BEI Luncurkan Short Selling dan Intraday Short Selling di Kuartal II-2025, Ini Daftar Sahamnya
Bursa Efek Indonesia (BEI) akan meluncurkan implementasi transaksi short selling dan intraday short selling (IDSS) pada kuartal II-2025.
IDXChannel - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan meluncurkan implementasi transaksi short selling dan intraday short selling (IDSS) pada kuartal II-2025.
Ini merupakan tahap pertama penerapan short selling dan akan dibatasi hingga satu tahun berikutnya, di mana yang bisa bertransaksi pada tahap pertama ini hanya investor ritel domestik.
“Jadi tidak kami buka dulu untuk investor institutional, baik domestik maupun investor foreign. Ini juga salah satu upaya untuk meningkatkan market resiliensi dengan meningkatkan partisipasi dari investor domestik, khususnya investor ritel,” kata Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI, Firza Rizqi Putra dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal secara daring pada Selasa (11/2/2025).
Short selling adalah transaksi penjualan efek, di mana efek tersebut tidak dimiliki oleh penjual pada saat transaksi dilaksanakan.
Sedangkan intraday short selling (IDSS) adalah transaksi short selling yang penyelesaian posisinya dilakukan pada hari bursa yang sama (net off position di akhir hari).
Kebijakan tersebut diterapkan karena BEI melihat pergerakan investor ritel aktif yang meningkat. Hal itu diyakini dapat meningkatkan resiliensi pasar, sehingga pasar modal dalam negeri lebih resilien menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
“Dengan mempunyai basis ritel investor yang cukup kuat untuk market, kita semua percaya ini bisa melindungi market akan lebih tahan lagi,” tutur Firza.
Kemudian dari sisi saham, pada tahap pertama implementasi, hanya ada 10 saham yang masuk dalam kategori indeks LQ45 yang bisa ditransaksikan secara short selling, yaitu PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).
Ada juga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Merdeka Battrey Materials Tbk (MBMA), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Firza menjelaskan, alasan bursa memilih saham-saham tersebut yakni berdasarkan kondisi fundamental yang sangat baik, memiliki volume dan likuiditas yang sangat baik dan juga memiliki free flow atau ketersediaan jumlah saham yang sangat besar.
Hal itu bertujuan untuk melindungi investor ritel yang melakukan transaksi short selling, karena sahamnya dinilai sangat likuid dan tidak rentan terjadi manipulasi pasar.
Setelah implementasi tahap pertama berdampak baik bagi kondisi pasar modal dalam negeri, BEI akan melanjutkan implementasi tahap kedua dan mengizinkan partisipasi investor institusi baik domestik maupun asing.
Sedangkan saham-saham yang bisa ditransaksikan tetap merupakan saham dari indeks LQ45.
“Harapannya memang dengan adanya pembagian masa transisi, investor ritel yang melakukan transaksi short selling juga merasa mempunyai same level of playing field dan menambah partisipasi investor retail dan meningkatkan resiliensi pasar,” tutur Firza.
(Fiki Ariyanti)