MARKET NEWS

Banjir Sentimen Positif, IHSG Bisa Kena Siklus Sell In May and Go Away?

Fiki Ariyanti 02/05/2023 11:07 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ke depan diproyeksi masih akan positif.

Banjir Sentimen Positif, IHSG Bisa Kena Siklus Sell In May and Go Away? (Foto MNC Media)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ke depan diproyeksi masih akan positif. Hal tersebut dipicu oleh kondisi ekonomi dalam negeri saat ini yang masih solid dibanding perekonomian sejumlah negara di global.

Proyeksi ini mengacu pada pencapaian pertumbuhan ekonomi dalam negeri di tahun lalu yang mencapai 5,31% dan proyeksi ekonomi Indonesia 2023 mencapai sekitar 5%. Di sisi lain, foreign inflow yang masih cukup besar. 

Foreign net buy ke pasar saham dalam negeri sejak awal tahun hingga 28 April 2023 tercatat mencapai Rp 18,31 triliun (all market). 

"Pergerakan IHSG selama satu bulan terakhir sangat positif, yakni menguat 3,35%. Sejumlah katalis yang membayangi IHSG hingga akhir April 2023 berupa katalis positif dari data makro ekonomi dalam negeri," ujar Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani  dalam risetnya, Selasa (2/5/2023).

Katalis positif tersebut, di antaranya PMI Indeks Indonesia pada posisi Maret 2023 yang dilaporkan melanjutkan tren ekspansif di level 51,9, meningkat sebesar 1,37% dibanding periode sebelumnya yang tercatat pada level 51,2. 

Tren inflasi dalam negeri yang terjaga pada level 4,97% YoY dengan inflasi inti yang tercatat pada level 2,94% YoY terpantau masih dalam rentang target bank Indonesia pada level 3% plus minus, sehingga Bank Indonesia kembali mempertahankan BI7DRRR pada level 5,75%. 

Posisi cadangan devisa pada posisi akhir Maret 2023 yang dilaporkan tumbuh cukup signifikan yakni USD145,2 miliar, lebih tinggi dibanding posisi pada periode bulan sebelumnya yang tercatat USD140,3 miliar.

Loan Growth Nasional yang tumbuh solid pada level 9,93%, data Indeks Keyakinan Konsumen yang tercatat masih pada level optimis 123,3 pada Maret 2023, serta data jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) yang dilaporkan masih tumbuh positif 6,2% pada Maret 2023. 

"Katalis positif lainnya juga berasal dari optimistis pasar terhadap rilisnya laporan kinerja emiten untuk periode kuartal-I 2023 yang dilaporkan diatas ekspektasi, dan aksi korporasi berupa pembagian dividen dengan rasio dividend yield yang terbilang jumbo menjadi semacam booster penggerak laju IHSG hingga akhir April 2023," jelas Christy. 

Sementara itu, untuk katalis eksternal, sambung dia, di antaranya berasal dari data PMI manufaktur Amerika Serikat pada April 2023 yang tercatat pada level optimis yakni sebesar 50,4. Industri manufaktur AS yang pulih tersebut menjadi katalis positif untuk kinerja ekspor non migas Indonesia. 

Pasalnya AS merupakan salah satu negara tujuan ekspor non migas terbesar setelah China dengan porsi 10,22% sepanjang 2022, serta data laporan terkait produksi industri dan penjualan ritel yang membaik di Asia menjadi tambahan katalis positif lainnya.

Menurut Christy, melihat secara historikal, IHSG pada Mei memang cenderung mencatat pelemahan. Pada 2022, IHSG terkoreksi 1,11%, di 2021 minus 0,80%, 2020 menguat 0,79%, 2019 terkoreksi 3,81%, dan di 2018 tergelincir 3,14%. 

"Dalam lima tahun terakhir hanya pada Mei tahun 2020 pergerakan IHSG terpantau positif menguat 0,79%, sehingga muncul sebuah istilah sell in May and Go Away. Namun untuk Mei 2023 ini, pergerakan IHSG berpeluang positif dengan mempertimbangkan sejumlah faktor dan katalis pendorongnya," papar Christy. 

