MARKET NEWS

Deretan Saham Potensial di September, Simak Pilihannya

TIM RISET IDX CHANNEL 30/08/2025 11:45 WIB

Menyongsong September, pasar saham Indonesia menghadapi sentimen campuran yang bisa menentukan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Deretan Saham Potensial di September, Simak Pilihannya. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Menyongsong September, pasar saham Indonesia menghadapi sentimen campuran yang bisa menentukan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Di balik itu, sejumlah sektor menawarkan peluang investasi yang menarik.

Founder WH Project, William Hartanto, menjelaskan sejumlah sektor yang patut disimak selama September.

"Sektor yang menarik ada dari teknologi. Pelaku pasar mulai kembali fokus ke sektor ini sejak saham DATA auto rejection atas (ARA) berhari-hari, seolah-olah dianggap akan menjadi the next DCII,” katanya, Kamis (28/8/2025) lalu.

Ia menambahkan, saham-saham pilihan dari sektor ini adalah INET, WIFI, dan DATA. "Rekomendasi beli," ujar William.

Selain teknologi, William juga menyoroti sektor properti. "Terlihat antisipasi rate cut cukup tinggi. Saham-saham pilihannya adalah SMRA, BSDE, dan CTRA," katanya.

Lebih lanjut, sektor lain yang dinilai potensial adalah saham-saham konglomerat yang disebut new blue chips. "Seperti DSSA, BREN, CUAN, SSIA, dan PTRO. Ini semua rekomendasi buy untuk sebulan ke depan," tutur William.

Prospek September

William menilai pergerakan IHSG pada September akan ditentukan oleh dua skenario utama.

“Kita harus siap untuk setidaknya dua skenario. Yang pertama kita harapkan IHSG berakhir konsolidasinya dan kembali tembus level 8.000,” ujarnya, Kamis (28/8).

Namun ia juga mengingatkan kemungkinan lain jika skenario tersebut gagal terwujud.

“Skenario keduanya adalah kalau IHSG gagal tembus 8.000, dan kena bulan September yang secara siklus cenderung melemah, maka ada kemungkinan terbentuknya pola double top,” katanya.

Memang, jika melihat data historis 2015–2024, IHSG hanya dua kali ditutup menguat di September, yakni pada 2017 dan 2021. Sepanjang periode tersebut, rata-rata return tercatat minus 1,81 persen dengan probabilitas penguatan hanya 20 persen, sehingga September kerap menjadi bulan yang kurang bersahabat bagi indeks.

Lebih lanjut, William menyoroti sejumlah sentimen yang patut dicermati. “Pertama, net buy asing yang datang terlambat, ini bisa menjadi sentimen positif. Namun juga menjadi bias karena keterlambatan tersebut di luar kebiasaan investor asing yang selama ini bergerak duluan,” tuturnya.

Ia juga menekankan pentingnya mencermati kinerja emiten di kuartal III-2025. “Kedua, sentimen dari rilis laporan keuangan, ini bisa negatif karena di kuartal III laporan keuangan cenderung stagnan dan beberapa industri malah mengalami penurunan di kuartal III,” imbuh William.

Sementara itu, ada pula faktor penopang dari saham-saham unggulan baru. “Ketiga, sentimen positif dari penjagaan saham-saham new blue chips terhadap IHSG, IHSG bisa aman dan hanya mengalami pelemahan terbatas di September,” kata William.

Aksi Demo Jadi Sentimen Baru

Sentimen terbaru, eskalasi aksi politik di Jakarta pekan ini, di akhir Agustus, turut menggoyahkan kepercayaan investor.

Ketegangan meningkat sehari setelah seorang pengemudi ojek online tewas dilindas mobil polisi dalam bentrokan usai demonstrasi di depan gedung DPR. Aksi itu dipicu sejumlah isu, termasuk soal gaji anggota dewan.

Seiring aksi demonstrasi yang memanas, IHSG sempat anjlok hingga 2,3 persen pada awal perdagangan—kejatuhan intraday terdalam sejak 23 Juni—sebelum menutup sesi perdagangan Jumat (29/8) dengan pelemahan 1,53 persen.

IHSG melemah 0,36 persen dalam sepekan. Meski demikian, indeks acuan masih mencatat kenaikan 4,63 persen sepanjang bulan ini setelah menorehkan rekor tertinggi (all-time high/ATH) pada Kamis lalu.

Pada Kamis (28/8), IHSG ditutup di level 7.952,09, yang menjadi rekor tertinggi penutupan. Di hari itu, IHSG juga sempat menyentuh level 8.000 lagi, tepatnya 8.022,76, menandai rekor ATH baru secara intraday.

Sebagai catatan, IHSG pertama kali menembus level 8.000 pada 15 Agustus lalu, ketika menyentuh 8.017,07 di perdagangan intraday. (Aldo Fernando)

SHARE