MARKET NEWS

Deretan Emiten Garap Bisnis EBT, Siapa Terbesar?

Dhera Arizona 19/08/2023 20:15 WIB

Alhasil, sejumlah perusahaan atau emiten pun berbondong-bondong menggarap bisnis energi bersih tersebut. Berikut ini daftarnya.

Deretan Emiten Garap Bisnis EBT, Siapa Terbesar? (Foto MNC Media)

IDXChannel - Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) atau energi bersih di Indonesia hingga kini masih terus menerus digenjot. Bahkan, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik pada 13 September 2022.

Alhasil, sejumlah perusahaan atau emiten pun berbondong-bondong menggarap bisnis energi bersih tersebut.

Berikut ini merupakan daftar emiten yang menggarap bisnis EBT sebagaimana dihimpun oleh IDXChannel.com dari berbagai sumber.

1. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)

Perusahaan yang didirikan pada 2 November 1982 ini telah melakukan diversifikasi bisnis melalui pengembangan pembangkit listrik berbasis EBT. Hal ini ditandai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tanah Laut, Kalimantan Selatan, berkapasitas 70 MW. Dalam proyek tersebut, emiten yang IPO pada 16 Juli 2008 ini melalui anak usahanya PT Adaro Power menggandeng Total Eren.

Per 18 Agustus 2023, saham ADRO Rp2.540. Sedangkan kapitalisasi pasar ADRO Rp81,244 triliun.

2. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO)

PGE adalah salah satu anak usaha Pertamina yang mengelola pemanfaatan energi panas bumi yang berdiri pada 12 Desember 2006. Meski begitu, Pertamina telah menjalankan aktivitas geothermal sejak 1974.

PGE yang baru saja melantai di bursa pada 24 Februari 2023 ini memiliki dua entitas anak usaha yaitu PT Geothermal Energy Seulawah dan Pertamina Geothermal Energy Lawu. Total terdapat 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 mega watt.

Kamojang merupakan PLTP tertua yang sudah dieksplorasi Pertamina sejak 1974 yang berada di WKP Kamojang-Darajat, Jawa Barat. Terdapat lima unit PLTP yang beroperasi secara komersial sejak 1983 dengan total kapasitas terpasang sebesar 235 mega watt.

Per 18 Agustus 2023, harga saham PGEO Rp970 dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp40,154 triliun.

3. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)

Perusahaan menjajaki peluang kerja sama bisnis di bidang energi surya. Merujuk keterbukaan informasi BEI, Dian Swastatika Sentosa melalui entitas anak, PT Daya Anugerah Sejati Utama menandatangani Nota Kesepahaman dengan Trina Solar Co. Ltd, PT Indonesia Power, dan PT Agra Surya Investindo untuk menjajaki peluang kerja sama untuk merencanakan, membangun, membiayai, dan mengoperasikan pabrik sel dan modul fotovoltaik surya.

Pabrik sel dan modul fotovoltaik surya tersebut memiliki kapasitas produksi masing-masing sebesar 1 GW per tahun dan memasarkan produk sel dan modul fotovoltaik surya di Indonesia.

Per 18 Agustus 2023, harga saham DSSA Rp48.000. Adapun kapitalisasi pasarnya Rp36,986 triliun.

4. PT Indika Energy Tbk (INDY)

Perusahaan yang berdiri pada 19 Oktober 2000 ini berkomitmen mencapai net zero emisi pada 2050. Sehingga, perseroan memutuskan untuk melakukan diversifikasi portofolio pada lini bisnis berkelanjutan.

Indika Energy mencanangkan pendapatan dari non batu bara andil 50 persen pada 2025.

Terbaru, PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usaha perseroan yaitu PT Mitra Motor Group (MMG) mendirikan perusahaan patungan bersama Foxteq Singapore Pte Ltd pada 22 September 2022. Perusahaan patungan itu bernama PT Foxconn Indika Motor (FIM).

Indika juga memiliki Indika Multi Properti dengan empat konsesi hutan tanaman industri seluas lebih dari 170 ribu hektar di Kalimantan. Perusahaan ini memiliki rencana untuk mengembangkan wood pellet untuk biomassa dan carbon offset. 

Kedua hal itu dilakukan dengan tujuan mengurangi exposure dari bisnis batu bara.

Per 18 Agustus 2023, harga saham INDY Rp2.030. Sedangkan nilai kapitalisasi pasar Rp10,576 triliun.

5. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA)

TOBA menyiapkan sekitar USD1 miliar atau sekitar Rp14,3 triliun (mengacu kurs Rp14.287 per USD) untuk investasi pada net zero carbon. Perusahaan juga mengaku telah investasi dalam berbagai hal terkait energi terbarukan.

Pada kuartal IV-2021, TBS membentuk usaha patungan (joint venture) dengan Gojek yang bernaung dalam PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. Lewat usaha patungan ini, Gojek dan TBS akan mengembangkan usaha bisnis dalam bidang manufaktur kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan kepemilikan kendaraan listrik.

