MARKET NEWS

Bursa Asia Bergerak Beragam saat Wall Street Hijau

TIM RISET IDX CHANNEL 30/09/2025 09:19 WIB

Bursa saham Asia cenderung variatif di awal perdagangan Selasa (30/9/2025) di tengah kenaikan di Wall Street semalam.

Bursa Asia Bergerak Beragam saat Wall Street Hijau. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung variatif di awal perdagangan Selasa (30/9/2025) di tengah kenaikan di Wall Street semalam.

Menurut data pasar, pukul 09.08 WIB, Shanghai Composite naik 0,28 persen, Hang Seng Hong Kong mendaki 0,55 persen, STI Singapura terkerek 0,24 persen.

Berbeda, Indeks Nikkei 225 turun 0,11 persen, sedangkan Topix melemah 0,10 persen. Ini menjadi penurunan untuk hari ketiga berturut-turut, seiring data ekonomi Jepang yang lemah menekan sentimen pasar.

Mengutip Trading Economics, penjualan ritel Jepang pada Agustus merosot 1,1 persen, berlawanan dengan perkiraan naik 1 persen, sekaligus mencatat kontraksi pertama sejak Februari 2022. Produksi industri juga turun lebih dalam dari prediksi, menandakan tekanan terhadap ekonomi masih kuat.

Investor Negeri Sakura kini menanti sejumlah data penting, termasuk survei Tankan, indeks kepercayaan konsumen, serta ringkasan opini Bank of Japan untuk melihat arah kebijakan dan prospek pertumbuhan.

Selain pasar Jepang, Indeks KOSPI Korea Selatan juga tergerus 0,08 persen dan ASX 200 Australia turun tipis 0,01 persen.

Wall Street Menguat


Bursa saham AS alias Wall Street ditutup menguat pada Senin, dengan Nasdaq memimpin kenaikan.

Investor memburu saham-saham teknologi besar dan mengabaikan ketidakpastian soal potensi penutupan pemerintahan AS serta pernyataan bernada hawkish dari pejabat Federal Reserve (The Fed).

Sektor teknologi menjadi penopang utama indeks S&P 500, didorong optimisme terhadap pertumbuhan dari kecerdasan buatan (AI) dan harapan bahwa The Fed akan terus memangkas suku bunga di tengah kekhawatiran inflasi yang masih tinggi serta ketidakpastian pasar tenaga kerja.

Fokus utama pasar pekan ini adalah kebuntuan antara Partai Republik dan Demokrat terkait pendanaan, yang membuka risiko penutupan pemerintahan mulai Rabu, bertepatan dengan awal tahun fiskal baru AS.

Menurut Kepala Strategi di 248 Ventures, Lindsey Bell, meski Departemen Tenaga Kerja AS bersiap menghadapi potensi penundaan laporan pekerjaan September jika shutdown terjadi, hal ini dinilai bukan faktor utama pergerakan pasar.

"Investor berpegang pada sisi positif," ujar Bell, merujuk pada harapan pemangkasan suku bunga dan tanda-tanda ketahanan ekonomi dari data perumahan serta belanja konsumen.

Ia menambahkan, "Pasar tidak akan melesat terlalu jauh karena ada risiko. Namun investor bisa melihat melampaui potensi shutdown, sebab jika terjadi biasanya cepat selesai, dan pasar kembali fokus pada hal yang lebih penting seperti kinerja laba, kebijakan moneter, dan investasi AI."

Manajer Portofolio di NFJ Investment Group, Burns McKinney, menambahkan ancaman shutdown kemungkinan hanya menahan kenaikan dan membuat volume perdagangan tipis.

"Satu-satunya alasan shutdown bisa benar-benar menggerakkan pasar adalah jika berdampak ke profitabilitas. Sejarahnya, shutdown berlangsung singkat dan tidak memengaruhi laba, sehingga investor cenderung berpandangan ke depan," ujarnya.

"Itu hanya seperti asap di lintasan balap. Investor menjaga arah roda tetap lurus, melewati tekanan, dan terus melaju menembus asap," imbuh dia.

Pada penutupan perdagangan Senin, Dow Jones Industrial Average naik 68,78 poin atau 0,15 persen ke 46.316,07. S&P 500 menguat 17,51 poin atau 0,26 persen ke 6.661,21. Nasdaq Composite mendaki 107,09 poin atau 0,48 persen ke 22.591,15.

Investor juga mencermati komentar pejabat The Fed terkait potensi berkurangnya visibilitas ekonomi jika shutdown benar-benar terjadi.

Presiden The Fed Cleveland Beth Hammack, salah satu pejabat paling hawkish meski tahun ini tidak punya hak suara, menegaskan perlunya kebijakan moneter yang tetap ketat untuk meredam inflasi.

Sementara Presiden Fed St. Louis Alberto Musalem, yang tahun ini memiliki hak suara, menyatakan terbuka pada pemangkasan suku bunga lebih lanjut namun menekankan pentingnya menjaga tingkat bunga cukup tinggi untuk tetap menekan inflasi, yang masih sekitar satu poin persentase di atas target 2 persen.

Di sisi lain, pelaku pasar memperkirakan peluang sekitar 89 persen untuk pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya, menurut alat FedWatch CME Group. (Aldo Fernando)

SHARE