MARKET NEWS

Delisting dari Bursa Tokyo, Ini Penyebab Runtuhnya Kejayaan Toshiba 

22/12/2023 07:00 WIB

Mengapa salah satu nama industri paling terkenal di Jepang mengalami kejatuhan yang begitu spektakuler?

Delisting dari Bursa Tokyo, Ini Penyebab Runtuhnya Kejayaan Toshiba. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Ada suatu masa ketika TV, komputer, sistem speaker, atau barang elektronik penting lainnya dibuat oleh Toshiba. Perusahaan yang pernah menjadi contoh dominasi Jepang di bidang elektronik resmi mengakhiri sejarah setelah 74 tahun di bursa saham Tokyo.

Namun, mengapa salah satu nama industri paling terkenal di Jepang mengalami kejatuhan yang begitu spektakuler?

Melansir BBC, Kamis (21/12/2023), semuanya dimulai pada tahun 2015 ketika malpraktik akuntansi di berbagai divisi terungkap, dan banyak di antaranya melibatkan manajemen puncak.

Selama tujuh tahun, Toshiba telah melebih-lebihkan labanya sebesar USD1,59 miliar. Pada 2020, penyimpangan akuntansi terkuak.

Ada juga tuduhan terkait tata kelola perusahaan dan cara pengambilan keputusan pemegang saham.

Investigasi pada 2021 menemukan bahwa Toshiba telah berkolusi dengan kementerian perdagangan Jepang untuk menekan kepentingan investor asing.

Pada saat itu, para ahli mengatakan hal ini membuat investor asing tidak yakin untuk berinvestasi di saham Jepang, sehingga hal ini bukan hanya menjadi masalah bagi Toshiba, tetapi juga menjadi masalah bagi seluruh pasar saham Jepang.

Pada akhir 2016, Toshiba mengatakan akan mengambil alih beberapa miliar dolar terkait dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir yang dibeli oleh unit AS Westinghouse Electric setahun sebelumnya.

Tiga bulan kemudian, Westinghouse mengajukan kebangkrutan sehingga Toshiba menghadapi keruntuhan bisnis nuklirnya dan kewajiban lebih dari USD6 miliar.

Perusahaan ini menjual banyak bisnis termasuk telepon seluler, sistem medis, dan barang-barang kebutuhan rumah tangga.

Kemudian mereka terpaksa menjual unit chipnya, Toshiba Memory, sebuah kesepakatan yang tertunda selama beberapa bulan karena perselisihan dengan salah satu mitranya.

Pada saat perusahaan-perusahaan sedang berinvestasi besar-besaran untuk masa depan teknologi dan inovasi, Toshiba harus menjual aset berharganya untuk mendapatkan uang tunai.

Toshiba berhasil mendapatkan suntikan dana sebesar USD5,4 miliar pada akhir 2017 dari investor luar negeri, sehingga membantu Toshiba menghindari penghapusan paksa (forced delisting).

Namun hal ini berarti pemegang saham utama mempunyai lebih banyak suara dalam menentukan arah perusahaan.

Hal ini menyebabkan perselisihan berkepanjangan yang melumpuhkan produsen baterai, chip, serta peralatan nuklir dan pertahanan.

Setelah banyak perdebatan mengenai apakah perusahaan tersebut harus dipecah menjadi perusahaan-perusahaan kecil, Toshiba membentuk sebuah komite untuk menjajaki apakah perusahaan tersebut dapat dijadikan perusahaan swasta.

Pada Juni 2022, Toshiba menerima delapan proposal pembelian.

Awal tahun ini, perusahaan tersebut mengonfirmasi bahwa pihaknya akan diambil alih oleh konsorsium domestikyang dipimpin oleh Japan Investment Corp (JIC) yang didukung negara senilai USD14 miliar.

Tidak jelas bagaimana rencana pemilik baru untuk mengubah Toshiba, tetapi ketuanya mengatakan layanan digital dengan margin tinggi akan menjadi fokus.

JIP memang memiliki rekam jejak dalam menggarap bisnis dari pabrikan besar termasuk divisi laptop Sony dan unit kamera Olympus.

Setelah mengakuisisi bisnis laptop Vaio Sony pada 2014, hal ini membantu perusahaan mencapai rekor penjualan tahun lalu.

Namun Toshiba adalah perusahaan yang jauh lebih besar dan taruhannya tinggi: Toshiba mempekerjakan sekitar 106.000 orang dan beberapa operasinya dipandang penting bagi keamanan nasional. (NIA)

SHARE