BOJ Tahan Suku Bunga Rendah, Yen dan Indeks Nikkei 225 Kembali Loyo
Bank of Japan (BOJ) mempertahankan suku bunga utama jangka pendeknya di level -0,1 persen.
IDXChannel - Bank of Japan (BOJ) mempertahankan suku bunga utama jangka pendeknya di level -0,1 persen dan imbal hasil obligasi 10 tahun di sekitar 0 persen dalam pertemuan Juli, pada Jumat (28/7/2023).
Berdasarkan data Google Finance, pasar saham Jepang memerah dan memimpin penurunan di bursa Asia, dengan indeks Nikkei 225 turun 2,30 persen di level 32.134,42 pada pukul 11.42 WIB tersengat keputusan bank sentral. (Lihat grafik di bawah ini.)
Di pasar keuangan, yen Jepang mengalami penurunan lanjutan sebesar 0,97 persen di level 138. Sebelumnya, yen Jepang sempat dihargai melewati 139 per dolar, mencapai level terkuatnya dalam lebih dari seminggu.
Ini menyusul prediksi Bank of Japan akan membahas penyesuaian kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC) obligasi pada pertemuan Juli untuk memungkinkan suku bunga jangka panjang naik di atas batas 0,5 persen.
Adapun selama setahun, kinerja yen terhadap dolar menguat 4,48 persen dibanding tahun sebelumnya.
Beban Imbal Hasil Obligasi
Pasar telah berspekulasi selama berbulan-bulan bahwa bank sentral Jepang akan menyerah karena inflasi yang terus-menerus dan kenaikan suku bunga global.
Pasar juga melihat kebijakan ultra-dovish BOJ telah memberikan tekanan konstan pada imbal hasil obligasi dan mata uang Jepang.
Pasca pertemuan bank sentral, meski mempertahankan suku bunga sangat rendah, BOJ akhirnya tetap mengambil langkah-langkah untuk membuat kebijakan pengendalian YCC lebih fleksibel.
Langkah ini akhirnya diambil guna mengurangi kekhawatiran atas meningkatnya efek samping dari pelonggaran moneter yang berkepanjangan.
Namun, menurut Reuters, bank sentral mungkin akan membuat perubahan kecil pada kebijakan tersebut jika BOJ merasa biaya YCC mulai melebihi manfaatnya.
Nikkei Asia sebelumnya melaporkan bahwa bank sentral akan mempertahankan batas 0,5 persen untuk imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun. Namun tidak menutup kemungkinan kenaikan suku bunga jangka panjang di atas level tersebut pada tingkat tertentu.
BOJ juga mengatakan akan menawarkan untuk membeli obligasi pemerintah Jepang (JGB) 10 tahun pada 1 persen dalam operasi moneter dengan suku bunga tetap, bukan pada tingkat sebelumnya 0,5 persen.
Pertemuan BOJ terjadi setelah keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve pada Rabu untuk menaikkan suku bunga lanjutan sebesar 25 basis poin (bps). Langkah ini akan semakin memperlebar kesenjangan suku bunga antara AS dan Jepang.
Sejak memperkenalkan YCC pada 2016, BOJ juga mengalami sedikit kesulitan dalam mengendalikan imbal hasil obligasi ketika inflasi tetap jauh di bawah targetnya.
Kondisi sempat berubah tahun lalu, ketika melonjaknya harga komoditas mendorong inflasi di atas target 2 persen dan memberi investor alasan untuk menggugat batas imbal hasil yang terlalu rendah.
Setelah membeli obligasi dalam jumlah besar untuk mempertahankan batas atas YCC 0,25 persen, BOJ Desember tahun lalu memperluas kenaikan rentang imbal hasil hingga 0,5 persen.
Data yang dirilis terbaru juga menunjukkan inflasi konsumen inti di Tokyo melambat pada Juli tetapi tetap jauh di atas target bank sentral sebesar 2 persen dan menegaskan adanya tekanan harga yang meningkat.
"Pencapaian target inflasi 2 persen yang berkelanjutan dan stabil, disertai dengan kenaikan upah, belum terlihat. Bank sentral harus dengan sabar mempertahankan kebijakan yang sangat longgar,” kata BOJ dalam pernyataan resmi.
Gubernur BOJ Kazuo Ueda sebelumnya menyatakan bahwa masih ada jarak untuk mencapai target inflasi 2 persen bank sentral secara berkelanjutan dan stabil. (ADF)