MARKET NEWS

Bursa Asia Lanjutkan Pelemahan usai Komentar Powell

Maulina Ulfa 16/07/2024 09:51 WIB

Bursa Asia melanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa (16/7/2024), seiring pasar mencerna komentar ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell semalam.

Bursa Asia Lanjutkan Pelemahan usai Komentar Powell. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Bursa Asia melanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa (16/7/2024), seiring pasar mencerna komentar ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell semalam.

Pasar juga mencerna dampak penembakan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan kemungkinan kemenangannya pada pemilihan umum November mendatang.

Indeks saham Hong Kong, China, Australia hingga Korea Selatan kompak melemah, sementara pasar saham Jepang menguat setelah tutup pada sesi kemarin.

Pada pukul 09.25 WIB, indeks Shanghai Composite melemah 0,41 persen di level 2.961,85. Indeks Hang Seng Hong Kong juga terjun 1,18 persen di level 17.802.

Lebih lanjut, indeks KOSPI Korea Selatan terdepresiasi tipis 0,012 persen di level 2.860,58. Di lain pihak, indeks ASX 200 Australia melemah 0,24 persen di level 7.998,4. (Lihat grafik di bawah ini.)

Pada sesi pagi ini, indeks saham Nikkei 225 Jepang kembali menguat 0,45 persen di level 41.3766,58, kembali mendekati level tertinggi baru alias new all-time high (ATH) yang dicapai pada sesi pekan lalu.

Dari Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun 0,16 persen di level 7.265 pada pukul 09.28 WIB. Pada sesi sebelumnya, IHSG ditutup melemah 0,66 persen ke level 7.278.

Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell mengatakan pada Senin (15/7) bahwa bank sentral tidak akan menunggu sampai inflasi mencapai 2 persen untuk memangkas suku bunga.

Berbicara di Economic Club of Washington D.C., Powell merujuk pada gagasan bahwa kebijakan bank sentral bekerja dengan “kelambatan yang panjang dan bervariasi” untuk menjelaskan mengapa The Fed tidak akan menunggu targetnya tercapai.

“Implikasinya, jika Anda menunggu hingga inflasi turun hingga 2 persen, Anda mungkin menunggu terlalu lama, karena pengetatan yang Anda lakukan, atau tingkat pengetatan yang Anda miliki, masih belum berjalan. Dampaknya, mungkin akan mendorong inflasi di bawah 2 persen,” kata Powell.

Saham-saham Asia juga terdampak sentimen upaya pembunuhan terhadap Donald Trump pada akhir pekan lalu.

Saham-saham Hong Kong dan China juga melemah menyusul data negeri Tirai Bambu yang lebih lemah dari perkiraan, dan kekhawatiran akan kemungkinan lebih tinggi kemenangan Trump dalam pemilu.

Sebelumnya, perekonomian China dilaporkan tumbuh 4,7 persen yoy pada kuartal kedua 2024, meleset dari perkiraan pasar sebesar 5,1 persen dan melambat dari pertumbuhan 5,3 persen pada periode sebelumnya.

Ini merupakan kenaikan tahunan terlemah sejak kuartal I-2023, di tengah berlanjutnya penurunan sektor properti, lemahnya permintaan domestik, jatuhnya yuan, dan perselisihan perdagangan dengan negara-negara Barat. (ADF)

SHARE