Bos HM Sampoerna (HMSP) Sebut Kebijakan Cukai Bikin Kinerja Perusahaan Tertekan
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencatat penurunan kinerja dalam enam bulan pertama tahun ini.
IDXChannel - PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mencatat penurunan kinerja dalam enam bulan pertama tahun ini. Penjualan dan laba bersih pada semester I-2024 turun masing-masing 3 persen dan 11 persen.
Presiden Direktur HMSP Ivan Cahyadi mengatakan, industri hasil tembakau (IHT) saat ini cukup menantang. Meski pertumbuhan ekonomi stabil, daya beli masyarakat masih lesu, termasuk konsumsi rokok. Hingga 30 Juni 2024, penjualan rokok HMSP turun 2,9 persen dari 40,5 miliar batang menjadi 39,4 miliar batang.
Selain masalah daya beli, Ivan menyoroti kebijakan cukai yang semakin memperparah kinerja HSMP. Kenaikan tarif cukai dua digit dan kebijakan cukai berlapis membuat jarak tarif cukai antar segmen melebar. Akhirnya, muncul pola konsumsi di mana konsumen mencari rokok dengan harga lebih murah (downtrading), bahkan membeli rokok tanpa pita cukai alias ilegal.
"Hal ini (cukai) mendorong perpindahan konsumsi dari golongan (tier) 1 dengan tarif cukai paling tinggi ke produk yang lebih murah dan bahkan makin maraknya peredaran rokok ilegal," ujar Ivan saat Paparan Publik di Jakarta, Senin (29/7/2024).
Pola downtrading, kata Ivan, merugikan HSMP yang mengandalkan rokok tier 1 dan memperbesar pangsa pasar rokok di bawah golongan I. Hingga akhir Juni 2024, pangsa pasarnya mencapai 44 persen, tumbuh dua kali lipat dibandingkan 2017. Dia pun berharap pemerintah memperbaiki kebijakan cukai ada saat ini.
“Kami berharap pemerintah terus melanjutkan kebijakan cukai hasil tembakau multi years berdasarkan parameter ekonomi yang jelas, seperti tingkat inflasi serta mempertimbangkan daya beli masyarakat untuk menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif bersama upaya pemberantasan rokok ilegal secara berkelanjutan,” tutur Ivan.
Ivan juga berharap pemerintah terus mendukung kebijakan IHT yang mendukung padat karya seperti Sigaret Kretek Tangan (SKT) sekaligus menghentikan tren downtrading sehingga penerimaan cukai bisa optimal. Selain itu, dia juga mendorong kebijakan cukai ke depan juga mempertimbangkan faktor inovasi.
(Rahmat Fiansyah)