Disinflasi Ekonomi AS Jelang Rilis Data Inflasi, Apa Itu?
disinflasi bisa jadi sinyal bahwa penurunan inflasi dan pemulihan ekonomi akan segera terwujud.
IDXChannel - Kalender ekonomi di minggu ini diwarnai oleh harap-harap cemas para investor menyambut data inflasi di Amerika Serikat (AS). Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan Januari dari Biro Statistik Tenaga Kerja akan dirilis esok, Selasa (14/2).
Data ini sangat dinanti, terutama setelah Ketua The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell mengakui adanya ‘disinflasi’ dalam ekonomi AS. Sebelumnya, Powell mengatakan pada hari Selasa minggu lalu bahwa "proses disinflasi" dalam ekonomi AS telah dimulai.
Saat melakukan wawancara dengan David Rubenstein di Economic Club of Washington, Powell menegaskan kembali mengenai tekanan inflasi. Menurut Powell, proses disinflasi ekonomi AS telah dimulai, dan telah dimulai di sektor barang, yaitu sekitar 25% dari ekonomi. Powell mengatakan proses ini akan memakan waktu cukup lama, dan tidak akan mulus.
Sinyal Berkurangnya Tekanan Inflasi
Mengutip Investopedia, disinflasi adalah pelambatan sementara dari laju inflasi harga dan digunakan untuk menggambarkan contoh ketika tingkat inflasi telah berkurang sedikit dalam jangka pendek.
Disinflasi tidak dianggap sebagai masalah karena harga tidak benar-benar turun, dan disinflasi biasanya tidak menandakan dimulainya perlambatan ekonomi. Disinflasi yang sehat diperlukan untuk memastikan terjadinya kontraksi ekonomi, namun mencegah ekonomi dari kepanasan.
Dengan demikian, contoh disinflasi tidak jarang terjadi dan dipandang normal selama masa ekonomi yang sehat. Disinflasi menguntungkan segmen tertentu dari suatu populasi, seperti masyarakat yang cenderung menabung penghasilannya.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan perekonomian mengalami disinflasi. Jika bank sentral memutuskan untuk memberlakukan kebijakan moneter yang lebih ketat dan pemerintah mulai menjual beberapa sekuritasnya, hal itu dapat mengurangi pasokan uang dalam perekonomian dan menyebabkan efek disinflasi.
Dengan kata lain, disinflasi bisa jadi sinyal bahwa penurunan inflasi dan pemulihan ekonomi akan segera terwujud. Namun, Powell mengatakan kenaikan suku bunga tambahan kemungkinan masih akan diperlukan untuk membawa inflasi kembali ke target 2%.
"Kami kemungkinan perlu melakukan kenaikan suku bunga tambahan, karena The Fed berupaya mengembalikan inflasi ke targetnya,” kata Powell.
Sementara ekonom memperkirakan inflasi akan naik 0,5% secara month-to-month di bulan Januari.
Namun, secara tahunan diproyeksikan turun menjadi 6,2% dari 6,5% bulan sebelumnya, menurut perkiraan konsensus Bloomberg. (Lihat grafik di bawah ini)
Inflasi inti di luar komponen makanan dan energi diperkirakan akan menunjukkan kenaikan 0,4% dalam sebulan. Secara tahunan, para ekonom memperkirakan CPI inti naik 5,5% sepanjang tahun. Angka ini turun sedikit dari 5,7% secara tahunan pada akhir tahun lalu.
Pembuat kebijakan sedang memantau inflasi "inti" lebih dekat karena memantau sektor perumahan. Hal ini karena sektor perumahan akan menjadu komponen yang menentukan kunci untuk menetapkan kebijakan suku bunga. Sementara angka IHK utama sebagian besar bergerak seiring dengan harga energi yang bergejolak tahun ini.
Dari sisi industri, Indeks Harga Produsen atau Producer Price Index (PPI) akan memberi investor gambaran lain tentang seberapa cepat harga naik dengan melihat inflasi di tingkat grosir.
Sementara itu, laporan penjualan ritel pemerintah yang akan dirilis Rabu (15/2/2023) diperkirakan akan terus menunjukkan penguatan dalam belanja konsumen. Adapun Ekonom mengharapkan PPI sebesar 5,4%, turun dari 6,2% pada bulan Desember 2022.
Penjualan ritel diharapkan bangkit kembali di bulan Januari, naik 1,9% dari bulan sebelumnya menyusul penurunan 1,1% di akhir tahun lalu.
Dampak dari adanya perkiraan ini di antaranya membuat lesu pasar saham negeri Paman Sam. Mengutip Yahoo Finance, pada Jumat, sejumlah indeks saham AS ditutup nyungsep dengan S&P 500 ditutup turun 1,1%, Dow Jones Industrial turun 0,2%, dan Nasdaq Composite turun 2,4%. (TSA)