Berkat The Fed Harga Emas Masih di Level Tertinggi
Harga emas di pasar spot masih menunjukkan tren penguatan pada perdagangan menjelang akhir pekan, Jumat (22/3/2024).
IDXChannel - Harga emas di pasar spot masih menunjukkan tren penguatan pada perdagangan menjelang akhir pekan, Jumat (22/3/2024).
Harga emas di kisaran USD2.182 per troy ons pada pukul 08.44 WIB setelah pada perdagangan sebelumnya kembali pecah rekor seiring bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) menahan suku bunga, sesuai prediksi pasar. (Lihat grafik di bawah ini.)
Harga emas naik di atas USD2.200 per troy ons pada hari Kamis (21/3), mencapai rekor tertinggi karena investor semakin yakin bahwa bank sentral besar kemungkinan akan segera melonggarkan kebijakan moneternya.
The Fed juga tetap berpandangan akan melakukan pemangkasan suku bunga tiga kali di 2024.
Menurut data pasar, harga emas di pasar spot melonjak ke ATH ke level USD2.222,92 per troy ons pada sekitar pukul 05.15 WIB di sesi sebelumnya.
The Fed juga mempertahankan suku bunga tidak berubah seperti yang diperkirakan secara luas dan terus memberikan sinyal tiga kali penurunan suku bunga pada 2024.
Selain The Fed, sejumlah bank sentral utama dunia juga mengisyaratkan sinyal dovish.
Pada Kamis, dua bank sentral pendukung kenaikan suku bunga yakni Bank of England dan Swiss National Bank telah memilih untuk mempertahankan dan menurunkan suku bunga tetap.
Swiss National Bank secara tak terduga menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps, menjadi bank pemberi pinjaman besar pertama yang memulai siklus pelonggaran suku bunga.
Menurut analisis JP. Morgan pada akhir Januari lalu, kenaikan harga emas dimulai dalam beberapa bulan terakhir tahun 2023 setelah reli yang kuat yang dipicu oleh pembelian bank sentral dan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap konflik Israel-Hamas dan Rusia-Ukraina.
Jatuhnya dolar AS dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed akhir tahun lalu semakin mendorong harga emas batangan, yang mencapai rekor tertinggi 2023 di level USD2.135,39 per troy ons pada bulan Desember.
JP Morgan menambahkan, komoditas, termasuk emas, kemungkinan besar tidak akan mendapat manfaat dari inflasi inti AS pada 2024 dengan inflasi akan turun hingga di bawah 3 persen.
“Sehingga, seiring dengan penentuan waktu siklus bisnis yang tepat, terdapat dua kondisi yang diperlukan untuk memulai posisi buy, sehingga menjadikan prospek sektor ini sangat taktis di 2024,” kata Natasha Kaneva, Kepala Strategi Komoditas Global di J.P. Morgan.
Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik juga cenderung menjadi pendorong positif bagi emas, yang secara luas dipandang sebagai aset safe-haven karena kemampuannya untuk tetap menjadi penyimpan nilai yang dapat diandalkan.
“Emas memiliki korelasi yang rendah dengan kelas aset lainnya, sehingga dapat bertindak sebagai jaminan selama pasar sedang melemah dan saat terjadi tekanan geopolitik. Dolar AS yang lebih lemah dan suku bunga AS yang lebih rendah juga meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil,” imbuh Natasha.
Selain itu, menurut Natasha, antisipasi memainkan peran penting dalam memicu kenaikan harga emas, karena hal ini dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed di masa depan. (ADF)