MARKET NEWS

Aksi Jual Bikin Yield Treasury AS Tertinggi Sejak 2008, Investor Khawatir Aksi ‘Galak’ The Fed

Melati Kristina - Riset 28/09/2022 18:32 WIB

Yield  obligasi pemerintah AS atau US Treasury tenor 10 tahun naik hingga 4 persen, di mana menjadi rekor tertinggi dalam satu dekade belakangan.

Aksi Jual Bikin Yield Treasury AS Tertinggi Sejak 2008, Investor Khawatir Aksi ‘Galak’ The Fed. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Imbal hasil (yield ) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS)atau US Treasury tenor 10 tahun mencatatkan kenaikan tertinggi dalam lebih dari satu dekade terakhir, tepatnya sejak 2008. Adapun per Rabu (28/9), yield US Treasury meningkat tajam hingga 4 persen.

Melansir Wall Street Journal,naiknya yield ketika harga obligasi jatuh dengan signifikan dalam empat dekade terakhir didorong meningkatnya ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga jangka pendek oleh bank setral AS yaitu The Federal Reserve (The Fed) guna meredam inflasi yang tertinggi sejak 1980an.

Aksi jual di pasar obligasi meningkat sangat intens selama beberapa hari terakhir karena pelbagai alasan.

Sala satunya soal kekhawatiran investor bahwa bank sentral di seluruh dunia bakal menaikkan suku bunga lebih cepat demi melawan inflasi dan mencegah mata uang mereka melemah lebih lanjut terhadap dolar AS.

Hal tersebut telah berkontribusi pada aksi jual obligasi di seluruh dunia, dengan imbal hasil obligasi pada gilirannya meningkat tajam dari Eropa ke Kanada.

“Mengejutkan betapa cepatnya hal ini [aksi jual obligasi] terjadi,” kata Andres Sanchez Balcazar, kepala obligasi global di Pictet Asset Management, dikutip dari Wall Street Journal, Rabu (28/9).

“Namun,” lanjut Andres, “kenyataan anyarnya adalah inflasi jauh lebih tinggi, jadi bahkan pada 4%, Anda bertanya pada diri sendiri, apakah itu akan cukup untuk menurunkan inflasi?”

Dalam taraf tertentu, kenaikan yield berimbas pada naiknya biaya pinjaman konsumen, memangkas valuasi perusahaan, hingga mengantarkan indeks saham Dow Jones menuju ‘bear market’ dimana pasar saham mengalami pelemahan.

Kondisi tersebut juga diikuti dengan berhentinya penawaran saham baru, macetnya pendanaan perusahaan yang mengandalkan pembiayaan melalui hutang, serta naiknya biaya hipotek yang memperlambat pasar perumahan.

Sementara yield  Treasury dengan tenor 10 tahun sempat menyentuh di atas 4 persen pada jam perdagangan Eropa sebelum kembali tergelincir menjadi 3,96 persen pada Selasa (27/9).

Sedangkan pada Senin (26/9) lalu, yield Treasurytahun 2022 naik 2,5 poin, dimana ini menjadi kenaikan terbesar di periode tersebut sejak 1981.

Dibandingkan yield jangka panjang, yield  Treasury jangka pendek mencatatkan kenaikan yang lebih cepat. Yield  Treasury tenor dua tahun pada minggu lalu melampaui 4 persen dan kini diperdagangkan lebih tinggi. Ini meningkat dibanding yield tenor jangka pendek pada 2021 yang hanya mencapai 0,73 persen.

Meski yield Treasury kemungkinan tidak bertahan di 4 persen, dalam beberapa hari hingga beberapa minggu mendatang, investor akan mencermati sinyal perlambatan ekonomi yang dipandang sebagai langkah pertama untuk menurunkan inflasi.

Kenaikan Treasury tentunya membuat hipotek (KPR) melonjak. Pekan lalu, suku bunga hipotek tenor 30 tahun menembus 6,29 persen yang mana naik dari 2,88 persen pada 12 bulan sebelumnya.

Guna mendukung pasar keuangan selama pandemi, The Fed memberikan kebijakan pembelian obligasi yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif. Program ini menggandakan dua kali lipat portofolio aset bank sentral dari sebagian besar sekuritas Treasury dan hipotek menjadi USD9 triliun.

Mulai Juni, The Fed telah mengurangi jumlah portofolio tersebut dengan membiarkan beberapa obligasi tersebut jatuh tempo tanpa menggantinya.

Sedangkan di bulan ini, The Fed menempatkan USD60 miliar dalam Treasury dan USD35 miliar dalam sekuritas hipotek agar tetap bertumbuh tiap bulannya.

Di tahun ini, dampak dari kebijakan yang menyebabkan ketidaksemimbangan penawaran dan permintaan yangdapat meningkatkan yield obligasi telah dimitigasi denganmeningkatkan penerimaan pajak dan menurunkan pengeluaran pemerintah.

Hal tersebut juga memungkinkan Departemen Keuangan untuk memotong ukuran lelang obligasinya.

(ADF)

SHARE