MARKET NEWS

Belajar dari China dan AS, Bagaimana Polusi Udara Pengaruhi Pasar Saham?

Maulina Ulfa - Riset 14/08/2023 10:18 WIB

Publik dihebohkan dengan buruknya kualitas udara di wilayah Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya selama dua pekan terakhir.

Belajar dari China dan AS, Bagaimana Polusi Udara Pengaruhi Pasar Saham? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Publik dihebohkan dengan buruknya kualitas udara di wilayah Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya selama dua pekan terakhir. Isu polusi udara ini menyebabkan munculnya isu lain berupa peningkatan kasus penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) di wilayah Jabodetabek.

Kualitas udara Jakarta, Indonesia, kembali masuk kategori 'tidak sehat'. Menurut Air Quality Index (AQI), Jakarta menduduki posisi pertama sebagai kota dengan udara terkotor di dunia, Kamis (10/8/2023).

Awan (30 tahun), seorang pekerja sektor non pemerintahan yang sehari-hari menghabiskan aktivitasnya di Jakarta Selatan mengaku sudah tiga minggu merasakan batuk yang tak kunjung sembuh.

Sudah dua dokter ia kunjung, dan segala prosedur medis telah ia lalui. Ia disarankan ronsen paru-paru oleh sang dokter dan hasilnya tak ada gejala yang berarti di dalam organ pernafasannya tersebut. Ia juga telah diresepkan empat jenis obat dari dokternya yang pertama dan enam jenis obat yang diresepkan oleh dokter kedua. Namun, batuk yang dialaminya tak kunjung sembuh.

Awan juga menceritakan bahwa dokter kedua yang ia temui telah menerima 20 pasien dengan keluhan yang sama dalam seminggu terakhir.

Tak heran jika Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebut 100 ribu warga mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) setiap bulan sepanjang semester satu tahun ini.

Total selama Januari hingga Juni 2023, terdapat 638.291 kasus ISPA yang tercatat Dinkes DKI. Adapun secara rinci, jumlah kasus ISPA pada Januari sebanyak 102.609 kasus, Februari sebanyak 104.638 kasus, Maret sebanyak 119.734 kasus, April sebanyak 109.705 kasus, Mei sebanyak 99.130 kasus, dan Juni sebanyak 102.475 kasus.

"Warga yang terkena batuk, pilek, bahkan pneumonia setiap bulan rata-rata 100 ribu kasus dari 11 juta penduduk," ujar Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama di Jakarta, Jumat (11/8).

Persoalan lainnya, tingginya polusi udara tak hanya mengancam kesehatan masyarakat saja, namun juga sektor ekonomi.

Bank Dunia juga mencatat, dampak kesehatan dari polusi udara menimbulkan kerugian besar bagi perekonomian. Dunia berpotensi kehilangan pendapatan tenaga kerja akibat penyakit fatal yang disebabkan polusi PM2.5 secara global. Pada 2017, dunia kehilangan uang antara USD 131 miliar hingga USD 317 miliar atau setara dengan sekitar 0,1 hingga 0,3 persen PDB dunia akibat dari polusi udara.

Tak hanya itu, polusi udara ternyata juga bisa berdampak negatif bagi aktivitas pasar saham. China adalah salah satu bukti nyata bahwa polusi udara sangat mempengaruhi pasar saham.

Pasar Saham China dan AS Tertekan Polusi Udara

Sebuah studi dari Zizhao He, Yuhuan Zhao,dan Lu Zheng menemukan kaitan polusi udara terhadap kinerja pasar saham di China. Penelitian tersebut disimpulkan berdasarkan data panel dari 1.344 perusahaan yang terdaftar di bursa saham utama China selama periode 2013–2019.

Hasilnya menunjukkan bahwa polusi udara dapat berdampak negatif terhadap kinerja pasar saham. Selain itu, hasil penelitian juga menemukan perusahaan dengan kapitalisasi pasar lebih kecil, perusahaan milik negara dan industri yang terkait dengan produksi polusi lebih rentan terhadap efek negatif polusi udara.

Dalam hal ini, polusi udara dapat memperburuk pasar saham dengan menekan sentimen investor.

Selain itu, polusi udara juga berdampak pada likuiditas saham secara lebih signifikan pada perusahaan yang menghasilkan polusi berat, manufaktur dan industri lainnya.

Polusi udara memaksa pemerintah untuk memperkenalkan beberapa kebijakan lingkungan, yang mempengaruhi strategi investor, terutama di pasar saham utama China.

Dibandingkan dengan industri lain, perusahaan dengan polusi berat dan industri manufaktur menghadapi pengawasan eksternal dan kendala kebijakan yang lebih ketat.

Tak hanya itu, dalam beberapa tahun terakhir, China juga telah menerapkan tiga rencana aksi utama untuk pencegahan dan pengendalian pencemaran udara, air dan tanah.

Adapun mengutip Harvard Business Review, profesor ekonomi University of Ottawa, Anthony Heyes dan rekan-rekannya membandingkan data harian dari indeks S&P 500 dengan data kualitas udara harian dari sensor EPA yang dekat dengan Wall Street.

Adapun Heyes dan tim meneliti pengembalian harian indeks S&P 500 dari Januari 2000 hingga November 2014. Hasilnya menunjukkan bahwa pada hari-hari dengan kualitas udara buruk di Manhattan dalam jarak satu mil dari bursa, pengembalian saham cenderung lebih rendah.

Mereka menemukan hubungan antara polusi yang lebih tinggi dan kinerja saham yang lebih rendah. Kesimpulannya, polusi udara menurunkan kinerja pasar saham.

“Efeknya kuat. Peningkatan satu deviasi standar pada partikel polutan PM2.5 menurunkan persentase pengembalian harian sebesar 11,9 persen. Ini menjadi penurunan yang substansial di bursa New York. Kami juga mereplikasi analisis ini menggunakan data dari New York Stock Exchange dan Nasdaq, dan melihat efek yang sama,” kata Heyes dikutip dari Harvard Business Review. (ADF)

SHARE