Ada Isu Inflasi AS, Harga Minyak Mentah Dunia Bergejolak
Harga minyak mentah bergejolak pada perdagangan pagi ini, Kamis (14/7) merespons data inflasi Amerika Serikat periode Juni 2022 sebesar 9,1%.
IDXChannel - Harga minyak mentah bergejolak pada perdagangan pagi ini, Kamis (14/7) merespons data inflasi Amerika Serikat periode Juni 2022 sebesar 9,1%.
Data bursa Intercontinental Exchange (ICE), Rabu (14/7/2022), hingga pukul 10:01 WIB, harga Brent untuk kontrak September 2022 tumbuh 0,31% di USD99,86 per barel, setelah koreksi 0,2% pada awal sesi
Adapun West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) untuk pengiriman September naik 0,29% di USD94,09 per barel, setelah dalam lima hari terakhir tertekan 5,07%.
Data inflasi AS semakin memperkuat ekspektasi pasar akan ada kenaikan suku bunga di atas 75 basis poin. Pasar memperkirakan 100 basis poin mungkin terjadi pada pertemuan bank sentral AS / Federal Reserve akhir bulan ini.
Asumsi tersebut datang dari pernyataan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic pada Rabu (13/7) waktu setempat yang mengatakan bahwa kenaikan inflasi Juni mengharuskan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan peningkatan 100 basis poin.
Bank of Canada pada Rabu kemarin telah menaikkan suku bunga utamanya sebesar 100 basis poin dalam upayanya untuk mengatasi inflasi. Langkah Kanada itu mengejutkan pasar dan menjadi negara G7 pertama yang melakukan kenaikan agresif dalam perkembangan perekonomian kelompok tersebut.
Investor tampak berbondong-bondong lari ke dolar, yang dilihat sebagai aset safe haven. Indeks dolar mencapai level tertinggi 20 tahun pada Rabu (13/7) waktu setempat, yang membuat pembelian minyak menjadi lebih mahal bagi pembeli non-AS.
Namun, kenaikan harga minyak akan terbatas menyusul katalis pembatasan Covid-19 di beberapa kota di China untuk mengendalikan kasus subvarian baru.
Impor minyak mentah harian China pada Juni merosot ke level terendah sejak Juli 2018. Sejumlah industri mengantisipasi risiko dampak lockdown yang dapat mengekang permintaan.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden pada Jumat (15/7) akan terbang ke Arab Saudi untuk menghadiri pertemuan puncak sekutu AS. Biden diperkirakan bakal menyerukan sekutu untuk memompa lebih banyak minyak.
Namun, kapasitas cadangan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) diperkirakan hampir habis di mana sebagian besar produsen telah memompa pada kapasitas maksimum.
Data dari Biro Administrasi dan Informasi Energi AS juga menunjukkan adanya permintaan yang melambat menjadi 18,7 juta barel per hari, yang merupakan terendah sejak Juni 2021. Adapun persediaan minyak mentah AS naik, didukung oleh pelepasan cadangan strategis beberapa waktu lalu.
(NDA)