MARKET NEWS

Arus Modal Asing Keluar Disebut KSSK Dua Kali Lipat Krisis 2008

Shifa Nurhaliza 11/05/2020 10:45 WIB

Derasnya arus modal asing yang keluar (capital outflow) selama masa pandemi covid-19 membawa pengaruh bagi stabilisasi sistem keuangan nasional.

Arus Modal Asing Keluar Disebut KSSK Dua Kali Lipat Krisis 2008. (Foto: Ist)

IDXChannel – Derasnya arus modal asing yang keluar (capital outflow) selama masa pandemi covid-19 membawa pengaruh bagi stabilisasi sistem keuangan nasional.

Diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, bahwa derasnya arus modal asing yang keluar menjadi isu sentral dalam rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada kuartal I-2020 dan menyebabkan kondisi perekonomian turun akibat munculnya wabah virus korona.

"Kemudian (momentum) ini mengalami perubahan arah yang sangat signifikan akibat pandemi Covid-19," kata Sri Mulyani, pada Senin (11/5/2020).

Meski pada awal tahun pemerintah melihat adanya momentum perbaikan ekonomi, namun dampak dari adanya pandemi covid-19 membuat pasar keuangan nasional berada diluar kendali.

Seperti saat terjadinya krisis finansial 2008, dimana arus modal asing yang keluar dari Indonesia mencapai Rp69,9 triliun dan saat krisis taper tantrum 2013, capital outflow tercatat Rp36 triliun.

"Sementara saat ini untuk periode Januari-Maret lalu saja, capital outflow Rp145,28 triliun, lebih dari dua kali lipat pada saat terjadi guncangan krisis global, magnitude ini yang menjadi perhatian utama KSSK," imbuh menkeu.

Kepanikan di pasar keuangan, ditambahkan Sri Mulyani, memang terjadi secara global dan terlihat dari sisi CBOE Volatility Index yang mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah. Dan berakibat pada investor asing yang ikut menarik modalnya dari negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.

Derasnya capital outflow, ungkal menkeu, membuat nilai tukar rupiah sangat bergejolak. Pada Februari 2020, kurs rupiah masih berada di kisaran Rp14.318 per dolar AS.

"Namun memasuki pekan kedua Maret terjadi pelemahan ke Rp14.778 per dolar AS, dan berlanjut ke level terendah pada 23 Maret ke Rp16.575 per dolar AS," tutup Sri Mulyani. (*)

SHARE