MARKET NEWS

BRIS-SMRA Terdepak dari LQ45, BUMI-NCKL Jadi Penghuni Baru 

Dinar Fitra Maghiszha 28/10/2025 05:37 WIB

Dalam rebalancing kali ini, 5 saham baru masuk menggantikan 5 saham lama yang dikeluarkan dari daftar konstituen.

BRIS-SMRA Terdepak dari LQ45, BUMI-NCKL Jadi Penghuni Baru (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi mengumumkan hasil evaluasi mayor untuk indeks LQ45 periode November 2025-Januari 2026.

Dalam rebalancing kali ini, 5 saham baru masuk menggantikan 5 saham lama yang dikeluarkan dari daftar konstituen.

Saham baru yang masuk ke indeks LQ45 adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).

Evaluasi ini berlaku efektif mulai 3 November 2025 hingga 30 Januari 2026, demikian menurut pengumuman BEI, Senin, (27/10).

Sementara itu, lima saham yang dikeluarkan dari LQ45 adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Dari total 5 saham yang masuk, saham DSSA terhitung memiliki bobot 8,04 persen terhadap indeks LQ45

Masuknya BUMI ke dalam indeks LQ45 menandai kembalinya emiten batu bara tersebut ke jajaran saham paling likuid di Bursa setelah beberapa tahun absen. BUMI mempunyai bobot 0,73 persen terhadap LQ45.

Selain itu, NCKL yang bergerak di sektor nikel dan hilirisasi baterai juga mencatatkan debut pertamanya di indeks ini. NCKL berbobot 0,43 persen terhadap LQ45.

Dalam perhitungan bobot terbaru, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mempertahankan posisi sebagai dua saham dengan bobot terbesar di indeks LQ45.

Bobot BBCA menyentuh batas maksimum 15 persen, dari sebelum evaluasi 14,16 persen. Sedangkan BBRI terpangkas tipis menjadi 13,52 persen, dari 14,41 persen.

Saham blue chip lain seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) mengalami penyesuaian bobot ke kisaran 5 hingga 8 persen.

(DESI ANGRIANI)

SHARE