MARKET NEWS

Ambisi Hilirisasi Komoditas Andalan RI, Intip Gerak Harga Nikel-Timah Cs Sepekan Ini

Maulina Ulfa - Riset 19/06/2023 13:18 WIB

Hilirisasi menjadi tujuan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan sejumlah komoditas sumber daya alam (SDA) andalan Tanah Air.

Ambisi Hilirisasi Komoditas Andalan RI, Intip Gerak Harga Nikel-Timah Cs Sepekan Ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Hilirisasi menjadi tujuan pemerintah Indonesia dalam mengembangkan sejumlah komoditas sumber daya alam (SDA) andalan Tanah Air. Sejumlah komoditas tersebut, di antaranya nikel, bauksit, tembaga, emas, dan timah.

Harga sejumlah komoditas ini terpantau bergerak menguat dalam perdagangan sepekan terakhir.

Menurut Trading Economics, dalam sepekan terakhir (12-19 Juni 2023), harga timah naik 5,45% disusul harga nikel yang juga naik 9,15%. Adapun tembaga mengalami kenaikan harga 2,93% dan produk turunan bauksit berupa alumunium naik 0,13%. Sementara harga emas di pasar internasional masih tertekan 0,02% selama sepekan. (Lihat grafik di bawah ini.)

Berdasarkan data Trading Economics, di pasar internasional, nikel berjangka diperdagangkan di sekitar USD22.700 per ton per Senin (19/6/2023). Angka ini naik dari posisi terendah 9 bulan yang dicapai pada 31 Mei lalu.

Kondisi ini terjadi di tengah kondisi ekonomi China yang lesu. Serta didukung pemotongan suku bunga fasilitas pinjaman tetap dan investasi miliaran bank sentral ke pasar keuangan negeri Tirai Bambu.

Di pasar timah berjangka, harga komoditas ini melonjak di atas USD25.600 per ton, tertinggi dalam lebih dari tiga minggu di tengah ekspektasi kekurangan pasokan di pasar timah global.

Meskipun pemulihan permintaan dari China melambat, namun larangan penambangan timah yang diwacanakan di wilayah Myanmar dan larangan ekspor timah batangan Indonesia akan memperketat komoditas ini di pasar global secara signifikan.

Di sisi lain, produk turunan bauksit berupa aluminium berjangka telah diperdagangkan dalam kisaran USD2.200 hingga USD2.300 per metrik ton atau naik 0,96% dalam perdagangan harian. Ini karena para trader mengantisipasi pasar aluminium China yang lebih seimbang setelah defisit pada 2022.

Faktor utama kenaikan ini adalah produksi aluminium di kawasan provinsi Yunnan, China yang terancam oleh penurunan curah hujan yang parah, yang menyebabkan produksi tenaga listrik tenaga air menjadi sangat rendah dan mengganggu proses produksi.

Adapun tembaga berjangka naik menuju USD3,9 per pon pada Juni, tertinggi dalam lebih dari satu bulan di tengah pelemahan dolar, meningkatnya kekhawatiran pasokan, dan harapan kenaikan permintaan.

Pelaku pasar utama khawatir pasokan tembaga mungkin tidak memenuhi ekspektasi permintaan jangka panjang yang kuat. Ini karena logam merupakan bahan baku penting untuk transisi ke sumber daya terbarukan.

Sementara emas bertahan di bawah USD1.960 per ons pada perdagangan awal pekan ini. Harga emas melayang mendekati level terlemahnya dalam tiga bulan, tertekan oleh pernyataan hawkish dari bank sentral AS The Federal Reserve.

Indonesia memiliki cadangan melimpah dari sejumlah komoditas tersebut. Melihat harga sejumlah komoditas tersebut yang masih kuat di pasar internasional, ini menjadi peluang menjanjikan bagi ambisi hilirisasi di Indonesia. (ADF)

SHARE