Efek Sentimen Data Ketenagakerjaan AS, Bagaimana Nasib Obligasi dan Dolar?
Imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), US Treasury tenor 10-tahun sempat melonjak sekitar 9 basis poin (bps) ke level 3,4%.
IDXChannel - Imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), US Treasury tenor 10-tahun sempat melonjak sekitar 9 basis poin (bps) ke level 3,4% pasca rilisnya data ketenagakerjaan negeri Paman Sam.
Obligasi 10-Tahun AS kembali turun 0,02% ke level 3,36%. pada perdagangan Senin, (10/4), pukul 13.00 WIB, namun masih mencerminkan penguatan jenis instrument investasi safe haven ini.
Peningkatan ini setelah laporan data pekerjaan AS yang masih menunjukkan kondisi yang kuat.
Di belahan dunia lain, obligasi pemerintah Inggris atau Gilt untuk tenor 30 tahun yaitu UK-30year naik 0,003% ke level 3,77%. Obligasi pemerintah Jerman tenor yang sama juga naik 0,001% ke level 2,28%.
Di tengah kinerja obligasi yang meingkat, indeks dolar terpantau menguat 0,16% ke level 101.888 pada Senin (10/4) pukul 13.15 WIB. (Lihat grafik di bawah ini.)
Indeks dolar sempat naik mendekati level 102,2, setelah laporan rilisnya Non-Farm Payrolls (NFP) AS.
Diketahui sebelumnya pada Jumat, (7/4) perekonomian AS menciptakan 236 ribu lapangan pekerjaan baru pada Maret 2023 dan sedikit di bawah perkiraan konsensus sebesar 239 ribu. Data ini menyusul kenaikan penambahan pekerjaan yang kuat dalam dua bulan pertama tahun ini.
Meskipun data tersebut menunjukkan penurunan secara bertahap dalam perekrutan seiring normalisasi aktivitas ekonomi setelah guncangan pandemi.
Di lain pihak, tingkat pengangguran di AS turun tipis ke level 3,5% pada Maret 2023. Pembacaan ini lebih rendah dari ekspektasi konsensus yang bertahan di level 3,6%.
Jumlah pengangguran menjadi 5,839 juta, berkurang sebanyak 97 ribu dan tingkat lapangan kerja naik 577 ribu menjadi 160,892 juta.
Sejumlah data ekonomi AS ini merubah ekspektasi investor dan analis terkait pergerakan suku bunga ke depan.
Ekspektasi konsensus menyatakan bahwa The Fed dapat melanjutkan kenaikan sebesar 25 bp pada pertemuan FOMC berikutnya.
Sebelum rilis data tersebut, probabilitas kenaikan suku bunga turun dan sebagian besar investor berekspektasi bahwa The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunganya.
Sementara itu, IMF merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi global dalam 5 tahun ke depan hanya di rata-rata sebesar 3,0%. Ini menjadi proyeksi pertumbuhan ekonomi global terlemah dalam lebih dari tiga dekade terakhir, di tengah perlambatan aktivitas ekonomi di AS dan Eropa.
Pasar juga masih menanti kalender ekonomi pekan ini di mana di AS, sorotan mata akan tertuju pada data tingkat inflasi dan penjualan ritel, diikuti oleh Risalah FOMC, data produksi industri, inflasi produsen, dan sentimen konsumen Michigan.
Belahan bumi lain, China akan merilis data tingkat inflasi dan perdagangan. Berbagai data ini akan menambah pertimbangan pasar dalam minggu ini. (ADF)