Adu Kuat Saham Batu Bara BYAN vs ITMG, Mana yang Lebih Kinclong?
Mengulik adu saham batu bara BYAN vs ITMG memang perlu dicermati.
IDXChannel - Mengulik adu saham batu bara BYAN vs ITMG memang perlu dicermati. Emiten yang bergerak di sektor batu bara akan mengalami tren penurunan pada tahun 2023, menyusul perkiraan penurunan harga komoditas global.
Namun, beberapa trader tertentu masih lebih memilih saham-saham tersebut untuk diperdagangkan dengan tujuan mengambil keuntungan dalam jangka menengah. Emiten batubara tergolong saham siklis, yaitu saham yang perkembangan harganya mengikuti fluktuasi perekonomian.
Dalam hal ini, aktivitas emiten batu bara otomatis akan berkembang sesuai dengan perkembangan harga bahan baku dan permintaan global, yang juga berkembang sesuai dengan perekonomian global.
Adu Saham Batu Bara BYAN vs ITMG
Begini perbedaan laba dan keadaan keuangan perusahaan emiten batu bara yakni BYAN dan ITMG:
1. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
ITMG merupakan perusahaan pertambangan batu bara yang baru didirikan pada tahun 1987 dan melakukan IPO pada tahun 2007. Lokasi tambang ITMG berada di Kalimantan.
Dari segi produksi, kapasitas produksi ITMG cukup jauh dibandingkan Adaro, karena target produksi ITMG tahun 2022 hanya 19 juta ton.
Namun jika melihat kemampuan perusahaan ini dalam meningkatkan keuntungan, Anda tidak akan salah memilih perusahaan. Laba ITMG meningkat empat kali lipat dari USD204 juta pada September 2021 menjadi USD914 juta pada September 2022.
Dengan peningkatan laba yang tajam tersebut, tidak mengherankan jika pada tahun 2022, ITMG akan menjadi salah satu perusahaan yang membagikan dividen dalam jumlah besar, khususnya total dividen sekitar Rp7.168 per saham.
Artinya, jika Anda hanya memiliki satu blok saham pertambangan ini, Anda akan mendapat untung sekitar Rp716.000 dari dividen saja.
Tak berhenti sampai di situ, diperkirakan perusahaan ini juga akan membagikan dividen pada tahun 2023 senilai USD0,46 per saham atau setara dengan sekitar Rp6.900 per saham.
Emiten pertambangan ITMG mencatatkan laba bersih sebesar USD306,94 juta pada paruh pertama tahun 2023. Angka ini turun 33,39% dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar USD460,82 juta.
Sementara itu, laba bersih per saham dasar ITMG tercatat sebesar USD0,27, dibandingkan USD0,41 pada periode yang sama tahun 2022.
Mengutip laporan keuangan ITMG dari Bursa Efek Indonesia (BEI), laba tersebut berasal dari laba bersih sebesar USD1,30 miliar pada semester pertama tahun ini. Jumlah ini turun 8,45% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar USD1,42 miliar.
2. PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Setelah sempat menjadi saham termahal di Bursa Efek Indonesia dengan harga Rp94.500/saham, perseroan baru melakukan stock split di harga Rp9.450/saham pada Desember 2022.
Padahal stock split tersebut baru dilakukan 2 bulan lalu yakni per 17 Februari 2023, harga saham tambang tersebut sudah menembus Rp18.500 lebih per saham. Artinya stok ini memang banyak peminatnya.
Keuntungan perusahaan didirkan oleh Dato' Dr.Tuck Kwong didirikan pada tahun 1973 meningkat lebih dari dua kali lipat pada kuartal ketiga tahun 2022.
Pada kuartal ketiga tahun 2021, keuntungan BYAN sekitar USD734 juta, sedangkan pada kuartal ketiga tahun 2022, keuntungan BYAN meningkat menjadi USD1,6 miliar. Sama seperti ITMG, BYAN juga membagikan keuntungan tersebut kepada investor dalam bentuk dividen.
Sepanjang tahun 2022, perseroan akan membagikan dividen sebanyak dua kali dengan total sekitar Rp4.700 per saham. PT Bayan Resources Tbk (BYAN) optimistis mempertahankan kinerja bisnis di tahun 2023, meski ketidakpastian global dan penurunan harga batu bara yang masih belum stabil.
Pada paruh pertama tahun 2023, PT Bayan Resources Tbk mengalami peningkatan pendapatan sebesar 2% secara tahunan menjadi USD2,04 miliar, dengan laba bersih turun 25% menjadi USD723,85 juta atau setara Rp11,51 triliun. (SNP)