Bursa Asia melemah karena IMF dan Bank Dunia Ingatkan Risiko Resesi
Pasar Asia tertekan akibat kekhawatiran resesi global meningkat dan kenaikan suku bunga The Fed pada pekan depan.
IDXChannel - Pasar Asia melemah pada perdagangan Jumat (16/9/2022) karena investor bersiap menghadapi kenaikan suku bunga Amerika Serikat oleh Federal Reserve (The Fed) minggu depan. Di sisi lain, kekehawatiran terhadap resesi global meningkat menyusul peringatan dari Bank Dunia dan Internasional Monetary Fund (IMF).
Dilansir dari data Bloomberg pukul 09.28 WIB, indeks MSCI untuk kawasan Asia Pasifik di luar Jepang (.MIAPJ0000PUS) turun 0,33% menjadi 152,05. Indeks saham Nikkei Jepang (.N225) turun 1,05% menjadi 27.581,89.
Indeks Hang Seng Hong Kong (.HSI) turun 0,74% menjadi 18.790,37. Adapunm indeks CSI300 China (.CSI300) terkoreksi 1,22% menjadi 3.978,15.
Dari dalam negeri, IHSG dibuka turun di 7.287,95 pada perdagangan hari ini. Sebanyak delapan sektor berada di zona merah.
Laju saham di bursa Asia mengikuti penurunan luas di pasar ekuitas utama AS. Dow Jones Industrial Average (.DJI) ditutup turun 173,27 poin, atau 0,56%, menjadi 30.961,82 pada perdagangan Kamis (15/9/2022).
Sementara itu, indeks S&P 500 (.SPX) kehilangan 44,66 poin, atau 1,13%, menjadi 3.901,35 dan Nasdaq Composite (.IXIC) turun 167,32 poin, atau 1,43%, menjadi 11.552,36.
Salah satu faktor turunnya indeks saham di berbagai belahan dunia karena IMF menyatakan prospek ekonomi global tetap suram dan beberapa negara diperkirakan akan tergelincir ke dalam resesi pada 2023. Meskipun masih terlalu dini untuk mengatakan resesi global meluas.
IMF pada Juli merevisi pertumbuhan global menjadi 3,2% pada 2022 dan 2,9% pada 2023. Dengan risiko resesi, lembaga keuangan itu diproyeksi merilis prospek baru bulan depan.
Sebagai perbandingan, Bank Dunia mengatakan dunia bisa menuju resesi global pada 2023 karena bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga. Hal itu dilakukan untuk memerangi inflasi yang terus-menerus.
Tiga ekonomi terbesar dunia - Amerika Serikat, Cina, dan zona euro - telah melambat cukup tajam. "Pukulan moderat terhadap ekonomi global selama tahun depan dapat menyebabkan resesi,” ujar Bank Dunia beberapa waktu lalu, dikutip dari Reuters pada Jumat (16/9/2022).
Indermit Gill, kepala ekonom Bank Dunia, mengatakan pada hari Kamis bahwa dia khawatir tentang "stagflasi umum," yaitu periode pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi. Dalam ekonomi global, Bank Dunia telah memangkas kembali perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk sebagian besar negara.
Di perdagangan Asia, imbal hasil pada untuk tenor 10-tahun berada di 3,4509% dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 3,459% pada hari Kamis. Imbal hasil dua tahun, yang naik dengan ekspektasi pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 3,871% dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 3,873%.
Imbal hasil Treasury dua tahun mencapai level tertinggi baru dalam 15 tahun setelah penjualan ritel AS yang beragam dan data klaim pengangguran, yang menurut para analis, memperkuat kasus kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif.
Ekonom menyatakan pasar saat ini sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga 75 basis poin pada rapat The Fed minggu depan.
"Ekuitas dan pasar sensitif risiko lainnya berjuang karena menjadi jelas bahwa tekanan inflasi AS tertanam dengan baik dan risiko terhadap suku bunga dana The Fed berada di sisi atas," kata ekonom ANZ pada hari Jumat. (FRI)