Cadangan Devisa April 2024 Terendah 6 Bulan, Begini Dampaknya buat Market
Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2024 sebesar USD136,2 miliar.
IDXChannel - Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2024 sebesar USD136,2 miliar.
Jumlah ini menurun 2,99 persen dibandingkan posisi pada akhir Maret 2024 sebesar USD140,4 miliar. Ini menempatkan cadangan devisa Indonesia turun ke level terendah dalam enam bulan. (Lihat grafik di bawah ini.)
Penurunan cadangan devisa ini bisa berdampak negatif bagi pasar. Di antaranya adalah pelemahan mata uang, turunnya kepercayaan investor asing, hingga terganggunya daya beli dan melemahnya posisi utang luar negeri.
Rupiah Melemah
Merespons pengumuman cadangan devisa terbaru, rupiah melemah 0,26 persen di level Rp16.084 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pukul 11.22 WIB, menurut data Trading View. Meski dalam sepekan, rupiah terapresiasi menguat 1,06 persen.
Penurunan cadangan devisa dapat menyebabkan pelemahan mata uang nasional. Ketika cadangan devisa menurun, bank sentral mungkin akan kesulitan untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang negara.
Akibatnya, nilai tukar mata uang nasional dapat mengalami depresiasi terhadap mata uang asing, sehingga menyebabkan kenaikan harga barang impor dan inflasi.
IHSG Loyo
Hingga penutupan sesi pertama Rabu (8/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melorot 0,55 persen di level 7.084,51.
Penurunan kinerja pasar saham juga dipengaruhi aksi jual asing dalam beberapa waktu terakhir. Tercatat pekan lalu pada periode 29 April hingga 3 Mei 2024, asing mencatatkan net sell (jual bersih) mencapai Rp3,13 triliun dari pasar saham RI, melanjutkan penjualan sejak pekan sebelumnya yang mencapai Rp4,49 triliun.
Adapun posisi kepemilikan asing pada Surat Utang Negara (SUN) per 3 Mei 2024 mencapai Rp792,08 triliun, meningkat dibanding April yang mencapai Rp.789,87 triliun
Risiko Penurunan Daya Beli Masyarakat
Pelemahan mata uang nasional sebagai akibat dari penurunan cadangan devisa dapat menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat.
Harga barang dan jasa yang diimpor menjadi lebih mahal, sehingga biaya hidup masyarakat menjadi meningkat.
Hal ini dapat menyebabkan konsumsi masyarakat menurun, dampaknya akan dirasakan oleh sektor bisnis dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Ditambah, ekonomi Indonesia masih ditopang konsumsi rumah tangga yang menyumbang hampir 55 persen terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal-I 2024 mencapai 4,91 persen dan menjadi yang tertinggi sejak kuartal I-2019.
Sebelumnya, hal yang sama terjadi di kuartal II-2023, di mana konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi di kuartal tersebut mencapai 5,17 persen yoy dan konsumsi rumah tangga menyumbang mayoritas atau 53,31 persen dari total PDB periode tersebut.
Pembayaran Utang Luar Negeri Bisa Terbebani
Ketika cadangan devisa menurun, negara akan menghadapi kesulitan dalam membayar utang luar negeri.
Negara harus menggunakan cadangan devisa yang tersisa untuk membayar utang, namun hal ini dapat menimbulkan risiko likuiditas dan mempengaruhi reputasi kredit negara di pasar internasional.
Sebelumnya, lembaga pemeringkat Moody’s mengafirmasi peringkat kredit Indonesia sebagai 'Baa2' dengan outlook stabil. Sementara lembaga Fitch juga mengkonfirmasi peringkat kredit Indonesia BBB dengan outlook stabil. (Lihat tabel di bawah ini.)
Direktur Departemen Komunikasi BI Fadjar Majardi sebelumnya mengatakan, penurunan posisi cadangan devisa tersebut, antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tulis Fadjar dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (8/5/2024).
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat utang pemerintah per 31 Maret 2024 turun tipis menjadi Rp 8.262,10 triliun. Per akhir Februari, utang pemerintah mencapai Rp 8.319,22 triliun sehingga terjadi penurunan mencapai Rp 57,12 triliun.
Dari data tersebut, rasio utang pemerintah terhadap PDB tercatat mencapai 38,79 persen dan masih di bawah batas aman yang telah ditetapkan, yakni 60 persen dari PDB.
“Mayoritas utang berasal dari dalam negeri, yakni sebesar 71,52 persen dan sisanya berasal dari asing. Berdasarkan instrumen, sebanyak 88,05 persen berbentuk surat berharga negara (SBN) dan sisanya 11,9 persen adalah pinjaman,”tulis Buku APBN KiTA yang diterbitkan Kementerian Keuangan, Selasa (7/5/2024).
Meski demikian, BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga," kata Fadjar. (ADF)