MARKET NEWS

Bisnis 'Sunset' Jelang Endemi, Emiten Kesehatan Habis Tenaga?

Melati Kristina - Riset 17/06/2022 18:00 WIB

Di masa pandemi, sejumlah emiten kesehatan mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih positif. Bagaimana dengan tahun ini?

Bisnis 'Sunset' Jelang Endemi, Emiten Kesehatan Habis Tenaga? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Sejak terkonfirmasi positif untuk pertama kalinya pada 2 Maret 2020, kasus Covid-19 di Tanah Air mengalami lonjakan yang signifikan. Bahkan, LIPI mencatat, pada rentang waktu 2-15 Juli 2021 kasus positif Covid-19 meroket hingga 523.695 kasus.

Dampaknya, pertumbuhan ekonomi turut melambat seiring dengan adanya pembatasan sosial dan karantina wilayah untuk mencegah penyebaran virus ini. Pandemi berkontribusi dalam anjloknya perekonomian pada tahun 2020. Adapun pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun tersebut terkontraksi menjadi minus 2,07 persen. Padahal di tahun sebelumnya, PDB masih tumbuh hingga 5,02 persen.

Kendati demikian, ekonomi nasional di tahun 2021 berhasil tumbuh sebesar 3,69 persen. Dilansir dari data BPS, pertumbuhan ekonomi tertinggi disumbang oleh Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, yakni 10,46 persen di tahun 2021.

Seiring dengan meningkatnya permintaan, pemerintah telah memasukkan industri kesehatan seperti farmasi dan peralatan medis sebagai sektor prioritas. Sektor ini menjadi prioritas sebab penanggulangan wabah Covid-19 menjadi fokus pemerintah saat ini. 

Pertumbuhan Ekonomi Sektor Kesehatan

Sumber: BPS, Februari 2022

Raup Untung Jumbo Kala Pandemi

Hasil riset Tim Riset IDX Channel menunjukkan, layanan kesehatan seperti rumah sakit dan laboratorium memperoleh cuan selama pandemi. Adapun beberapa layanan kesehatan tersebut adalah Rumah Sakit EMC (SAME), Siloam Hospitals (SILO), Rumah Sakit Hermina (HEAL), dan Rumah Sakit Mitra Keluarga (MIKA). Sementara kategori laboratorium yakni, Prodia (PRDA) dan Diagnos Laboratorium (DGNS).

Dilansir dari kinerja keuangan tahunan, SAME memperoleh pertumbuhan pendapatan tertinggi secara year on year (yoy) sebesar 55,68 persen pada tahun 2021. Sementara di posisi kedua adalah SILO, yaitu sebesar 31,95 persen. Adapun dari emiten laboratorium, DGNS memperoleh pertumbuhan pendapatan tertinggi, yaitu sebesar 64,97 persen.

Sedangkan berdasarkan laba bersih yang diperoleh emiten rumah sakit selama 2021, SILO mencatat laba bersih paling tinggi yaitu sebesar 480,32 persen. Sementara HEAL juga menyusul dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 111,98 persen di tahun yang sama. Adapun dari emiten laboratorium, laba bersih PRDA melesat hingga 131,30 persen pada tahun 2021 lalu.

Jika diukur berdasarkan jumlah pendapatannya, SILO mengungguli emiten kesehatan lainnya dengan perolehan pendapatan bersih tahunan sebesar Rp9,38 triliun. Sementara, emiten ini berhasil mencetak laba bersih yang mencapai Rp674,12 miliar di tahun 2021.

Bila ditelisik lebih lanjut dari laporan keuangannya di tahun tersebut, melonjaknya pendapatan emiten ini berasal dari rawat inap, yaitu mencapai Rp5,23 triliun. Sementara pendapatan dari rawat jalan menyumbang sebesar Rp4,15 triliun pada 2021.

Menurut pihak Siloam, emiten ini telah memberikan pelayanan terbaiknya selama pandemi agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat luas. Mereka juga mengklaim telah memiliki jaringan profesional yang kuat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat di masa pandemi.

