MARKET NEWS

Debut Perdana Cinema XXI (CNMA), Begini Prospek dan Risiko Industri Bioskop ke Depan

Desi Angriani 31/07/2023 08:31 WIB

Pengelola bioskop Cinema XXI dengan kode CNMA, PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk bakal debut perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) awal Agustus 2023.

Debut Perdana Cinema XXI (CNMA), Begini Prospek dan Risiko Industri Bioskop ke Depan (Foto: Okezone/ Shutterstock)

IDXChannel - Pengelola bioskop Cinema XXI dengan kode CNMA, PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk bakal debut perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) awal Agustus 2023.

Dalam masa penawaran awal atau bookbuilding, CNMA mematok harga sebesar Rp270-288 per saham dengan mengindar dana segar sebesar Rp2,40 triliun.

Sebesar 65% dari dana hasil IPO CNMA akan digunakan untuk ekspansi jaringan bioskop, terutama di kota Tier 2 dan 3.

"Kota-kota tersebut dapat menjadi pendorong pertumbuhan CNMA ke depan, khususnya jika melihat penetrasi bioskop yang masih rendah di Indonesia," tulis Tim Investment Analyst Stockbit dalam laporannya, Minggu (30/7/2023).

Namun, besarnya demand dalam industri bioskop masih belum sepadan dengan supply-nya. Hal ini terlihat dari penetrasi layar bioskop per satu juta penduduk di Indonesia yang diperkirakan baru mencapai 7,6 pada 2022.

"Jumlah tersebut masih relatif rendah dibandingkan dengan regional maupun global peers," tambah Tim Investment Analyst Stockbit.

Di sisi lain, CNMA memiliki risiko berupa sensitivitas yang besar terhadap kinerja pendapatan dan meningkatnya penggunaan layanan streaming film.

Peningkatan penggunaan saluran distribusi film alternatif dan hiburan lain dapat menurunkan kunjungan ke bioskop, membatasi harga tiket, dan berdampak negatif pada pendapatan CNMA.

Persaingan yang semakin ketat berasal dari saluran over-the-top (OTT) yang menawarkan film langsung kepada penonton maupun penayangan konten original.

Misalnya, Netflix dan Disney+ memfasilitasi rilis film tidak lama setelah dirilis di bioskop, sehingga penggemar film dapat memilih untuk menunggu rilis film di platform streaming daripada menonton di bioskop.

"Selain itu, bioskop juga bersaing dengan bentuk hiburan lainnya untuk memperebutkan waktu dan disposable income pelanggan, seperti konser, acara olahraga, taman hiburan, dan media sosial," Tim Investment Analyst Stockbit.

Meski begitu, perseroan telah berhasil membalikkan rugi menjadi laba sebesar Rp460 miliar pada 2022 ketika pendapatan dari segmen film baru pulih 61% dari realisasi pra-pandemi.

Dengan status market leader dan model bisnis yang unik (high operating leverage dan margin yang stabil), kinerja CNMA berpotensi tumbuh pesat seiring pemulihan penjualan tiket dan produksi film pasca-pandemi.

Selain itu, keberadaan afiliasi GIC sebagai pemegang saham perseroan dan potensi munculnya investor strategis dapat menjadi sentimen positif IPO CNMA.

"Pemulihan industri film dan bioskop pasca-pandemi berpotensi menguntungkan CNMA yang merupakan market leader di Indonesia. Per 2021, CNMA memiliki pangsa pasar gross box office sebesar 69,7%, dengan pangsa pasar tiket dan layar masing-masing sebesar 68,8% dan 57,7%," tulis Tim Investment Analyst Stockbit.

(DES)

SHARE