MARKET NEWS

Adaro Minerals (ADMR) Raup Laba Rp3,98 Triliun, Susut 11,87 Persen

Cahya Puteri Abdi Rabbi 31/10/2023 07:44 WIB

Penurunan profitabilitas perseroan disebabkan oleh menurunnya harga batu bara metalurgi pada periode ini.

Adaro Minerals (ADMR) Raup Laba Rp3,98 Triliun (FOTO:MNC Media)n, Susut 11,87 Persen

IDXChannel - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mencatatkan laba sebesar USD250,50 juta atau setara Rp3,98 triliun hingga kuartal III 2023. 

Angka ini susut 11,87% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD284,26 juta.

Adapun, penurunan profitabilitas perseroan disebabkan oleh menurunnya harga batu bara metalurgi pada periode ini, sementara biaya tercatat lebih tinggi karena kenaikan volume.

Di sisi lain, pendapatan ADMR tercatat naik 8,12% menjadi USD720,62 juta atau Rp11,45 triliun, dari sebelumnya sebesar USD666,48 juta. Secara rinci, pendapatan dari segmen pertambangan batu bara tercatat sebesar USD719,07 juta dan pendapatan segmen jasa lainnya sebesar USD2,99 juta.

Peningkatan pendapatan perseroan dikarenakan adanya kenaikan 38% pada volume penjualan yang diofset dengan penurunan 21% pada harga jual rata-rata atau average selling price (ASP). Produk batu bara metalurgi ADMR yang berkualitas tinggi dijual ke berbagai produsen baja di Jepang, Cina, India, Indonesia, dan Korea Selatan. 

“Di tengah tantangan lingkungan eksternal, kinerja ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mencatat pertumbuhan produksi, yang menunjang profitabilitas,” kata Presiden Direktur ADMR, Christian Ariano Rachmat dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (31/10/2023).

Ariano mengungkapkan, permintaan terhadap produk batu bara kokas keras premium tetap tinggi. Hal itu membuat perseroan tetap yakin akan dukungan struktural terhadap bisnis perusahaan.

Dari sisi produksi, ADMR mencatatkan volume produksi yang naik 55% menjadi 3,98 juta ton, berkat ketersediaan alat berat dan kinerja kontraktor yang baik. Selain itu, ADMR mencatat volume pengupasan lapisan penutup sebesar 13,81 juta bcm, atau naik 128% dari periode yang sama tahun sebelumnya, sehingga nisbah kupas pada kuartal III 2023 tercatat 3,47x.

Kemudian, perseroan mencatatkan beban pokok pendapatan sebesar USD341,01 juta atau Rp5,41 triliun terutama karena kenaikan volume produksi. Royalti kepada pemerintah pun naik 2% menjadi USD121,2 juta atau Rp1,92 triliun, biaya penambangan naik 95% menjadi USD83,4 juta atau Rp1,32 triliun.

Selanjutnya, biaya pengolahan batu bara naik 51% menjadi USD50,2 juta atau Rp797,67 miliar, dan biaya pengiriman dan penanganan naik 38% menjadi USD82,1 juta atau Rp1,30 triliun. Sementara itu, konsumsi bahan bakar per September 2023 naik 49%, sedangkan biaya bahan bakar per liter tetap stabil secara secara tahunan.

Di samping itu, beban usaha pada periode sembilan bulan pertama tahun ini naik 83% menjadi USD48,4 juta atau Rp769,07 miliar karena kenaikan signifikan pada penyisihan untuk biaya pemerintah. Adapun, biaya penjualan dan pemasaran pada naik 55% menjadi USD8,2 juta atau Rp130,29 miliar seiring kenaikan volume penjualan, serta biaya karyawan yang juga naik 86% menjadi USD5,7 juta atau Rp90,57 miliar karena peningkatan jumlah karyawan untuk menunjang ekspansi.

Untuk menggenjot kinerja perseroan, Ariano menyampaikan bahwa konstruksi smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya terus menunjukkan kemajuan yang baik. Proyek ini diharapkan akan rampung pada kuartal III tahun 2025 mendatang.

“Ini merupakan peristiwa penting dalam upaya kami untuk mendukung inisiatif hilirisasi Indonesia di kawasan industri hijau di Kalimantan Utara,” ujar Ariano. 

(SAN)

SHARE