MARKET NEWS

Dilanda Aksi Jual, Sektor Barang Konsumsi Primer Jadi Penahan Laju IHSG

Anggie Ariesta 02/08/2023 16:51 WIB

Mayoritas sektor barang konsumen primer atau non siklikal turun pada perdagangan Rabu (2/8/2023), bahkan memimpin pelemahan lebih dari 1%.

Dilanda Aksi Jual, Sektor Barang Konsumsi Primer Jadi Penahan Laju IHSG (Foto MNC Media)

IDXChannel - Mayoritas sektor barang konsumen primer atau non siklikal turun pada perdagangan Rabu (2/8/2023), bahkan memimpin pelemahan lebih dari 1%.

Saham-saham yang berkontribusi dalam pelemahan ini, di antaranya Unilever Indonesia (UNVR), Indofood CPB (ICBP), Japfa (JPFA), Mayora Indah (MYOR), Ultrajaya (ULTJ), Alfamart (AMRT) dan Garuda Food (GOOD), mengutip Bulletin IDX 2nd Session Closing Market.

Pelemahan ini juga seiring IHSG yang turun sebesar 0,54% pada sesi I. IHSG terkoreksi karena memburuknya sentimen pasar eksternal, di mana bursa saham Amerika dan Asia pun berbalik arah ke zona merah. Pun dengan penutupan sesi II, IHSG koreksi 0,46% di 6.854,51.

Pada perdagangan Selasa kemarin, asing tercatat net sell di pasar reguler mencapai Rp505, miliar. Pelemahan ini juga dijadikan momen oleh investor untuk melakukan aksi ambil untung dan pelepasan pasca sejumlah emiten sektor konsumsi primer merilis laba kinerja yang naik drastis pada semester I tahun ini, di antaranya Indofood CBP (ICBP) dan Alfamart (AMRT).

Meski demikian, sejumlah pelaku usaha sektor konsumsi primer menyatakan tetap berhati-hati dan waspada dalam menghadapi sisa tahun ini. Sebab, kondisi perekonomian masih diselimuti ketidakpastian.

Salah satunya dikemukakan oleh Direktur Utama dan CEO Indofood, Anthoni Salim yang menyatakan berbesar hati dalam atas kinerja keuangan yang dicapai pada paruh pertama 2023.

Ke depan, Indofood akan tetap waspada dan terus melakukan evaluasi dan menyesuaikan strategi, serta langkah-langkah dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan kondisi pasar guna memberikan kinerja yang berkelanjutan dengan mempertahankan posisi keuangan yang sehat.

Meski demikian, sektor ini dipandang masih akan prospektif, stabilitas sistem keuangan yang terjaga. Sebut saja IMF yang telah menaikkan proyeksi pertumbuhan globalnya menjadi 3% yoy di 2023, sedikit lebih baik dari proyeksi April 2023 yang sebesar 2,8% yoy.

Pertumbuhan Amerika Serikat dan beberapa negara maju di Eropa diperkirakan akan lebih baik daripada proyeksi sebelumnya.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap baik didukung permintaan domestik salah satunya konsumsi rumah tangga yang meningkat didorong oleh terus naiknya mobilitas, membaiknya ekspektasi pendapatan dan membaiknya inflasi, serta dampak positif dari hari besar keagamaan nasional dan pemberian gaji ke-13 pada aparatur sipil negara (ASN).

Perkembangan tersebut juga disertai indeks keyakinan konsumen (IKK) dan indeks penjualan ritel yang masih terus bertumbuh. Tak ketinggalan, data inflasi yang kembali ke dalam sasaran lebih cepat dari perkiraan.

Inflasi indeks harga konsumen (IHK) turun dari 4,97% yoy pada kuartal I 2023 menjadi 3,52% yoy pada kuartal II 2023 atau kembali dalam sasaran 3,0 plus minus 1%.

Inflasi inti terus melambat menjadi 2,58% yoy yang dipengaruhi stabilnya nilai tukar, turunnya harga komoditas global, rendahnya dampak lanjutan dari inflasi volatile food dan terkendalinya ekspektasi inflasi.

(FAY)

SHARE