MARKET NEWS

Antam (ANTM) Diproyeksi Masuk Fase Pertumbuhan Baru, Kinerja Ditopang Emas dan Hilirisasi Nikel

Desi Angriani 21/11/2025 22:15 WIB

Pendapatan tersebut melonjak 66,7 persen secara tahunan (YoY) didorong peningkatan signifikan di seluruh lini bisnis utama.

Antam (ANTM) Diproyeksi Masuk Fase Pertumbuhan Baru, Kinerja Ditopang Emas dan Hilirisasi Nikel (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat kinerja positif sepanjang Januari-September 2025 dengan meraup pendapatan Rp71,03 triliun.

Pendapatan tersebut melonjak 66,7 persen secara tahunan (YoY) didorong peningkatan signifikan di seluruh lini bisnis utama.

Penjualan emas kontributor terbesar pendapatan naik 64,3 persen YoY menjadi Rp58,67 triliun. Segmen bijih nikel mencatat kenaikan paling agresif dengan lonjakan 171,9 persen YoY menjadi Rp9,53 triliun, sedangkan penjualan alumina tumbuh 22,5 persen YoY ke Rp1,37 triliun.

Meski beban pokok penjualan naik 55,1 persen YoY menjadi Rp60,24 triliun, ANTM tetap membukukan pertumbuhan laba yang kuat. Laba kotor meroket 167,7 persen YoY menjadi Rp10,98 triliun, mendongkrak gross profit margin (GPM) dari 9,5 persen menjadi 15,2 persen.

EBITDA perseroan naik 204,6 persen YoY menjadi Rp8,81 triliun, dengan lebih dari 50 persen ditopang oleh segmen nikel. Adapun laba bersih meningkat tajam 171,4 persen YoY menjadi Rp5,98 triliun.

Menurut riset Phintraco Sekuritas, Rabu (19/11/2025) laba didorong oleh pendapatan yang lebih besar dan penurunan beban keuangan 41,3 persen YoY menjadi Rp103,7 miliar. Net profit margin (NPM) ikut membaik dari 5,1 persen menjadi 8,3 persen.

Target penjualan emas 2026 tetap 30-40 ton

Penjualan emas ANTM sempat tertekan pada kuartal III-2025 setelah terjadi gangguan pasokan menyusul penutupan tambang Grasberg dan pembatasan impor emas. Volume penjualan turun signifikan menjadi 4,8 ton dibanding 15,6 ton pada kuartal sebelumnya.

Namun secara kumulatif, penjualan emas masih tumbuh 19,6 persen YoY menjadi 34,2 ton hingga September 2025. ANTM tetap mempertahankan target penjualan emas 2026 di kisaran 30-40 ton dengan mengamankan suplai Freeport pasca insiden operasional serta menyeimbangkan antara pasokan domestik dan impor sesuai regulasi.

Phintraco mencatat bahwa ANTM semakin memperkuat pengembangan hilirisasi nikel sejalan dengan kebijakan industri baterai nasional. Produksi bijih nikel naik 71,9 persen YoY menjadi 12,55 juta wmt pada sembilan bulan pertama 2025, sekaligus membuka peluang peningkatan output produk bernilai tambah seperti Nickel Pig Iron (NPI) dan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).

Pembangunan ekosistem baterai terintegrasi di Karawang dan Halmahera yang diresmikan pada Juni 2025. Proyek HPAL dengan CBL Consortium berkapasitas 55.000 ton MHP, ditargetkan beroperasi 2026-2028. Proyek RKEF berkapasitas 88.000 ton NPI dengan target operasi 2025-2027.

Untuk memastikan stabilitas pasokan alumina, ANTM meningkatkan produksi bauksit hingga 262,9 persen YoY menjadi 2,31 juta ton hingga kuartal III. Upaya ini selaras dengan progres Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Phase 1 bersama Inalum yang kini memasuki tahap komisioning dan ditargetkan beroperasi penuh di akhir 2025.

Dengan kapasitas 1 juta ton dan investasi USD900 juta, SGAR fase pertama akan dilanjutkan ke Phase 2 yang akan menambah kapasitas 1 juta ton lagi dengan estimasi investasi USD700-USD800 juta.

Melihat kinerja yang jauh melampaui ekspektasi semula, Phintraco Sekuritas menaikkan estimasi dan memberikan fair value baru Rp3.700, meningkat dari sebelumnya Rp2.400, dengan rekomendasi Buy.

Saat ini, saham ANTM diperdagangkan pada valuasi PBV 2,14x, di atas rerata lima tahunnya yaitu 1,67x, mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek hilirisasi dan pemulihan rantai pasok emas di tahun mendatang.

(DESI ANGRIANI)

SHARE