Bursa Asia Menguat, Tersengat Rekor Wall Street
Bursa saham Asia menguat pada Rabu (10/9/2025), tersengat Wall Street yang memecahkan rekor baru semalam.
IDXChannel - Bursa saham Asia menguat pada Rabu (10/9/2025), tersengat Wall Street yang memecahkan rekor baru semalam.
Menurut data pasar, pukul 09.52 WIB, Indeks Nikkei 225 naik 0,49 persen ke sekitar 43.670, sementara Indeks Topix yang lebih luas menguat 0,36 persen ke 3.133 pada Rabu, bangkit dari pelemahan sesi sebelumnya dengan saham teknologi menjadi pendorong utama.
Mengutip Trading Economics, saham teknologi Jepang mengikuti reli di Wall Street setelah Oracle melonjak 28 persen dalam perdagangan setelah jam bursa, didorong lonjakan 1.529 persen pada pendapatan basis data multicloud dari Amazon, Google, dan Microsoft di tengah tingginya permintaan server AI.
Sementara itu, revisi tajam ke bawah pada data ketenagakerjaan AS memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga minggu depan, bahkan sebagian investor bertaruh pada langkah agresif sebesar 50 basis poin.
Di dalam Negeri Sakura, survei swasta menunjukkan sentimen manufaktur Jepang mencapai level tertinggi tiga tahun pada September, seiring meredanya ketegangan dagang setelah tercapainya kesepakatan tarif dengan AS.
Indeks Hang Seng Hong Kong juga mendaki 0,71 persen, KOSPI Korea Selatan terkerek 1,41 persen, dan STI Singapura terapresiasi 0,97 persen.
Berbeda, Shanghai Composite melemah 0,15 persen dan CSI 300 China turun 0,26 persen.
Wall Street Rekor
Tiga indeks utama Wall Street menutup perdagangan Selasa dengan rekor tertinggi baru.
UnitedHealth memimpin penguatan, sementara revisi turun pada data ketenagakerjaan memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve segera memangkas suku bunga untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
S&P 500, Nasdaq, dan Dow Jones Industrial Average semuanya berakhir di level rekor, memperpanjang reli tahun ini yang digerakkan oleh euforia kecerdasan buatan dan harapan biaya pinjaman yang lebih rendah.
Pemerintah AS menyebutkan, ekonomi kemungkinan menciptakan 911.000 pekerjaan lebih sedikit dalam 12 bulan hingga Maret dibanding perkiraan sebelumnya.
Hal ini mengisyaratkan bahwa pertumbuhan lapangan kerja sudah melambat bahkan sebelum Presiden Donald Trump meluncurkan kebijakan tarif globalnya.
Pasar keuangan telah memperhitungkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed pekan depan.
Melansir dari Reuters, perdagangan futures juga menunjukkan peluang hampir 10 persen untuk pemangkasan 50 basis poin, menurut alat FedWatch dari CME. Data ketenagakerjaan nonpertanian untuk Juli dan Agustus pun menguatkan sinyal pelemahan pasar tenaga kerja.
“Ini sama sekali tidak menghalangi The Fed untuk memangkas 25 basis poin,” kata analis pasar di Murphy & Sylvest, Chicago, Paul Nolte, menanggapi revisi data tersebut.
“Kita belum tahu detail per bulan dan baru akan jelas beberapa bulan lagi, tapi ini menunjukkan pasar tenaga kerja memang lemah,” imbuh Nolte.
S&P 500 naik 0,27 persen menjadi 6.512,61 poin, melampaui rekor sebelumnya pada Kamis lalu. Nasdaq menguat 0,37 persen ke 21.879,49 poin, mencatat rekor penutupan tertinggi untuk hari kedua beruntun.
Dow Jones Industrial Average menanjak 0,43 persen ke 45.711,34 poin, melewati rekor penutupan terakhir pada 28 Agustus.
Dari 11 sektor di S&P 500, delapan ditutup menguat, dipimpin oleh sektor layanan komunikasi yang naik 1,64 persen, disusul utilitas yang bertambah 0,71 persen.
Sejak awal tahun, S&P 500 sudah menguat sekitar 11 persen, sementara Nasdaq naik 13 persen. (Aldo Fernando)