3 Saham BUMD di BEI: Intip Sejarah Singkat, Profil Usaha, dan Kinerja Harganya
Sejumlah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) telah mencatatkan sahamnya di bursa efek.
IDXChannel—Simak profil singkat dan kinerja 3 saham BUMD di BEI. Selain BUMN, sejumlah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) telah mencatatkan sahamnya di bursa efek, sehingga dapat diperjualbelikan oleh investor perorangan.
Perusahaan milik pemerintah terbagi dalam beberapa jenis. Misalnya BUMN yang kepemilikannya dimiliki oleh negara, BUMD yang dimiliki daerah, dan BUMDes yang dimiliki oleh desa.
Contoh BUMN yang sudah melantai di bursa antara lain tiga bank Himbara terbesar (BRI, BNI, Bank Mandiri), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan sebagainya.
Lalu apa saja saham BUMD yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia? Berikut daftar saham berikut profil singkat dan kinerja harganya.
3 Saham BUMD di BEI, Ada Perbankan dan Pengembang Kawasan Wisata
1. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM)
Bank Jatim adalah bank pembangunan daerah (BPD) milik Pemprov Jawa Timur. BPD adalah bank yang didirikan oleh pemerintah daerah untuk mendukung pembangunan dan menyediakan layanan keuangan untuk masyarakat daerah setempat.
BPD berstatus bank umum swasta, di Indonesia hampir semua provinsi memiliki BPD masing-masing. Saat ini ada sejumlah BPD yang sudah mencatatkan sahamnya di bursa, salah satunya adalah Bank Jatim.
Bank Jatim melayani jasa keuangan umum seperti simpanan, beragam jenis produk kredit (produktif/konsumtif), dan layanan keuangan syariah. BJTM sudah berdiri sejak 17 Agustus 1961.
Sampai saat ini pengendali saham BJTM adalah Pemprov Jatim dengan kepemilikan sebanyak 7,67 miliar saham, atau setara 51,12 persen dari total saham terdaftar. Selain itu 38 pemkot dan pemkab juga memiliki 3,07 miliar saham BJTM, atau setara 20,49 persen.
Pada perdagangan Jumat 31 Oktober 2025, BJTM dibuka di harga Rp545 per saham. Dalam sebulan terakhir, harga BJTM tumbuh 6,86 persen. Namun sejak awal tahun, pertumbuhan harga sahamnya turun 0,91 persen.
2. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR)
Bank BJB adalah BPD milik Pemprov Jawa Barat, bank ini sudah berdiri sejak 20 Mei 1961 dan merupakan hasil nasionalisasi atas bank hipotek Belanda bernama NV Dennis. Saat ini Bank BJB melayani segmen nasabah perorangan dan bisnis.
Adapun produk yang disediakan mulai dari simpanan, pembiayaan, asuransi, investasi, dan layanan perbankan umum lainnya. BJBR mencatatkan sahamnya di bursa pada 8 Juli 2010 dengan harga penawaran Rp600 per lembar.
Saat ini pengendali saham BJBR adalah Pemprov Jabar dengan kepemilikan sebanyak 4,05 miliar saham, atau setara 38,52 persen. Pemkab dan pemkot di Jabar juga tercatat memiliki saham di BJBR.
Pada perdagangan Jumat 31 Oktober 2025, BJBR dibuka di harga Rp805 per saham. Dalam sebulan terakhir, harga BJBR tumbuh 5,23 persen. Namun sejak awal tahun, pertumbuhan harganya turun 12,97 persen.
3. PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA)
Pembangunan Jaya Ancol adalah perusahaan pengembang kawasan properti dan komersial milik Pemprov DKI Jakarta. Perusahaan inilah yang mengembangan kawasan Taman Impian Jaya Ancol, taman rekreasi ikonik di Jakarta Utara.
Cikal bakal perusahaan ini sudah beroperasi sejak 1966, di mana saat itu kawasan Ancol masih berupa rawa-rawa dan akan dikembangkan oleh Badan Pelaksana Pembangunan Proyek (BPP) Ancol.
Proyek Ancol terus berlanjut hingga masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, dengan Pantai Bina Ria sebagai area yang pertama kali dibuka pada 1968. Wahana rekreasi yang saat ini beroperasi, dulu dibuka satu per satu secara berkala.
Setelah Pantai Bina Ria, yang selanjutnya dibuka adalah Gelanggang Renang Ancol pada 1974 (sekarang jadi Atlantis). Dunia Fantasi atau Dufan, taman rekreasi terbesar dan paling populer di Jakarta, baru dibuka pada 1985.
Pada 1992 barulah BPP Ancol berubah nama menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol. Saat ini pengendali saham PJAA adalah Pemprov DKI Jakarta dengan kepemilikan sebanyak 1,15 miliar saham atau setara 72 persen dari total saham terdaftar.
Pemegang saham mayoritas berikutnya adalah PT Pembangunan Jaya dengan kepemilikan sebanyak 288 juta saham atau setara 18,01 persen. PJAA mencatatkan sahamnya pada tahun 2004.
Pada perdagangan Jumat 31 Oktober, PJAA dibuka di harga Rp525 per saham. Dalam satu bulan terakhir, harga saham PJAA turun 20,45 persen. Namun sejak awal tahun ini, pertumbuhan harganya turun 8,70 persen.
Itulah ulasan singkat tentang 3 saham BUMD di BEI.
(Nadya Kurnia)
 
                                 
                                