MARKET NEWS

Baru IPO, Saham BAUT-NANO Cs Sudah Ambles ke Level Gocap

Melati Kristina - Riset 18/07/2022 16:35 WIB

Semenjak melantai perdana di tahun ini, harga saham BAUT, NANO, NTBK, dan WINR kompak rontok di level gocap atau berkisar di Rp50/saham. 

Baru IPO, Saham BAUT-NANO Cs Sudah Ambles ke Level Gocap. (Foto: MNC Media)

IDXChannel –Sepanjang tahun 2022, tercatat 26 perusahaan melantai pertama kali di bursa atau melakukan aksi korporasi berupa penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO).

Emiten tersebut bergerak di berbagai sektor seperti teknologi, layanan kesehatan, pariwisata, pertambangan, barang konsumsi, dan lain sebagainya. Meski baru melenggang di bursa, ada beberapa emiten yang harga sahamnya ‘nyungsep’di level gocap atau Rp50/saham.

Berdasarkan hasil riset Tim Riset IDX Channel bersumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat empat emiten yang harga sahamnya di kisaran Rp50/saham yakni PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk (BAUT), PT Nusatama Berkah Tbk (NTBK), PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO), dan PT Winner Nusantara Tbk (WINR).

PT Mitra Angkasa Sejahtera Tbk (BAUT)

BAUT merupakan emiten di level gocap yang kinerja sahamnya terburuk dibanding emiten lainnya yang IPO pada tahun ini. Merujuk data BEI pada Jumat (15/7), semenjak manggung di bursa, harga saham emiten ini anjlok minus 50 persen di level Rp50/saham.

Sementara harga IPO emiten yang melantai pada 28 Januari 2022 ini mencapai Rp100/saham. Aksi korporasi BAUT membuat emiten ini mengantongi dana segar sebesar Rp145 miliar. Adapun 6 persen dananya digunakan untuk membayar utang ke pemegang saham pengendali perseroan yakni NA Fasteners Pte. Ltd.

Sekadar informasi, NA Fasteners Pte. Ltd. menguasai 54,1 persen saham BAUT. Adapun saham yang dimiliki yakni mencapai 2,6 miliar lembar saham. Sisanya, saham BAUT dikuasai oleh publik (30,2 persen) dan PT Fas Bersama Investama (15,63 persen).

Per Senin (18/7), BEI mencatat, kapitalisasi pasar BAUT mencapai Rp240 miliar. Meski demikian, merosotnya harga saham BAUT terjadi di tengah kinerja keuangan yang solid pada triwulan pertama tahun ini.

Menurut laporan keuangannya, pendapatan bersih BAUT tumbuh sebesar 46,62 persen di periode ini menjadi Rp45,30 miliar. Bahkan, laba bersih emiten ini melesat hingga 330,91 persen secara year on year (yoy).

Di triwulan I-2022, BAUT berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp956,25 juta. Padahal di periode yang sama tahun lalu, laba bersih emiten ini hanya sebesar Rp221,91 juta.

Melesatnya laba bersih emiten secara signifikan didukung oleh meningkatnya pendapatan perusahaan seiring pulihnya perekonomian pasca Covid-19 yang turut meningkatkan permintaan produk-produk perusahaan.

Adapun emiten yang berdiri sejak tahun 2012 ini berfokus pada perdagangan besar logam untuk bahan konstruksi seperti mur dan baut. Selain itu, BAUT juga menjual peralatan untuk keperluan industri, material bangunan, hingga perlengkapan pertanian.

PT Nusatama Berkah Tbk (NTBK)

PT Nusatama Berkah Tbk (NTBK) juga mencatatkan kinerja saham yang ambruk hingga minus 50 persen sejak pertama kali melantai dibursa. Adapun harga IPO emiten ini sebesar Rp100/saham, namun terus turun hingga level Rp50/saham di perdagangan Jumat (15/7).

Sama seperti BAUT, kinerja saham NTBK rontok di tengah kinerja keuangan emiten yang solid di triwulan pertama tahun ini. Adapun NTBK berhasil mencetak pendapatan bersih hingga Rp15,69 miliar atau melesat 72,92 persen secara tahunan.

Di samping itu, laba bersih NTBK juga ikut meroket hingga 247,29 persen pada triwulan I-2022. Di periode ini, NTBK membukukan laba bersih hingga Rp207,07 juta. Sementara di periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih emiten ini hanya sebesar Rp59,62 juta.

NTBK merupakan emiten yang bergerak di bidang industri manufaktur kendaraan khusus. Emiten yang tercatat melantai di bursa sejak 9 Februari 2022 lalu mengantongi dana IPO hingga Rp70 miliar.

Adapun dana tersebut akan digunakan untuk modal kerja, pembelia mesin, hingga perluasan area produksi. Rinciannya, 87,21 persen digunakan untuk persediaan bahan baku, gaji karyawan, hingga biaya pemasaran. Sedangkan 6,02 persen digunakan untuk pembelian mesin.

PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO)

Perusahaan yang berada di level gocap lainnya yaitu PT Nanotech Indonesia Global Tbk atau NANO. Per Jumat (15/7), harga saham NANO turun minus 48 persen menjadi Rp51/saham. Adapun harga IPO emiten ini dibuka pada Rp100/saham.

Informasi saja, NANO merupakan perusahaan nanoteknologi yang berkecimpung di bidang roduk kecantikan dan kesehatan.

Adapun saham yang dikeluarkan oleh perusahaan retail kosmetik ini mencapai 1,28 miliar saham atau 29,99% dari total modal. Sementara NANO meraup sebesar Rp128,50 miliar dana IPO.

Berdasarkan keterbukaan informasi, dana hasil IPO akan digunakan untuk belanja modal, pengembangan infrastruktur teknologi dan informasi, serta modal kerja atau operational expenditure (OPEX) perseroan.

BEI mencatat, saham NANO dalam bulan Juli sudah menyentuh auto rejection atas (ARB) 7 persen sebanyak dua kali secara beruntun.

Pada Rabu (6/7), saham NANO anjlok hingga minus 8,70 persen. Sementara di perdagangan Kamis (7/7), harga saham emiten ini kembali ambruk hingga minus 9,52 persen.

PT Winner Nusantara Tbk (WINR)

Perusahaan yang sahamnya ambruk setelah IPO terakhir yaitu PT Winner Nusantara Tbk (WINR). Sama seperti ketiga emiten lain, saham emiten ini anjlok minus 48 persen sejak pertama melantai di level gocap atau Rp52/saham.

Semenjak melantai perdana di bursa, saham emiten properti asal Batam ini berkali-kali anjlok hingga kena ARB 7 persen. Pada perdagangan Kamis (7/7), saham WINR merosot mencapai minus 6,90 persen. Bahkan, dalam kurun sebulan, emiten ini sudah kena ARB sebanyak lima kali.

WINR tercatat melakukan IPO pada 25 April 2022 lalu. Menurut manajemen dalam keterangan resminya, IPO dilakukan perseroan guna mendukung sumber pendanaan WINR dalam mengembangkan usaha. (ADF)

Periset: Melati Kristina

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE