Dari Rupiah Sampai Won, Mata Uang Asia Kompak Menguat Atas Dolar AS
Sejumlah mata uang di kawasan Asia secara kompak mengalami penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).
IDXChannel - Sejumlah mata uang di kawasan Asia secara kompak mengalami penguatan terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap Dolar AS pada perdagangan Rabu (8/12/2021) pagi.
Pantauan di pasar spot Bloomberg hingga pukul 09.27 WIB, mata uang Garuda naik 45 poin atau 0,31% di harga Rp14.333 per 1 Dolar AS. Selain Rupiah, sejumlah mata uang negara Asia bergerak naik terhadap USD, ketika indeks Dolar AS terkoreksi -0,18% di level USD96,19.
Yen Jepang melesat sebesar 0,05% di 113,51, Ringgit Malaysia menanjak 0,33% di 4,2160, dan Peso Filipina naik 0,02% di 50,260, Won Korea Selatan tumbuh 0,07% di 1.175,95, Dolar Singapura meningkat 0,08% di 1,3642, dan Dolar Taiwan 0,01% di 27.737.
Dolar Hong Kong naik stagnan 0,00% di 7,986, Yuan China melesat 0,12% di 6,3583, Baht Thailand unggul 0,53% di 33,490, dan Dolar Australia tumbuh 0,22% di 0,7138.
Pergerakan pasar uang di Asia kompak menguat pada Rabu pagi setelah sempat diguncang kabar penyebaran varian Omicron.
Melansir Reuters, Rabu (8/12/2021), pergerakan greenback juga sedikit berubah terhadap sekeranjang enam mata uang utama, khususnya dolar Australia yang kembali memperpanjang kenaikan semalam.
Kenaikan ini menjadi yang tertinggi dalam seminggu terakhir, setelah sempat jatuh ke level terendah selama 13-bulan karena kekhawatiran tentang Omicron.
Analis Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, menilai kekhawatiran atas varian baru perlahan mulai surut.
"Investor merasa sulit untuk memprediksi bagaimana bank sentral akan menyesuaikan kebijakan moneter mereka untuk meredam flasi yang tinggi. Mereka sekarang masih melihat agenda pekan berikutnya, ketika Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, dan Bank of England akan mengeluarkan kebijakan untuk Desember," katanya, Selasa (7/12).
Dari kawasan Asia, katalis positif datang dari China yang melonggarkan kebijakan moneternya dengan memotong rasio cadangan wajib untuk kedua kalinya pada tahun 2021.
People's Bank of China akan mengurangi rasio persyaratan cadangan sebagian besar bank sebesar 0,5 poin persentase minggu depan, melepaskan CNY1,2 triliun (USD188,16 miliar) dari likuiditas. (TYO)