MARKET NEWS

Bursa Asia Berjatuhan, Hang Seng dan Nikkei Terparah

Fiki Ariyanti 20/10/2022 08:38 WIB

Bursa saham Asia dibuka terkoreksi pada perdagangan hari ini (20/10) mengikuti penurunan Wall Street

Bursa Asia Berjatuhan, Hang Seng dan Nikkei Terparah. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Bursa saham Asia dibuka terkoreksi pada perdagangan hari ini (20/10) mengikuti penurunan Wall Street di tengah imbal hasil obligasi di level tertinggi multi-tahun. 

Selain itu, inflasi yang kuat mendorong kebijakan moneter hawkish dari bank sentral juga menjadi sentimen pergerakan bursa Asia hari ini

Indeks saham Australia tergelincir 1% atau 70,10 poin ke 6.929,70. Indeks Nikkei Jepang jatuh 1,08% atau 293,06 poin ke 26.963,58. Dan Indeks Strait Times Singapura melemah 0,10% atau 2,82 poin ke 3.021,28. 

Indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 1,70% atau 280,48 ke 16.230,79. Sedangkan Indeks Shanghai China merosot 0,50% atau 15,08 poin ke 3.029,30. 

Mengutip Bloomberg, Kamis (20/10/2022), Indeks perusahaan China yang terdaftar di AS merosot lebih dari 7% ke level terendah dalam 9 tahun di tengah kekhawatiran atas prospek ekonomi China, serta peningkatan kasus Covid-19 di tengah kongres partai. 

Yuan terhempas mendekati rekor terendah baru, sementara Yen Jepang telah terdepresiasi ke level terakhir pada 1990. 

Kenaikan suku bunga global telah mendorong imbal hasil obligasi 10 tahun Jepang di atas batas atas 0,25% dari kisaran target bank sentral. Kondisi tersebut dapat mendorong meningkatnya pembelian obligasi. 

Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun melonjak 10 basis poin di Australia, mengikuti langkah serupa di treasuries AS. Imbal hasil obligasi 2 tahun yang lebih sensitif terhadap kebijakan naik ke level tertinggi sejak 2007 pada hari Rabu. 

Bursa saham AS menghentikan relinya meskipun beberapa perusahaan seperti Netflix Inc dan United Airlines Holdings Inc. mencetak kinerja keuangan gemilang, tidak mampu menarik minat investor pasar modal. Data penjualan Tesla Inc yang mengecewakan semakin menjadi sentimen yang membebani pasar saham AS. 

"Penghasilan tidak memungkinkan kita untuk melihat kapitulasi dan pengaturan ulang ekspektasi pendapatan 2023," kata Lisa Shalett dari Morgan Stanley. 

Di sisi lain, Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis, James Bullard mengharapkan, bank sentral untuk mengakhiri “front-loading” dari kenaikan suku bunga agresif pada awal tahun depan dan beralih untuk menjaga kebijakan cukup ketat dengan penyesuaian kecil saat inflasi mendingin.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 1-2 November mendatang yang akan menjadi kenaikan keempat berturut-turut sebesar itu. Karena bank sentral berusaha untuk meredam inflasi terpanas dalam empat dekade.

(FAY)

SHARE