MARKET NEWS

Dolar Melemah terhadap Sejumlah Mata Uang Asia

Maulina Ulfa - Riset 25/10/2023 12:48 WIB

Indeks dolar terhadap sejumlah mata uang perdagangan Asia mengalami penurunan pada perdagangan Rabu (25/10/2023).

Dolar Melemah terhadap Sejumlah Mata Uang Asia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks dolar terhadap sejumlah mata uang perdagangan Asia mengalami penurunan pada perdagangan Rabu (25/10/2023). Indeks dolar melemah 0,04 persen di level 106,2.

Sebelumnya, dolar sempat menguat setelah data menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) secara tak terduga tumbuh pada bulan Oktober.

Dalam lima hari, indeks dolar melemah 0,32 persen dan selama enam bulan terakhir dolar telah menguat 4,66 persen, menurut data Trading View. (Lihat grafik di bawah ini.)

Indeks PMI Komposit Global S&P AS naik menjadi 51,0 pada Oktober 2023 dibanding 50,2 pada September. Ini menandakan percepatan laju ekspansi output sektor swasta di negeri Paman Sam.

Hal ini menandai ekspansi tercepat sejak Juli, didukung oleh laju ekspansi yang lebih cepat pada aktivitas jasa dan manufaktur.

Kondisi permintaan di sektor manufaktur meningkat untuk pertama kalinya sejak bulan April, sementara bisnis baru di sektor jasa turun selama tiga bulan berturut-turut. Kondisi ini ini disebabkan oleh tingginya suku bunga dan kondisi perekonomian yang menantang.

Sementara itu, penciptaan lapangan kerja hanya bersifat marginal, dimana perusahaan-perusahaan menyatakan adanya ketidakpastian seputar kondisi permintaan di masa depan dan upaya mereka untuk melakukan penghematan biaya. Sementara jumlah pekerjaan turun selama enam bulan berturut-turut.

Dari sisi harga, biaya operasional meningkat paling sedikit dalam tiga tahun terakhir, dan rata-rata inflasi harga jual turun ke level terendah sejak Juni 2020. Terakhir, kepercayaan dunia usaha meningkat ke level tertinggi sejak Mei 2022.

Data tersebut menunjukkan berlanjutnya ketahanan perekonomian AS, yang pada gilirannya memberikan lebih banyak ruang bagi bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), untuk terus menaikkan suku bunga.

Ketua The Fed Jerome Powell akan berbicara pada konferensi hari ini, setelah pekan lalu dia menegaskan kembali bahwa suku bunga AS akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Data produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga AS juga akan dirilis pada Kamis esok hari (26/10), dan diperkirakan akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai perekonomian terbesar di dunia ini.

Kekuatan ekonomi AS akan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi.

Namun, bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan minggu depan.

Mata Uang Asia Menguat, Termasuk Rupiah

Sebagian besar mata uang Asia menguat terbatas terhadap dolar AS pada perdagangan sesi pertama hari ini.

Rupiah menguat 0,16 persen hari ini terhadap dolar AS di level Rp15.869 setelah pekan lalu sempat menembus kisaran Rp15.900 per USD mendekati Rp16.000.

Yuan China daratan terapresiasi menuju level 7,30 per dolar dan memperpanjang kenaikan baru-baru ini karena imbal hasil obligasi pemerintah AS yang melemah.

Kenaikan yuan didukung sentimen pasca Bill Ackman dari Pershing Square mengungkapkan bahwa ia menutupi posisi short pada obligasi karena meningkatnya risiko geopolitik.

Laporan state fund China, Central Huijin Investment, membeli instrumen keuangan yang diperdagangkan di bursa China untuk membantu menstabilkan sentimen pasar di negara tersebut.

Selain itu, People’s Bank of China terus menetapkan rerata tingkat suku yang lebih kuat dari perkiraan untuk menahan penurunan yuan di tengah kesulitan ekonomi dan melebarnya perbedaan imbal hasil antara China dan AS.

Namun, para analis mencatat bahwa otoritas China masih berjuang untuk mendapatkan kembali kepercayaan investor asing di tengah berlanjutnya arus keluar modal.

Sementara Yen Jepang bertahan di dekat level kritis 150 per dolar yang dikhawatirkan oleh para analis dapat mendorong otoritas Jepang untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk mendukung mata uang tersebut, seperti yang terjadi tahun lalu.

Yen melemah tajam tahun ini karena Bank of Japan (BoJ) tetap berkomitmen terhadap kebijakan moneter ultra-longgar. Bahkan ketika bank sentral besar lainnya memulai kampanye pengetatan agresif untuk melawan inflasi.

Di antara unit Asia lainnya, won Korea Selatan melemah di level 3,9600 atau 0,29% menjadi 1,347.8400 pada Rabu 25 Oktober dari 1,343.8800 pada sesi perdagangan sebelumnya.

Sementara itu, dolar Australia naik tajam karena pembacaan inflasi yang kuat memicu ekspektasi kenaikan suku bunga di bulan November.

Dolar Australia melonjak 0,42 persen karena data menunjukkan inflasi indeks harga konsumen tumbuh sedikit lebih besar dari perkiraan pada kuartal ketiga.

Angka tersebut muncul hanya beberapa hari setelah Gubernur Reserve Bank of Australia Michele Bullock memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi dapat menyebabkan kenaikan suku bunga lebih lanjut. (ADF)

SHARE