagflasi di Amerika Serikat, di mana inflasi berpotensi naik akibat tarif impor, sementara pertumbuhan ekonomi melemah.

2025 Jadi Fase Penyesuaian, Investor Diminta Aktif Sikapi Dinamika Pasar Global (foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Berbagai perubahan kondisi yang terjadi sepanjang 2025 dinilai bakal menjadi faktor penting sekaligus menentukan bagi arah pasar keuangan global.

Pandangan tersebut disampaikan oleh Allianz Global Investors (AllianzGI), lewat Laporan House View Q4-2025, yang dirilis Rabu (8/10/2025).

Dalam laporan tersebut, Tim CIO AllianzGI melihat tahun 2025 sebagai fase penting dalam proses penyesuaian terhadap kondisi pasar keuangan global.

"Ketidakpastian geopolitik, fragmentasi kebijakan fiskal dan moneter, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia akan menjadi faktor dominan yang membentuk arah pasar di kuartal terakhir tahun ini," tulis Tim CIO AllianzGI, dalam laporan tersebut.

Dalam paparannya, Tim CIO AllianzGI memandang 2025 sebagai tahun dengan dua fase yang berbeda. Setelah gejolak awal yang terjadi akibat Liberation Day, pasar mulai menerima realita baru yang ditandai dengan berkurangnya visibilitas politik dan ekonomi.

Situasi yang terus berubah ini, dalam analisa Tim CIO AllianzGI, perlu dihadapi dengan hati-hati, namun juga sekaligus menghadirkan peluang bagi investor yang menerapkan strategi aktif.

AllianzGI juga memperingatkan adanya risiko stagflasi di Amerika Serikat, di mana inflasi berpotensi naik akibat tarif impor, sementara pertumbuhan ekonomi melemah.

Meski Federal Reserve diperkirakan memangkas suku bunga hingga level 3,5 persen pada pertengahan 2026, pasar dipandang tetap rentan terhadap guncangan politik maupun kebijakan fiskal.

Sedangkan di Eropa, prospek relatif lebih positif, dengan inflasi yang terkendali memberi ruang bagi Jerman untuk meningkatkan belanja pemerintah mulai 2026, sementara Bank Sentral Eropa diprediksi memangkas suku bunga 25 basis poin pada akhir tahun ini.

"Namun, dalam hal ini, ketidakpastian politik di Prancis tetap menjadi sebuah risiko yang perlu dipertimbangkan," tulis Tim CIO AllianzGI.

Di lain pihak, di kawasan Asia, pertumbuhan China diperkirakan melambat, meski langkah stimulus tambahan diharapkan bisa meredam dampak terburuk.

Sementara di Jepang, bank sentral diperkirakan akan menurunkan suku bunga, namun penurunan tersebut kemungkinan akan tertunda.

Dari sisi kelas aset ekuitas, Jepang dan Inggris tampak menjadi yang paling undervalued. Sektor-sektor di Eropa, terutama perusahaan industri strategis dan pertahanan, dinilai menjanjikan. 
Di Amerika Serikat, saham berkapitalisasi kecil mendapat dukungan tren onshoring dan suku bunga yang menurun. Asia tetap menjadi pusat inovasi, dengan Tiongkok memimpin dalam kecerdasan buatan (AI) dan India menunjukkan ketahanan terhadap tekanan tarif.

Pada instrumen pendapatan tetap, AllianzGI melihat peluang muncul pada obligasi berdurasi panjang jika perlambatan ekonomi semakin nyata. 
Di samping itu, utang pasar negara berkembang berpotensi mendapat keuntungan dari imbal hasil carry yang menarik serta pelemahan dolar AS, terutama pada obligasi lokal di negara-negara seperti Brasil, Afrika Selatan, dan Peru.

Di Amerika Serikat, instrumen TIPS atau Treasury Inflation-Protected Securities masih relevan sebagai proteksi terhadap risiko inflasi.

Selain itu, AllianzGI juga memperkirakan dolar AS akan melemah, dengan euro dan won Korea berpotensi menguat.

Pasar ekuitas negara yang sedang berkembang dapat diuntungkan oleh melemahnya dolar, peningkatan pendapatan perusahaan, kondisi underallocation dari para investor, dan momentum harga yang kuat.

"Emas tetap dianggap sebagai aset lindung nilai utama di tengah volatilitas pasar," tulis Tim CIO AllianzGI.

Sementara, Tim CIO AllianzGI juga meyakini bahwa diversifikasi akan menjadi sangat penting, termasuk di semua rangkaian aset yang lebih luas.

Seiring dengan makin banyaknya negara yang menerapkan kebijakan moneter dan fiskal yang berbeda satu sama lain, gambaran investasi global pun menjadi makin terfragmentasi.

Imbal hasil bergerak dalam tingkat yang berbeda-beda secara global, yang menekankan perlunya portofolio obligasi yang terdiversifikasi,” jelas Tim CIO AllianzGI.

Sebagai manajer investasi aktif global, AllianzGI hadir di Indonesia untuk menyediakan solusi investasi yang berfokus pada pertumbuhan jangka panjang, stabilitas portofolio, dan pendekatan berkelanjutan.

"Dengan mengintegrasikan wawasan dan kapabilitas global, AllianzGI berkomitmen mendampingi investor lokal dalam menghadapi dinamika dan ketidakpastian pasar global, sekaligus membuka akses terhadap peluang investasi yang inovatif dan bertanggung jawab," ujar Tim CIO AllianzGI.

(taufan sukma)

SHARE