Danantara Dinilai Tidak Timbulkan Sentimen Negatif ke IHSG
IHSG dalam sepekan terakhir bergerak lesu. Menteri BUMN Erick Thohir menyebut pembentukan Danantara dinilai tidak berdampak negatif pada laju indeks.
IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan terakhir bergerak lesu. Pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) disebut-sebut memberi dampak negatif ke indeks.
Namun, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membantah tudingan soal Danantara menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Meskipun indeks berada dalam zona merah pada hari peluncuran BPI Danantara, Senin (24/2/2025) lalu.
Menurut Erick, anjloknya IHSG disebabkan banyak faktor. Salah satunya, kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait tarif dagang.
“Penurunan harga saham sekarang terjadi, kembali kita introspeksi diri. Karena Presiden Amerika Donald Trump sedang mengambil kebijakan-kebijakan ekonomi yang sangat bullish untuk Amerika,” ujar Erick saat ditemui wartawan, Sabtu (1/3/2025).
Erick menyebut Trump tidak segan untuk memberlakukan tarif tinggi hingga 25 persen ke negara tetangganya, yaitu Kanada. Tarif tinggi juga rencananya diterapkan pada barang-barang dari China.
Melihat kebijakan ekonomi AS itu, Erick justru menilai Danantara bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG, sekalipun masih membutuhkan waktu dan bisa dibuktikan ke depannya.
Dia juga mengingatkan agar pelaku pelaku pasar modal tidak menyamakan Danantara dengan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana kekayaan negara di kawasan lain yang buruk. Misalnya, 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang pernah mengalami skandal korupsi besar.
“Harusnya bisa, tapi perlu waktu. Kita tidak bisa melawan persepsi yang hari ini, seakan-akan yang tadi, benchmarking Danantara dengan Sovereign Wealth yang enggak bagus, itu salah besar Nanti kita buktikan saja,” ujarnya.
Padahal, menurut Erick, ada sejumlah negara yang berhasil mengelola SWF mereka, seperti Public Investment Fund atau Dana Investasi Publik milik pemerintah Arab Saudi.
Lalu, Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar Investment Authority (QIA) yang juga dianggap sukses.
(Febrina Ratna Iskana)