Dilanda Aksi Profit Taking, IHSG Sesi I Tergelincir ke Bawah 7.000
IHSG sesi I ditutup tergelincir 0,57% di level 6.935,26 karena dilanda aksi profit taking dan pelemahan saham-saham big caps.
IDXChannel - IHSG sesi I ditutup tergelincir 0,57% di level 6.935,26. Pergerakan IHSG hari ini (7/6) cenderung searah dengan Bursa AS yang sedang menanti rilis data pekerjaan.
Sementara itu, dari laman FedWatch tool, probabilitas The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan bulan ini adalah sebesar 99,9%, di mana para investor melihat adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga tahun ini terjadi dua kali pada pertemuan periode September dan Desember.
"Rilis data terbaru AS, yakni klaim pengangguran AS yang melonjak menjadi 229 ribu pada pekan yang berakhir 1 Juni 2024," tulis riset harian Panin Sekuritas, siang ini.
Dari Eropa, European Central Bank (ECB) telah memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps yang dilakukan pertama kali sejak 2019.
Saat ini, investor sedang mencermati data ekonomi utama dari China dan Jepang. Rilis data dari Jepang menunjukkan pengeluaran rumah tangga rata-rata untuk April 2024 naik 3,4% QoQ, sementara ekspor China pada Mei 2024 melonjak 7,6% YoY melebihi ekspektasi pasar, yakni 6% YoY.
"Pelemahan IHSG juga disebabkan oleh aksi taking profit investor dan pelemahan beberapa saham berkapitalisasi pasar besar," jelasnya.
Untuk indeks sektoral ditutup mixed pada sesi I. Pelemahan signifikan dicatatkan oleh sektor infrastruktur dan industrial masing-masing turun 1,05% dan 0,66%.
"Seiring dengan aksi profit taking saham-saham berkapitalisasi besar, seperti BREN karena sentimen gagal masuk ke indeks FTSE, serta masuknya saham tersebut dalam ketentuan FCA," menurut riset tersebut.
Sementara sektor transportasi tercatat naik signifikan 1,43% seiring dari naiknya Baltic Dry Index ke level tertinggi pada tiga pekan terakhir yang didukung oleh segmen kapal yang lebih besar.
"Hal ini berpengaruh kepada penyesuaian tarif angkut emiten transportasi perkapalan container, di antaranya SMDR dan TMAS. Selain itu, terdapat sentimen terkait indikasi Shopee yang dinilai merugikan jasa angkut lain termasuk Antaraja dari ASSA, di mana mengutamakan SPX," paparnya.
Seiring dengan kenaikan cadangan devisa menjadi USD139 miliar per akhir Mei 2024, Rupiah menguat 0,26% menjadi Rp16.221 per USD.
Nilai transaksi perdagangan sepanjang sesi I relatif rendah yakni Rp3,56 triliun, lebih rendah dari transaksi Kamis (6/6) di level Rp3,9 triliun. Dari nilai transaksi pada sesi I didominasi oleh transaksi saham perbankan besar, infrastruktur, serta industri dasar.
Berikut rekomendasi saham hari ini dari Panin Sekuritas:
BMTR, Closing 238; 1,71%, tertinggi 238,+ TINS pilihan saham-saham dengan frekuensi perdagangan tertinggi untuk scalping (trading cepat). Trading Beli
(FAY)