Bursa Asia Kompak Merah, Pertemuan Biden-Xi Jadi Sentimen
Pasar Asia-Pasifik melemah seiring investor tengah mencerna diskusi tingkat tinggi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping.
IDXChannel - Bursa Saham Asia dibuka merah pada perdagangan Kamis (16/11/2023). Pasar Asia-Pasifik melemah seiring investor tengah mencerna diskusi tingkat tinggi antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping.
Sementara, optimisme terhadap tanda-tanda penurunan inflasi AS akan berlanjut masih harus dilihat sepanjang hari.
Investor juga terus mencermati implikasi penurunan inflasi AS lebih lanjut terhadap kenaikan suku bunga.
Biden dan Xi bertemu pada hari Rabu di luar San Francisco. Ini merupakan pertemuan tatap muka pertama mereka dalam setahun. Pembicaraan tersebut dilakukan di sela-sela konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (Asia-Pacific Economic Cooperation Conference) dan merupakan bagian dari upaya antara AS dan China untuk meningkatkan komunikasi tingkat tinggi di tengah ketegangan yang terus berlanjut.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 0,75 persen, sementara indeks TOPIX turun 0,46 persen pada pukul 9.23 WIB. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga dibuka turun 0,36 persen pada waktu yang sama.
Di pasar China, Indeks Shanghai Composite turun 0,41 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong turun paling dalam 1,41 persen. Indeks ASX 200 di bursa Australia turun 0,58 persen. Sedangkan, indeks KOSPI di Korea Selatan turun sebesar 0,41 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Semalam, bursa Wall Street ditutup menguat imbas inflasi negeri Paman Sam yang melandai.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,51 persen. Sementara, S&P 500 naik 0,17 persen dan Nasdaq Composite naik 0,085 persen menjadi 13.767.
Analisis dari IG menyebutkan, kejutan indeks harga konsumen (CPI) AS sepanjang Oktober semakin memberikan validasi lebih lanjut bahwa suku bunga AS mungkin telah mencapai puncaknya. Kondisi ini bisa memicu sentimen risk-on di seluruh pasar ekuitas global.
Akibatnya, ekspektasi suku bunga menjadi dovish dalam tiga pertemuan bank sentral The Federal Reserve (The Fed) berikutnya.
Imbal hasil Treasury AS bertenor 10-tahun juga sudah turun ke level terendah dalam tujuh minggu, mendorong penurunan serupa pada dolar AS.
Tingkat inflasi tahunan di AS melambat menjadi 3,2 persen pada Oktober 2023 dari 3,7 persen pada September dan Agustus, dan di bawah perkiraan pasar sebesar 3,3 persen.
Biaya energi turun 4,5 persen dibanding 0,5 persen pada September. Dengan bensin turun 5,3 persen, layanan gas utilitas (pipa) turun 15,8 persen dan bahan bakar minyak turun 21,4 persen.
Selain itu, harga meningkat pada tingkat yang lebih rendah pada kelompok bahan pangan sebesar 3,3 persen dibanding 3,7 persen, tempat tinggal turun 6,7 persen dibanding 7,2 persen dan kendaraan baru turun 1,9 persen dibanding 2,5 persen.
Di sisi lain, kenaikan harga terjadi lebih cepat untuk pakaian jadi sebesar 2,6 persen dibanding 2,3 persen pada September, komoditas perawatan kesehatan naik 4,7 persen dibanding 4,2 persen, dan jasa transportasi naik 9,2 persen dibanding 9,1 persen.
Dibandingkan dengan September, indeks inflasi juga tidak berubah setidaknya dalam 15 bulan. Sementara itu, inflasi inti secara tak terduga mengalami kenaikan 4 persen dalam setahun dan 0,2 persen dalam sebulan, di bawah perkiraan pasar masing-masing sebesar 4,1 persen dan 0,3 persen.
Sentimen lainnya di Asia, data terbaru defisit perdagangan Jepang yang menyempit tajam sepanjang Oktober di tengah kuatnya ekspor dan menurunnya impor.
Pada Rabu (15/11) data menunjukkan bahwa perekonomian Jepang menyusut lebih cepat dari perkiraan pada kuartal ketiga tahun ini di tengah melambatnya permintaan global dan meningkatnya inflasi domestik.
Ekspor Jepang naik 1,6 persen yoy menjadi JPY9.147 miliar pada Oktober 2023. Angka ini meningkat selama dua bulan berturut-turut dan mengalahkan perkiraan pasar sebesar 0,9 persen. Pengiriman alat angkut melonjak 27,5 persen yoy, dipimpin oleh kendaraan bermotor yang naik 35,4 persen dan mobil naik 40,7 persen.
Defisit perdagangan Jepang juga turun menjadi JPY662,55 miliar pada Oktober 2023 dari sebelumnya sebesar JPY2.206 miliar pada bulan yang sama 2022.
Angka ini lebih kecil dari perkiraan pasar yang memperkirakan defisit sebesar JPY735,7 miliar. Ekspor Jepang tumbuh didukung oleh kuatnya permintaan dari AS.
Sementara itu, impor mengalami kontraksi 12,5 persen menjadi JPY 9.809.62 miliar, penurunan ketujuh bulan berturut-turut, terbebani oleh rendahnya biaya energi.
Kabar dari China, rata-rata harga rumah baru di 70 kota besar di Negeri Tirai Bambu dilaporkan turun sebesar 0,1 persen yoy pada Oktober 2023.
Angka ini turun dengan kecepatan yang sama selama empat bulan berturut-turut karena permintaan tetap lesu meskipun ada upaya dari Beijing untuk membalikkan kemerosotan sektor properti yang berkepanjangan. (ADF)