MARKET NEWS

Aktivitas IPO Global Melambat, Pasar Negara Berkembang Justru Tumbuh Pesat

Taufan Sukma/IDX Channel 29/07/2023 22:47 WIB

Yang menarik, Indonesia sukses melampaui Hong Kong dalam peringkat bursa global berdasarkan jumlah penawaran.

Aktivitas IPO Global Melambat, Pasar Negara Berkembang Justru Tumbuh Pesat (foto: MNC Media)

IDXChannel - Lembaga akuntan publik multinasional, Ernst & Young (EY), mencatat pelaksanaan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) secara global di sepanjang semester I-2023 sebanyak 615 IPO, dengan peningkatan modal sebesar USD60,9 miliar.

Capaian tersebut terhitung turun sebesar lima persen secara year to date (YtD), dan bahkan minus 36 persen secara tahunan (year on year/YoY).

Pasar Amerika Serikat (AS) masih menjadi memiliki sentral penawaran terbesar sejak November 2021. Sementara Asia-Pasifik terus mendominasi dengan pangsa pasar sekitar 60 persen.

Yang menarik, Indonesia sukses melampaui Hong Kong dalam peringkat bursa global berdasarkan jumlah penawaran.

Tak hanya itu, Indonesia juga sukses mempertahankan posisi sebagai pasar IPO terbesar di ASEAN, dengan momentum yang kemungkinan akan berlanjut sepanjang tahun.

Berdasarkan rilis resmi yang telah dipublikasikan, EY menyebut bahwa proses penawaran yang lebih besar datang ke pasar pada triwulan II-2023, meski pemulihan terjadi cukup lambat.

"Hasil sederhana ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi global yang lebih lambat, kebijakan moneter yang ketat, dan ketegangan geopolitik yang meningkat," tulis EY, dalam rilis resminya.

Namun, dalam analisa EY, beberapa pasar negara berkembang menunjukkan perkembangan pesat pada aktivitas IPO. Hal tersebut diperkirakan lantaran negara-negara tersebut diuntungkan dari permintaan global terhadap sumber daya mineral yang kaya, populasi yang besar, serta pertumbuhan unicorn dan usaha kecil dan menengah (UKM) wirausaha.

Sementara sektor teknologi terus menjadi sektor unggulan dalam kegiatan IPO hingga saat ini pada tahun 2023. Hasil IPO yang diperoleh perusahaan-perusahaan di sektor energi telah menyusut akibat pelemahan harga energi global.

Selain itu, aktivitas lintas batas telah mengalami lonjakan yang signifikan baik dalam volume maupun perolehan pendanaan, terutama disebabkan oleh meningkatnya arus masuk dari Cina ke AS dan aliran yang stabil ke Bursa Efek Swiss.

Menurut EY, pasar perusahaan akuisisi tujuan khusus (special purpose acquisition company/SPAC) terus ditantang dengan negosiasi yang semakin kompleks.

"Masih banyak SPAC yang belum mengumumkan atau menyelesaikan de-SPAC (perusahaan swasta bergabung dengan perusahaan cangkang public yang ada dan dibentuk sebagai SPAC), yang menghadapi likuidasi pada masa tenggang enam bulan ke depan," tulis EY.

Namun, EY berharap kegiatan IPO SPAC akan kembali ke tingkat yang lebih masuk akal dan berkelanjutan seperti yang terlihat sebelum tahun 2021. (TSA)

SHARE