“Karena investasi strategis yang telah kami lakukan sebelum dan selama pandemi, Siloam berada pada posisi yang tepat untuk berkembang pesat di lingkungan pasca-COVID-19,” tulis pihak manajemen Siloam, dalam laporan tahunan SILO di tahun 2021.

Sedangkan dari kategori layanan kesehatan yang bergerak di laboratorium, angka pendapatan bersih DGNS lebih unggul dibanding PRDA. Adapun pendapatan bersih emiten ini pada 2021 mencapai Rp302,18 miliar dengan perolehan laba bersih yang mencapai Rp64,30 miliar.

Tak seperti emiten lainnya, SAME mengalami kerugian pada tahun 2020 sebesar Rp187,64 miliar. Akan tetapi, emiten ini berhasil membalik rugi dan membukukan labanya pada tahun 2021 menjadi Rp138,55 miliar.

Pertumbuhan Kinerja Keuangan Emiten dan Rumah Sakit selama Pandemi

Sumber: Tim Riset IDX Channel, Laporan Keuangan SAME, SILO, HEAL, CARE, MIKA, PRDA, dan DGNS, Juni 2022 (data olahan)

 

Tren Covid-19 Turun, Layanan Kesehatan Meredup?

Hingga awal tahun 2022, kasus Covid-19 di Indonesia berangsur mereda. Satgas Covid-19 mencatat, per Maret 2022 terjadi tren penurunan kasus Covid-19 di Tanah Air hingga 50 persen dalam sepekan. Bahkan, Presiden Jokowi mulai mempersiapkan skenario pandemi Covid-19 menuju endemi.

Turunnya kasus Covid-19 dan kisah transisi menuju endemi turut berdampak bagi kinerja keuangan emiten layanan kesehatan pada Triwulan I-2022.

Berdasarkan pantauan dari laporan keuangan sejumlah emiten layanan kesehatan, mayoritas perusahaan tersebut mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih yang negatif secara yoy. Sementara dari segi laba bersih pada Triwulan I-2022, seluruh emiten layanan kesehatan tumbuh negatif dibanding tahun sebelumnya.

DGNS mencatatkan penurunan pendapatan paling tajam dari emiten lain. Dilansir dari laporan keuangannya, pendapatan emiten ini turun sebesar 34,12 persen pada Triwulan I-2022 dari Rp87,87 miliar menjadi Rp57,89 miliar. Adapun HEAL turut mencatatkan pertumbuhan pendapatan negatif yakni sebesar minus 24,74 persen pada periode yang sama.

Sebagai informasi, HEAL atawa PT Medikaloka Hermina Tbk baru-baru ini diakuisisi saham minoritasnya oleh konglomerasi PT Astra International Tbk (ASII). Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, ASII telah menguasai sebesar 5,01 persen atau 747,42 juta saham emiten layanan kesehatan ini per Kamis (9/6/2022).

Meski mayoritas pendapatan sektor layanan kesehatan turun, SAME menjadi satu-satunya emiten yang konsisten mengalami pertumbuhan pendapatan di triwulan pertama tahun ini. Adapun pertumbuhannya secara tahunan (yoy) mencapai 6,22 persen.

Kendati demikian, dibanding emiten lainnya, laba bersih SAME merosot paling tajam menyentuh angka minus 78,23 persen di Triwulan I-2022. Adapun laba emiten ini menurut laporan keuangannya pada Triwulan I-2022 hanya sebesar Rp6,15 miliar. Padahal, di periode yang sama tahun lalu SAME mencetak laba bersih sebesar Rp28,24 miliar.

Tak hanya SAME, HEAL dan DGNS juga mengalami penurunan pertumbuhan laba bersih masing-masing sebesar minus 60,72 persen dan minus 61,46 persen. Di antara dua emiten tersebut, HEAL mengalami penurunan jumlah laba bersih secara tahunan lebih besar dari DGNS, yakni dari semula Rp283,25 miliar menjadi Rp111,24 miliar pada Triwulan I-2022. (ADF)

Periset: Melati Kristina

Sumber: Riset IDX Channel, Juni 2022

SHARE