MARKET NEWS

Bursa Eropa Naik Imbas Pemangkasan Produksi Minyak, Shell-BP Cs Melesat

Maulina Ulfa - Riset 03/04/2023 16:10 WIB

Bursa Eropa menghijau pada pembukaan perdagangan Senin, (3/4) yang dipimpin oleh kenaikan saham perusahaan minyak memimpin.

Bursa Eropa Naik Imbas Pemangkasan Produksi Minyak, Shell-BP Cs Melesat. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bursa Eropa menghijau pada pembukaan perdagangan Senin, (3/4) yang dipimpin oleh kenaikan saham perusahaan minyak memimpin. Reli saham energi ini adalah efek dari lonjakan harga minyak mentah menyusul pengumuman pemangkasan produksi OPEC+.

Pada jam 9 pagi waktu setempat atau Senin siang waktu Indonesia (2/4), indeks DAX di Jerman diperdagangkan 0,1% lebih tinggi, sementara CAC 40 di Prancis naik 0,4%, dan FTSE 100 di Inggris naik 0,7%.

Pengumuman OPEC+ yang tak terduga ini telah membantu perusahaan minyak dan gas (migas) besar di kawasan ini, seperti Shell (SHEL), BP (BP), TotalEnergies (TTEF), dan Eni (ENI) mencatatkan kenaikan sekitar 4 %.

Saham Shell naik 3,92%, sementara BP naik 4,22%. Perusahaan migas asal Prancis, TotalEnergies naik 4,1% dan ENI Italia naik 3,9%. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sebaliknya, saham maskapai penerbangan paling menderita, karena harga minyak mentah yang lebih tinggi cenderung membebani biaya operasional ke depan. Saham IAG (ICAG), Air France KLM (AIRF), dan easyJet (EZJ) diperdagangkan sekitar 1% lebih rendah.

Ini menjadi babak baru dinamika pasar minyak setelah mengalami turbulensi bertubi-tubi sejak tahun lalu. Dampak perang Rusia-Ukraina sempat melambungkan harga minyak.

Namun, harga minyak semakin turun di mana baru-baru ini tersengat sentimen kejatuhan bank di Amerika Serikat (AS).

Guna menstabilkan harga minyak secara lebih lanjut, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, secara tak terduga mengumumkan akan memangkas produksi lebih dari 1 juta barel per hari hingga akhir 2023 pada Minggu (2/4).

Langkah ini dilakukan menjelang pertemuan virtual komite pemantau grup pada Senin malam, yang diharapkan secara luas untuk mengkonfirmasi tingkat produksi yang disepakati pada November.

Namun, pengamat menyarankan perlunya kehati-hatian bahwa langkah ini ini dapat membuat ekonomi rentan, yang mungkin diperparah oleh gejolak di sektor perbankan yang belum selesai.

Selain itu, lonjakan tajam harga minyak akan membuat bank sentral khawatir tentang nasib inflasi yang selama ini sudah terlampau tinggi. Kondisi ini dapat memaksa mereka untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi lebih lama dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Ini mungkin sangat relevan di Eropa di mana inflasi inti, yang mengecualikan biaya energi dan makanan yang tidak stabil, melaju ke level tertinggi sepanjang masa sebesar 5,7% di bulan Maret kemarin.

Untuk melawan inflasi, Bank Sentral Eropa (ECB) masih menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan lalu. (ADF)

SHARE