Per 18 Agustus 2023, harga saham TOBA Rp356. Adapun kapitalisasi pasarnya senilai Rp2,885 triliun.

6. PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN)

Portofolio energi baru terbarukan (EBT) Kencana Energy saat ini mencakup tiga pembangkit listrik tenaga air dan satu pembangkit listrik tenaga biomassa.

Setiap pembangkit listrik tenaga air dioperasikan oleh salah satu anak perusahaan Kencana Energy yaitu PLTA Pakkat (18MW) di Sumatera Utara, yang dioperasikan oleh entitas anak perusahaan secara langsung yaitu PT Energy Sakti Sentosa.

Kemudian, PLTA Air Putih (21 MW) di Bengkulu yang dioperasikan oleh entitas anak Perseroan secara langsung yakni PT Bangun Tirta Lestari, serta PLTMH Madong (10 MW) di Toraja Utara yang dioperasikan entitas anak Perseroan secara tidak langsung, yaitu PT Nagata Dinamika Hidro Madong.

Tenaga air saat ini mencapai sekitar 91 persen dari output energi yang dihasilkan Kencana Energy. Pembangkit biomassa-nya, PLTBM Tempilang 2 (5 MW) terletak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan dioperasikan oleh PT Biomassa Energi Jaya, di mana Kencana Energy memiliki 49 persen kepemilikan minoritas.

Selanjutnya, Kencana Energy sudah ada rencana untuk terus fokus melakukan ekspansi di sektor EBT melalui tiga PLTA dan satu PLTB, yaitu PLTA Sumatera 1 (35 MW), PLTA Sulawesi 1 (75 MW), PLTA Sulawesi 2 (90 MW), dan PLTB Sulawesi 5 (62 MW).

Per 18 Agustus 2023, harga saham KEEN Rp740. Nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp2,713 triliun.

7. PT Arkora Hydro Tbk (ARKO)

Perusahaan yang IPO pada 8 Juli 2022 ini telah menyelesaikan pembangunan proyek mini hidro Cikopo-2 dengan total biaya USD1,65 juta atau Rp24,72 miliar (mengacu kurs Rp14.984 per USD)/MW.

Tak hanya itu, ARKO juga mengerjakan proyek Tomasa dengan biaya investasi USD1,75 juta atau Rp26,66 juta/MW. Proyek Tomasa merupakan pembangkit listrik berkapasitas 10 (2x5) MW. Proyek ini milik ARKO melalui anak usahanya, yaitu PT Arkora Sulawesi Selatan.

Sementara proyek Yaentu di Poso (Sulawesi Tengah) sedang dalam konstruksi. Proyek Yaentu dengan kapasitas 10 (2x5) MW ini dikembangkan oleh PT Arkora Hydro Sulawesi, anak perusahaan tidak langsung milik ARKO.

ARKO juga sedang melakukan persiapan tahap konstruksi Proyek Kukusan-2 di Lampung, Sumatera dengan kapasitas 5,4 MW. Proyek PLTA ini ditargetkan beroperasi pada kuartal IV-2024.

Per 18 Agustus 2023, harga saham ARKO Rp655 dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp1,918 triliun.

8. PT Semacom Integrated Tbk (SEMA) 

Perusahaan telah terjun ke pengembangan bisnis EBT yakni berupa proyek PLTS sejak 2021. Hal ini pun diklaim menjadi kekuatan SEMA dalam menghadapi persaingan dengan kompetitornya.

Seiring dengan bertambahnya permintaan di dalam negeri, perusahaan dapat memenuhi kebutuhan tersebut, di antaranya untuk suplai komponen inverter dan baterai.

Selama ini, sumber bahan baku yang digunakan perusahaan berasal dari dalam negeri dan khusus untuk komponen lithium berasal dari luar negeri dan cukup tersedia di pasar.

Untuk mendorong prospek bisnis ke depan, perusahaan terus mendorong peningkatan fasilitas produksi pabrik perusahaan yang dilengkapi dengan fasilitas produksi, CNC line, fasilitas uji coba (Dielectric Test & Secondary Injection), fasilitas R&D, serta gudang material dan barang hasil produksi.

Per 18 Agustus 2023, harga saham SEMA Rp76. Sedangkan nilai kapitalisasi pasarnya yakni Rp102,392 miliar.

9. PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY)

Perusahaan yang berdiri sejak 2008 ini memproduksi dan menjual modul surya untuk rumah, dan sektor komersial dan pemerintahan di seluruh dunia.

Perusahaan menawarkan panel surya polikristalin, monokristalin, dan fleksibel, serta perangkat surya portabel, bola lampu, lampu, dan lampu dioda pemancar cahaya, sistem pemasangan surya, solusi sistem, inverter surya dan solusi pemantauan, dan solusi penyimpanan energi.

Selain itu, perusahaan juga terlibat dalam desain, instalasi, dan pemeliharaan pembangkit listrik tenaga surya.

Per 18 Agustus 2023, harga saham JSKY Rp52 dengan kapitalisasi pasar senilai Rp105,692 miliar.

(YNA)

SHARE