Berkaca Kasus Kaesang, BEI Dirikan Program Influencer Incubator
Influencer Incubator ini akan diisi oleh para influencer, mereka nantinya bertugas menyampaikan edukasi dan meningkatkan literasi serta inklusi pasar modal.
IDXChannel - Guna mencegah terulang kembali aksi pom pom saham yang meng-“endorse” saham salah satu perusahaan di Jawa Timur oleh putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, Bursa Efek Indonesia (BEI) membuat program Influencer Incubator.
Influencer Incubator ini akan diisi oleh para influencer, mereka nantinya akan diberikan tugas untuk menyampaikan pesan edukasi dan meningkatkan literasi serta inklusi yang positif terkait industri pasar modal. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya aksi pom-pom yang dilakukan oleh para influence.
Dikutip program News Screen Morning IDX Channel, Rabu (24/2/2021), kehadiran para influencer saham tidak menutup memberikan dampak yang positif terhadap industri pasar modal dalam negeri.
Namun BEI juga mengingatkan agar para penggiat sosial media untuk bisa mengetahui manfaat dan resiko dari berbagai produk investasi yang ada di pasar modal.
Direktur Pengembangan Perusahaan Bursa Efek Indonesia Hasan Fauzi mengungkapkan, di dalam program incubator tersebut nantinya para influencer ini akan diklasifikasikan berdasarkan jumlah followers atau pengikutnya.
Hasan pun menyebut klasifikasi yang dilakukan BEI terdiri dari tiga kategori yakni Nano, Micro, dan Mega.
Seperti diketahui, putera Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menjadi sorotan setelah memberikan rekomendasi saham atau pompom saham di akun sosial media pribadinya. Emiten yang ia “endorse” sekarang adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM).
Dalam akun Twitter pribadi milik Kaesang Pangarep, diungkapkannya bahwa perusahaan berkode emiten BJTM itu valuasinya masih murah.
Kaesang terlihat tidak memerhatikan Undang-Undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995 untuk tidak memberikan rekomendasi saham atau emiten tertentu kepada publik. Bahkan dengan lantang Kaesang menasbihkan diri sebagai aliran SANGMOLOGY yang menilai BJTM memiliki potensi mencapai harga Rp1.000.
Ditegaskan Kaesang, hal yang ia lakukan tersebut sebagai bentuk dukungan kepada salah satu emiten. "Hanya referensi, bukan perintah untuk jual ato beli," katanya.
Melihat cuplikan wawancara dengan Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Program Market Review IDX Channel, sejatinya jika mengajak dan mengajarkan masyarakat untuk sadar berinvestasi saham di Pasar Modal itu bagus.
“Namun mengajak dan merekomendasikan untuk membeli saham tertentu apalagi hanya menyebutkan kode saham tanpa ada analisa, ini yang tidak benar. Itu bisa mengarah pada pelanggaran manipulasi harga atau juga insider trading,” jelas Hasan. (TYO)