MARKET NEWS

BI Kerek Suku Bunga Lagi, Ini Dampaknya terhadap IHSG hingga Pasar Obligasi

Maulina Ulfa - Riset 17/11/2022 16:11 WIB

Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis point (Bps) menjadi 5,25%.

BI Kerek Suku Bunga Lagi, Ini Dampaknya terhadap IHSG hingga Pasar Obligasi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 16-17 November 2022 memutuskan menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis point (Bps) menjadi 5,25%.

Adapun suku bunga Deposit Facility naik sebesar 50 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6%. 

Meski demikian, Gurbernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa kenaikan suku bunga ini masih tergolong rendah.

“Kenaikan suku bunga ini masih relatif rendah dan tidak harus seagresif negara lain. Kami memang menaikkan suku bunga tetapi secara terukur dan inflasi yang rendah. Tentu saja BI Rate tidak bisa dibandingkan dengan Fed Fund Rate (FFR), karena memang di Amerika Serikat inflasi mencapai di atas angka 8%,” kata Perry dalam konferensi pers daring, Kamis (17/11).

BI juga memperkirakan inflasi inti dan Indeks Harga Konsumen (IHK) akan naik namun akan tetap di bawah perkiraan pasar. Hingga akhir tahun BI memperkirakan sekitar 5,6% dibandingkan perkiraan sebesar 5,9%.

Inflasi inti diperkirakan di akhir tahun mencapai 3,5% dan juga diprediksi masih meningkat 3,7% pada triwulan I tahun depan.

“Komitmen kami adalah memastikan bahwa inflasi inti dan IHK tidak melebihi 4% di paruh pertama tahun 2023. Dan bersama pemerintah melanjutkan gerakan pengendalian inflasi pangan,” imbuh Perry.

Dampak Ke Pasar Saham Hingga Obligasi

Pada RDG Agustus-Oktober 2022, BI telah menaikkan suku bunga acuan 3 kali beruntun secara total 1,25% dari sebelumnya 3,5% jadi 4,75%. 

Mengutip Bareksa, konsensus pasar memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan 25 bps jadi 5%.

Menurut analisis Bareksa, kinerja reksadana pendapatan tetap juga akan cenderung mendatar, hal ini karena imbal hasil (yield) acuan Obligasi Negara kembali mencatat penguatan tipis di level 7%. 

Jika BI kembali menaikkan suku bunga acuan sesuai konsensus pasar yakni 25 basis poin (0,25%) jadi 5%, maka pasar obligasi diperkirakan berpotensi melemah terbatas dengan yield dapat kembali naik ke kisaran 7,4% untuk beberapa waktu ke depan.

Namun, pasar obligasi Indonesia terpantau bergerak positif jelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) terkait suku bunga hari ini.

Data dari World Government Bonds pada Kamis (17/11/2022) pukul 15.00 WIB mencatat, tingkat imbal hasil Obligasi Indonesia dengan tenor 30 tahun berada di level 7,52% atau bertambah 16,6 bps dibanding bulan lalu. Adapun obligasi dengan tenor 10 tahun terpantau di level 7,011%. (Lihat grafik di bawah ini)

Adapun merespons agenda pengumuman suku bunga BI, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menghijau hari ini.

Pada sesi pertama perdagangan hari ini Kamis (17/11), IHSG ditutup naik 0,04% ke level 7,017.

Pasca pengumuman BI, pada sesi kedua atau penutupan hari ini, IHSG terus bergerak hijau ke level 7.044,98, naik 0,44% pada pukul 15.00 WIB.

Indeks 45 saham ‘elite’, LQ45, juga ditutup naik 0,40% ke posisi 1.004,92.

Secara umum, saham perbankan utama diparkir di zona hijau. Sebut saja, saham emiten bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melejit 3,32% ke Rp4.670 per saham.

Kemudian, saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Centreal Asia Tbk (BBCA), masing-masing terapresiasi 3,05%, 1,92%, dan 1,45%.

Berbeda dengan saham bank besar lainnya, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,00% ke Rp9.900 per saham. (ADF)

SHARE