Bank Mandiri (BMRI) Prediksi Inflasi Akhir Tahun di Kisaran 6,27 Persen
BMRI melihat tantangan lain yang datang dari kenaikan harga energi yang juga menjadi alasan pemerintah mengurangi subsidi BBM untuk mengurangi tekanan pada APBN
IDXChannel - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melihat tantangan lain yang datang dari kenaikan harga energi yang juga menjadi alasan pemerintah mengurangi subsidi BBM untuk mengurangi tekanan pada APBN.
Hal itu yang membuat Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi di bulan September 2022 telah menginjak level 1,17% secara month on month (mom) atau sebesar 5,95% secara yoy.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri, Panji Irawan mengatakan, ada indikator positif yang bisa dipetik dari angka inflasi tersebut. Pertama, inflasi year to date (ytd) relatif rendah dibandingkan negara-negara lain, yaitu 4,84%.
"Memakai asumsi tekanan inflasi di Oktober hingga Desember melandai, maka inflasi akhir tahun 2022 masih akan sesuai dengan prediksi Tim Ekonom Bank Mandiri yakni di kisaran 6,27%," kata Panji dalam Mandiri Economic Outlook kuartal III 2022 di Jakarta, Selasa (4/10/2022).
Kedua, pemerintah bersama-sama dengan Bank Indonesia (BI) tengah berupaya untuk menjaga inflasi pangan berada di level stabil. Tujuannya, agar daya beli masyarakat tetap terjaga hingga akhir tahun.
Menurut Panji, yang perlu diingat adalah kebijakan Pemerintah dan BI telah responsif bahkan sebelum kenaikan harga BBM terjadi. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai subsidi dan bantuan untuk menopang pendapatan masyarakat.
"Di sisi lain, BI merespon kebijakan pre-emptive dengan menaikkan suku bunga acuan dengan total 75 basis poin (bps) dalam dua bulan terakhir,” papar Panji.
Melihat respon kebijakan ini, Tim Ekonom Bank Mandiri optimis ekonomi Indonesia akan relatif stabil sampai akhir tahun. Apalagi, Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan di beberapa sektor seperti telekomunikasi, jasa kesehatan dan sektor terkait program hilirisasi.
Selaras dengan itu, beberapa sektor ekonomi lain juga masih punya daya tahan yang kuat terhadap gejolak eksternal seperti sektor makanan-minuman, utilities (listrik, air dan gas), hingga sektor pemerintahan. Adapun sektor komoditas sejatinya masih punya prospek baik dan menguntungkan bagi bisnis.
Faktor lain yang tak kalah penting lanjut Panji, fungsi intermediasi perbankan yang masih melaju di awal kuartal III 2022. Data mencatat, pertumbuhan kredit industri perbankan di bulan Agustus masih dua digit menembus 10,62% yoy.
“Kualitas aset perbankan juga cukup stabil, terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) industri terjaga di level 2,9% pada bulan Juli 2022,” tambah Panji.
Gayung bersambut, kinerja keuangan Bank Mandiri pun menorehkan hasil impresif. Tercatat, pada kuartal II 2022 aset Bank Mandiri tumbuh 13% secara yoy dengan kualitas yang terjaga.
Kenaikan itu tentunya diikuti oleh peningkatan penyaluran kredit yang tumbuh 12,2% yoy. Pun, dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri meningkat signifikan sebesar 12,8% yoy, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri perbankan yang sebesar 9,1% pada periode sama.
Untuk itu, dalam menjaga pertumbuhan Bank Mandiri terus melanjutkan transformasi digital dengan meningkatkan transaksi wholesale dan ritel melalui perluasan ekosistem digital. Antara lain dengan memaksimalkan layanan digital Livin’ by Mandiri untuk nasabah ritel dan Kopra by Mandiri untuk nasabah wholesale.
“Dengan berbagai inisiatif dan modal infrastruktur yang kami miliki, kami optimis kinerja Bank Mandiri akan terus membaik di tahun 2022 dan tetap stabil di tahun 2023, meski di tengah maraknya risiko dan ketidakpastian global serta normalisasi kebijakan domestik,” pungkasnya.
(NDA)