MARKET NEWS

Dukung IPO PGE, Pengamat Pasar Modal: Tapi Kenapa Harganya Murah?

Advenia Elisabeth/MPI 18/02/2023 22:51 WIB

proses IPO PGE harusnya tidak lagi relevan untuk dipersoalkan.

Dukung IPO PGE, Pengamat Pasar Modal: Tapi Kenapa Harganya Murah? (foto: MNC Media)

IDXChannel - Sebagian pihak masih terus menyatakan penolakan terhadap proses Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering/IPO) yang dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE).

Meski proses tersebut terus berjalan, dan bahkan telah mengantongi izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nyatanya gelombang penolakan belum juga mereda.

Menyikapi hal tersebut, Pengamat Pasar Modal, Adler Adler Haymans, mengaku bahwa proses IPO PGE harusnya tidak lagi relevan untuk dipersoalkan.

Pandangan tersebut didasarkan Adler pada fakta bahwa dengan menjadi perusahaan terbuka (Tbk) lewat proses IPO, sebuah perusahaan memang terbukti mendapatkan sejumlah manfaat.

Salah satunya terkait kinerja perusahaan yang menjadi lebih transparan, lantaran pihak manajemen berkewajiban menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada publik sebagai pemegang saham.

"Jadi sebenarnya yang perlu diributkan adalah kenapa (PGE) IPO. IPOnya oke saja. Tapi kenapa dalam IPO itu sahamnya (PGE) dijual murah?" ujar Adler, Sabtu (18/2/2023).

Sebelumnya, telah disampaikan bahwa dalam proses IPO kali ini, PGE bakal melepas sedikitnya 10,35 miliar (25 persen) sahamnya ke publik, dengan harga penawaran sebesar Rp820 hingga Rp945 per saham.

Kisaran harga penawaran itu menurut Adler terlampau murah bila dibandingkan dengan kondisi keuangan dan potensi bisnis yang dimiliki oleh PGE, yang notabene merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) di bidang panas bumi.

Klaim bahwa harga penawaran PGE tersebut terlalu murah, didasarkan Adler pada fakta proses IPO Krakatau Steel yang dilakukan pada November 2020 silam, di mana harga sahamnya seketika menjulang dalam beberapa hari pasca listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"(Kenaikan harga saham Krakatau Steel) Karena memang terlalu murah, sehingga beberapa hari langsung naik karena kembali ke harga wajar. Dan kenyataannya, semua (BUMN) yang IPO harga(saham)nya pasti (terlalu) murah," keluh Adler.

Tudingan tersebut, menurut Adler, dapat terjadi lantaran ada tekanan pada pihak sekuritas agar menetapkan harga penawaran sedikitnya 10 persen di bawah harga wajar.

"Karena mereka 'menginjak kaki' sekuritasnya, karena kalau tidak begitu mereka tidak dapat untung. Makanya mereka buat harganya 10 persen (di bawah) harga wajar, agar begitu listing hari pertama, (harga saham) langsung naik minimal 10 persen, sehingga untung," tutur Adler.

Karenanya, Alder menilai bahwa solusi pendanaan bagi PGE harusnya bukan IPO, melainkan pemerintah menerbitkan surat utang (bond) yang kemudian dana segar yang didapat dipinjamkan kepada PGE dengan bunga yang sama.

"Karena itu Saya katakan solusinya sebenarnya jangan IPO. Diubah caranya. Menteri Keuangan keluarkan bond, lalu uangnya pinjamkan ke PGE dengan bunga yang sama, sehingga saham PGE 100 persen masih milik pemerintah," tegas Adler. (TSA)

SHARE