MARKET NEWS

Demand Berpotensi Naik, Yield Curve SUN 10-tahun Diprediksi di Kisaran 6,86-7,14 Persen

Febrina Ratna 08/07/2024 10:20 WIB

Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pada pekan ini diproyeksi positif. Salah satu indikatornya penurunan yield US Treasury pada akhir pekan lalu.

Demand Berpotensi Naik, Yield Curve SUN 10-tahun Diprediksi di Kisaran 6,86-7,14 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) pada pekan ini diproyeksi positif. Salah satu indikatornya berasal dari  global yaitu penurunan yield US Treasury (UST) pada perdagangan Jumat (5/7/2024).

Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 11bp dari hari sebelumnya menjadi 4,22 persen, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 8bp menjadi 4,28 persen. Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di 74bp.

Secara week-over-week, yield curve UST 10-tahun turun sebesar 8bp, sedangkan CDS 5-tahun Indonesia turun 4bp. Sementara itu, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) bertahan di level yang sama dengan akhir minggu sebelumnya, di 7,07 persen.

Selain itu, Rupiah turut menguat sebesar 0,59 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS)

Dengan mempertimbangkan kondisi pasar tersebut, Tim Riset Fixed Income BNI Sekuritas melihat potensi peningkatan demand terhadap instrumen Surat Berharga Negara (SBN) Rupiah. “Untuk periode 8-12 Juli 2024, kami memperkirakan yield curve SUN 10-tahun akan bergerak di kisaran 6,86-7,14 persen,” tulisnya dalam riset, Senin (8/7/2024).

Berdasarkan valuasi yield curve, Tim Riset Fixed Income BNI Sekuritas memperkirakan obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0071, FR0101, FR0078, FR0052, FR0082, FR0087, FR0073, FR0058, FR0074, FR0065, FR0100, FR0068.

Adapun pada perdagangan pekan lalu,  yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 2 basis poin menjadi 6,91 persen, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 3 bp menjadi 7,03 persen.

Sementara data Bloomberg menunjukkan level yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 2 basis poin ke level 7,07 persen.

Volume transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp11,5 triliun pada Jumat pekan lalu, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp14,0 triliun.

FR0101 dan FR0100 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing-masing sebesar Rp2,9 triliun dan Rp2,8 triliun. Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright traded tercatat sebesar Rp2,7 triliun.

Di sisi lain, Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan beli neto oleh investor asing sebesar Rp8,34 triliun berdasarkan data transaksi tanggal 1-4 Juli 2024.

Beli neto tersebut terdiri dari jual neto sebesar Rp1,89 triliun di pasar SBN, beli neto sebesar Rp2,08 triliun di pasar saham, dan beli neto sebesar Rp8,15 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Laporan tersebut juga menunjukkan berdasarkan data setelmen year-to-date per 4 Juli 2024, nonresiden telah mencatatkan jual neto Rp32,58 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,06 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp139,79 triliun di SRBI.

Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat sebesar 0,32 persen  dari level Rp16.330 per usd di hari Kamis menjadi Rp16.278 per usd.

(FRI)

SHARE