Arah IHSG pada Mei 2023, diakuinya, masih berpotensi untuk menguat terbatas dalam rentang 6735 – 6995. Hal tersebut ditopang oleh sejumlah faktor, di antaranya faktor ekonomi nasional yang masih solid, karena pelaku pasar dalam negeri akan mencermati pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal-I 2023 yang akan rilis, dengan ekspektasi ekonomi Indonesia masih akan tercatat tumbuh positif pada kuartal-I 2023 ini. 

"Faktor pendorong lainnya juga berasal dari membaiknya kinerja emiten ditengah kembali padatnya mobilitas sosial masyarakat. Dari hal tersebut inilah yang menyebabkan tingginya optimisme pelaku pasar domestik tumbuh karena potensi rilis kinerja emiten pada kuartal-I 2023 yang positif," paparnya.

Meskipun ketidakpastian global masih cukup tinggi, karena pergerakan IHSG juga akan dipengaruhi oleh sejumlah katalis eksternal yakni di antaranya adalah hasil FOMC The Fed pada bulan Mei 2023 terhadap kebijakan suku bunga acuannya. Dampak dari kebijakan moneter AS yang cukup ketat sebelumnya menyebabkan sejumlah bank regional mengalami krisis likuiditas, sehingga pelaku pasar global sangat menantikan bagaimana hasil FOMC The Fed pada Mei 2023.

"Apabila The Fed tetap menaikan suku bunga sebesar 25 bps, saya rasa ini telah diekspektasi oleh pelaku pasar, sehingga dampaknya tidak terlalu menekan pergerakan pasar saham global. Namun, jika The Fed menahan kenaikan suku bunga acuan nya atau cenderung lebih dovish, tentu dapat menjadi katalis yang cukup positif," terang Christy.

Christy memperkirakan, sektor yang prospektif di antaranya adalah consumer goods, sektor ritel, dan komoditas pertambangan logam & mineral. 

"Tahun 2023 ini merupakan tahun menjelang pemilu pada tahun 2024, oleh karena itu, sektor consumer goods dan sektor ritel dapat dipertimbangkan. Katalis yang memengaruhi sektor tersebut di antaranya meningkatnya UMP hingga maksimal 10% sejak awal tahun sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang secara otomatis meningkatkan permintaan terhadap suatu produk dan akan menguntungkan emiten pada sektor konsumer dan sektor ritel," tutur dia.

Sementara itu, ritel sales terpantau menguat 0,6% YoY pada Februari 2023, lebih baik dibanding perolehan bulan sebelumnya yang terkoreksi 0,6% YoY.

Sektor komoditas pertambangan logam dan mineral, lanjutnya, dipengaruhi oleh sentimen terkait ekonomi China yang re-opening dimana hal tersebut tentunya meningkatkan permintaan komoditas pertambangan logam dan mineral tumbuh untuk kebutuhan manufaktur. 

Hilirisasi nikel di Indonesia juga berpotensi menciptakan nilai tambah akan nilai jual produk. Serta industri baterai listrik saat ini juga turut mendorong permintaan akan komoditas ini tumbuh signifikan sehingga sangat berdampak positif untuk saham-saham nikel di masa depan.

Berikut rekomendasi saham yang dapat dipertimbangkan dari Ajaib Sekuritas:

(BUY) MYOR di area Rp2.580 - Rp2.600 dengan target harga pada resistance di level Rp2.800, serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada level harga Rp2.370.

(BUY) INDF di area Rp6.425 – Rp6.450 dengan target harga pada resistance di level Rp6.875, serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada level harga Rp6.200.

(BUY on Weakness) MAPI pada area level Rp1.355 - Rp1.370 dengan target harga pada resistance di level Rp1.600 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada level harga Rp 1.305

(BUY on Weakness) MDKA pada area level Rp3.900 - Rp3.940 dengan target harga pada resistance di level Rp4.750 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada level harga Rp3.760.

(FAY)

SHARE